Thursday, 13 October 2011

Astra Ramaikan Catalist Cup

Gong turnamen catalist cup I resmi ditabuh besok lusa. Sebanyak 15 tim dipastikan meramaikan event dalam rangka memeringati HUT Pasar Modal ke-34 tersebut. Mereka bakal saling jegal guna memperebutkan piala plus uang tunai total senilai Rp 32,5 juta.
Turnamen dengan format setengah kompetisi itu dihelat sehari penuh. Ya, pertandingan tersebut bakal digeber dengan mengambil Venue di Hanggar Futsal, Gatot Soebroto, Jakarta Selatan (Jaksel), Sabtu (15/10) lusa. "Turnamen ini sebagai media mempererat relasi antara wartawan dan dunia korporasi. Maklum, selama ini hubungan hanya terjalin lewat acara-acara seremonial," tutur Rayyi Hidayah, ketua panitia Catalist Cup I, di Jakarta, Kamis (13/10).

Tuesday, 9 August 2011

Investor Pelototi Keputusan The Fed

Perhatian pelaku pasar tersedot pada sidang Federal Open Market Committee (FOMC). Sidang yang berlangsung Rabu (10/8) dini hari itu bakal mengubah peta market global. Kalau kebijakan yang dihasilkan sesuai ekspektasi pasar tentu akan berdampak positif. Tetapi, jika menghasilkan keputusan kontra bakal mendapat perlawanan investor.
Tentu dampak kebijakan negatif tidak diharap pelaku pasar. Sebab, hal itu akan memuluskan kondisi ekonomi menuju gerbang resesi global. Yang jelas, spekulasi santer beredar dikalangan pelaku pasar bahwa The Federal Reserve bakal mengambil kebijakan Quantitative Easing (QE) jilid III. Keputusan QE3 itu diambil guna menggairahkan ekonomi Amerika Serikat (AS). "Pasar tengah menanti hasil keputusan The Fed apakah akan memberlakukan kebijakan QE3 atau tidak. Keputusan itu dapat membawa sentimen tersendiri bagi pasar modal global," ucap Jeff Tan, analis Sinarmas Sekuritas di Jakarta, Selasa (9/8).
Keputusan The Fed melancarkan QE3 sejatinya sangat krusial bagi masa depan ekonomi negeri Paman Sam tersebut. Dengan kebijakan itu, The Fed bakal menyerap obligasi pemerintah AS. Setidaknya sekitar 70 persen obligasi itu akan diambil The Fed. Sebab, diakui atau tidak sejumlah negara tetangga tidak tertarik dengan surat utang yang dimunculkan. Itu menyusul keseksian dollar mulai luruh karena stoknya melimpah.

Tuesday, 3 May 2011

AKR Corporindo Target Produksi 300 Ribu Ton


PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) bakal menambah kapasitas produksi hingga 300 ribu ton batubara. Peningkatan itu tidak sulit terealisasi seiring dengan diperolehnya perijinan sebagai kontraktor tambang batubara. Lewat anak usahanya, PT Bumi Karunia Pertiwi, pemegang konsesi tambang batubara secara resmi mengoperasikan pelabuhan terminal batubara. ”Kami juga telah menunjuk PT Karunia Bumi Khatulistiwa untuk melakukan aktifitas penambangan dan telah memobilisasi peralatan pertambangan yang dibutuhkan,” tutur Haryanto Adikoesoemo Presiden Direktur AKRA di Jakarta, Selasa (3/5).
Perjanjian yang dikantongi perseroan itu berupa ijin pinjam pakai dari Menteri Kehutanan Republik Indonesia pada 29 April 2011, SIUP Operasi dan Produksi. Karena itu, guna memuluskan rencana tersebut perseroan juga telah menyiapkan jalan tambang (hauling road) dan sarana penunjang lainnya. ”Kami serius untuk mengerahkan seluruh kekuatan dalam meningkatkan produksi,” imbuhnya.

Garansi Transaksi Saham Syariah Likuid


Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal meluncurkan Indeks Saham Syariah Indonesia atau Indonesian Sharia Stock Index (ISSI). Peluncuran ISSI akan dilaksanakan 12 Mei 2011, berbarengan dengan launching fatwa no 80 Majelis Ulama Indonesia (MUI). "Dengan adanya fatwa itu, maka investor tidak perlu ragu lagi. Seluruh kegiatan dan mekanisme transaksi di pasar modal halal," ungkap Friderica Widyasari Dewi, Direktur Pengembangan BEI, di Jakarta, Selasa (3/5).
Nah terkait hadirnya ISSI itu, sengaja didesain untuk menjawab kebutuhan pasar. Sebab, selama ini investor cenderung ragu-ragu untuk masuk pasar modal menyusul kurangnya sosialisasi dan edukasi. Termasuk belum adanya indikator yang mampu menggambarkan kinerja dari seluruh saham syariah yang tercatat di BEI. "Adanya, ISSI bakal meramaikan transaksi dalam menarik investor baru," imbuh Kiki -sapaan akrab Friderica Widyasari Dewi.

Thursday, 28 April 2011

Bapepam Belum Rancang Sanksi


Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) memilih opsi menunggu kelanjutan kasus pembobolan deposito Elnusa yang ditempatkan di Bank Mega. Itu dilakukan menyusul kasus tersebut tengah diperiksa aparat ke polisian. ”Kita tunggu hasil pemeriksaan kepolisian. Aparat tengah mendalami kasus itu hingga tuntas,” tutur Nurhaida, Ketua Bapepam-LK di Jakarta, Kamis (28/4).
Selain itu, Bapepam juga tidak akan melakukan pemanggilan kepada Bank Mega (MEGA) selaku emiten, terkait penggelapan dana deposito Elnusa ELSA sindikat senilai Rp 111 miliar. Sebagai gantinya, Bapepam hanya menantikan hasil pemeriksaan kepolisian. ”Skema sanksi bisa kita jatuhkan kalau hasil pemeriksaan kepolisian sudha rampung,” ulasnya.

Tuesday, 26 April 2011

Metland Bangun Condotel Rp 88 Miliar


PT Metropolitan Land bakal membangun hunian berbintang tiga di Seminyak, Bali. Hotel Horison yang dibangun di tengah keramaian wisata pantai double six itu diklaim sangat ditunggu-tunggu konsumen. Karena itu, perseroan telah menyiapkan dana segar senilai Rp 88 miliar guna memuluskan rencana besar tersebut. ”Sumber pendanaan kami ambil dari hasil Initial Public Offering (IPO) yang dilakukan dalam waktu dekat,” ungkap Wahyu Sulistio, General Manager Corporate Communication Metland, di Jakarta, Selasa (26/4).
Harga kondotel seminyak dibanderol mulai dari Rp 600 jutaan. Dengan harga itu, pengembang memberikan income guarantee sebesar 24 persen untuk masa 3 tahun pertama sejak masa operasional. Selain Hotel Horison Seminyak, pada 2011 Metropolitan Land memiliki enam proyek baru lainnya seperti pusat perbelanjaan, hotel bintang tiga dan bintang empat serta beberapa properti yang berstatus strata-title. Semua proyek baru itu sudah mulai dikembangkan dan dalam tahap konstruksi. ”Metland juga memiliki komitmen untuk menyelesaikan proyek-proyeknya tepat waktu,” imbuh Wahyu.

Bapepam-LK Pantau Kasus Elnusa-MEGA


Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) terus memantau seputar kasus PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT Bank Mega (MEGA). Sebab, hilangnya dana Rp 111 miliar itu tidak sekadar merugikan kedua pihak tetapi mencoreng citra perusahaan terbuka yang dikesankan profesional dan transparan. "Kami terus pantau kasus ini secara intensif khususnya terkait dengan penerapan prinsip keterbukaan informasi," ungkap Nurhaida, Ketua Bapepam-LK, di Jakarta, Selasa (26/4).
Merujuk regulasi Bapepam LK nomor X.K.1 tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik, emiten tidak boleh main-main. Apalagi, kedua emiten yang dibekap kasus itu merupakan perusahaan ternama dan ELSA adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Ya, mereka harus patuh pada regulasi," tukas Nurhaida.
Sementara mengenai Bank Mega yang tidak mau bertanggungjawab, Nurhaida menandaskan Bank Mega harus memberi alasan yang tegas dan kuat. Itu penting agar tidak memperkeruh situasi di tengah-tengah masyarakat. "Hari ini kami desak MEGA mempertegas penjelasan tertulis lebih rinci," imbuhnya.

Indeks Jalani Episode Negatif


Episode buruk terus membayangi Indeks harga saham gabungan (IHSG). Tercatat dua hari beruntun indeks dipaksa parkir di zona negatif. Itu terjadi menyusul eksodusnya investor asing setelah market global bergerak volatile. ”Indeks berada di bawah tekanan dan bergerak tidak pasti. Itu wajar karena sudah mengalami apresiasi beberapa hari terakhir,” ungkap Reza Priyambada, Managing Research PT Indosurya Asset Management, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (26/4).
Selanjutnya sebut Reza, indeks masih akan mengalami koreksi sepanjang 2-3 hari ke depan. Deraan pelemahan itu akan dimanfaatkan investor untuk mengatur strategi sebelum melakukan aksi beli. Setelah ada indikasi membaik, secara bergelombang investor akan enyerbu pasar dan memberondong saham bluechip sebagai objek koleksi. ”Saat itulah, indeks akan terkena efek domino dan berpotensi mengalami rebound,” tandas Reza.

Tuesday, 19 April 2011

Selangkah Lagi Metropolitan Ramaikan Bursa


PT Metropolitan Land, anak usaha Grup Ciputra dipastikan menjejak lantai Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam hajatan Initial Public Offering (IPO) itu, perseroan bakal melepas sebanyak 2,273 miliar lembar (30 persen) saham ke publik. Dan, rencana itu akan dilangsungkan pada 13 Mei mendatang.
Dengan rencana itu, Metropolitan Land diperkirakan meraup dana sebanyak Rp 800 miliar hingga Rp 1 triliun. Dana hasil penawaran umum itu akan dipakai untuk sejumlah aksi korporasi. Misalnya, sebanyak 48,5 persen akan dipakai untuk pembangunan Metropolitan Grand Mall, sebanyak 5,25 persen untuk pembangunan M-Gold Residence, sekitar 13 persen untuk pembangunan Hotel Horison Bekasi Ekstension, sementara sisanya 10 persen untuk penyertaan modal pada PT Sumbersentosa Guna Lestari.

Cermati Emiten Tebar Pesona


Tidak sedikit emiten yang tercatat di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya giat membangun pencitraan. Pembangunan pencitraan ini sejatinya tidak begitu jelek tetapi juga tidak baik. Karenanya, investor agar lebih cermat menilai hal itu karena belum tentu komitmen dan kesehatan emiten tersebut sesuai dengan yang dicitrakan.
Indikator tebar pesona itu terlihat dari riset yang dilakukan perusahaan Risk Management, Reinsurance, dan Human Capital Consulting, AON Corporation, pada 2010 dan 2011. ”Kurang lebih sama hasil risetnya,” ungkap Deddy Jacobus, Sekretaris Jenderal Asosiasi Praktisi Manajemen Resiko (APMR), di Jakarta, Selasa (19/4).
Hasilnya adalah bahwa rata-rata beberapa perusahaan yang menjadi responden di Indonesia dari total 200 responden perusahaan global, levelnya masih jauh dari harapan. Rata-rata perusahaan baru level satu dan dua yaitu Inisiasi dan Involving dari lima level yang ada. ”Perusahaan luar sudah banyak yang sampai level 5 atau advance,” imbuhnya.

Indeks Seksi, Investor Asing Mati Gaya


Memburuknya ekonomi AS membuat pasar domestik semakin seksi. Itu menyusul sejumlah investor asing membelokkan modalnya ke dalam negeri. Mereka mengambil opsi eksodus dari negara asalnya untuk menyelematkan portofolio tetap likuid.
Bergelombangnya investor asing masuk pasar domestik cukup beralasan. Itu sejalan dengan keputusan standard & poor's (S&P) menurunkan peringkat AS. Hal tersebut memicu dana masuk ke kawasan emerging market (negara berkembang) semakin deras. "Ini yang membuat market Indonesia semakin menarik dan menjadi tujuan investasi,” ungkap Billy Budiman, Head Of Tecnical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (19/4).

Monday, 18 April 2011

Kupon Obligasi MTF Tak Terjebak Benchmark


Perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor, PT Mandiri Tunas Finance (MTF), menerbitkan obligasi senilai Rp 600 Miliar. Obligasi yang terbagi dalam empat seri itu dibanderol dengan kupon bunga dikisaran 8-11,15 persen. Sementara tenornya ditetapkan mulai 370 hari hingga 4 tahun. “Kami tidak menggunakan benchmark dan spread. Itu karena bergerak sangat fluktuatif,” tutur Dadang Suryanto, Direktur Investment Banking PT Mandiri Sekuritas, selaku penjamin emisi, di Jakarta, Senin (18/4).
Empat seri obligasi MTF itu antara lain seri A bertenor selama 370 hari dengan kupon bunga berkisar 8-8,75 persen per tahun. Sementara seri B bertenor 2 tahun dengan kupon bunga 9-9,75 persen per tahun. Kemudian seri C, bertenor 3 tahun memiliki kisaran kupon bunga 9,25-10,25 ersen per tahun. Sedangkan seri D bertenor 4 tahun, memiliki kupon 10,5-11,15 persen per tahun.

Indeks Coba Keluar Tekanan


Indeks harga saham gabungan (IHSG) tidak bisa mengelak dari arus negatif bursa global. Indeks yang pada akhir pekan lalu sukses bertengger di area positif, dipaksa parkir di zona merah. Sentimen negatif market global itu diramalkan masih akan membayangi gerakan indek pada perdagangan hari ini. ”Paling banter indeks akan bergerak mixed sambil menunggu gairah bursa global,” ungkap Ukie Jaya Mahendra, Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), ketika dihubungi di Jakarta, Senin (18/4).
Ukie menyebutkan laporan keuangan emiten kuartal pertama diharapkan mencatatkan hasil positif. Itu akan memberi dampak signifikan pada akselerasi indeks. Indeks masih akan mix (fluktuasi). Market wait and see. Karenanya, UKie memerediksi, pada perdagangan hari ini indeks akan bergerak fluktuatif dengan kisaran support-resistance 3.697-3.745. ”Saham Asra International (ASII) masih menjadi penyumbang utama indeks,” imbuhnya.

Jaya Agra Bidik Dana IPO Rp 1 Triliun


Rencana go public PT Jaya Agra Wattie terus dimatangkan. Itu sejalan dengan penunjukan underwriter guna memuluskan langkah melantai di bursa efek indonesia (BEI). Kalau tak ada aral melintang, perseroan dipastikan menuju ke papan pencatatan pada Juni mendatang. "Masih dalam pembahasan rencana itu. Tetapi, paling banter Juni," ungkap Bambang S Ibrahim, Direktur Keuangan PT Jaya Agra Wattie, di Jakarta, Senin (18/4).
Bersama OSK Nusadana Securities dan Mandiri Sekuritas (CC) yang ditunjuk merancang rencana initial public offering (IPO) itu, perseroan sudah memasukkan proposal ke badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan (Bapepam-LK). Dan, pernyataan efektif dari Bapepam-LK itu diperkirakan meluncur pada 18 Mei mendatang. "Sepertinya begitu. Mudah-mudahan cepat tuntas," lanjut Bambang.

Holcim Maksimalkan Pasar Domestik


PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) bakal meningkatkan kapasitas produksi hingga ke level 10 juta ton. Peningkatan itu dilakukan menyusul membeludaknya permintaan akan semen nasional. Meningkatnya permintaan itu seiring membaiknya perekonomian nasional.
”Permintaan semen terus meningkat. Sementara suplay tidak memedai untuk memenuhi permintaan tersebut,” ungkap Rusli Setiawan, Relationship Management Director PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB), di Jakarta, Senin (18/4).

Friday, 15 April 2011

Investor MNCN Ketar-ketir


Investor PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) menghadapi ketidakpastian. Itu menyusul babak baru sengketa dua pihak yang menghadirkan Siti Hardianti Rukmana (Tutut) sebagai pemilik MNC TV (TPI) atas Hary Tanoesoedibjo. Mereka khawatir konflik dua bos tersebut berdampak pada keutuhan aset perseroan.
Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Haryajid Ramelan, mengatakan kemenangan Tutut di sidang tahap awal, mulai dikhawatirkan pada penarikan aset atau tidak lagi terkonsolidasi kepada MNCN. Sehingga, pelaku pasar mulai menilai aspek fundamental, teknikal, dan juga dari sisi hukum untuk menentukan arah investasi selanjutnya. Dalam jangka pendek, saham MNCN masuk kategori penuh ketidakpastian. ”Ya, dampaknya dalam jangka pendek saham perseroan diperkirakan akan terjadi koreksi signifikan,” tutur Haryajid, di Jakarta, Jumat (15/4).

Wednesday, 13 April 2011

Tambah Kapasitas Produksi 90 ribu Ton


PT International Nickel Tbk (INCO) bakal meningkatkan kapasitas produksi nikel menjadi 90 ribu metrik ton per tahun. Penambahan kapasitas itu, sejalan dengan proses optimalisasi fasilitas produksi Sorowako yang dimulai akhir 2011. Dalam tempo lima tahun ke depan, rencana itu bakal melebihi angka saat ini dikisaran 73 ribu metrik ton per tahun. "Proses produksi ini akan kami lancarkan dalam waktu dekat. Harapannya, bisa terwujud pada 2015 mendatang," ujar Tony Wenas, Direktur Utama INCO, di Jakarta, Rabu (13/4).
Tony menjelaskan, proses peningkatan produksi itu meliputi optimalisasi fasilitas produksi Sorowako. Di mana di dalam proses itu termasuk peningkatan pekerjaan tungku pembakaran (furnace) yang akan dimulai pada akhir 2011. Perseroan juga akan melakukan penambangan nikel di semua lokasi. Tidak terkecuali pada lokasi tambang baru dengan cara bersamaan atau simultan, tidak secara konvensional seperti yang dilakukan saat ini. "Proyek ini sudah dalam tahap akhir, implementasinya tahun ini dan tinggal menunggu persetujuan pemerintah," ulasnya.

Mandiri Sekuritas Rambah Online Trading


Sepanjang 2011 PT Mandiri Sekuritas (CC) membidik 4 perusahaan sebagai penjamin emisi Initial Public Offering (IPO). Targget itu masih sangat realistis mengingat situasi market masih memungkin. Apalagi, sepanjang kuartal pertama, perseroan telah menjadi penjamin emisi IPO PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS)."Kita targetkan bisa menghandle 3-4 perusahaan lagi,” ungkap Ridwan Pranata, Direktur Head of Online Trading, di Jakarta, (13/4).
Selain IPO, sambung Ridwan, Mandiri Sekuritas juga akan menangani beberapa obligasi. Hanya saja, pihaknya belum bisa mengatakan berapa jumlah obligasi yang dihandle dan berapa banyak. "Terakhir yang kami tangani obligasi PT Federal International Finance (FIF)," ujarnya.

Fluktuasi Market Sandera Gerak Indeks


Fluktuasi masih akan menyandera gerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada lanjutan perdagangan hari ini. Itu yang membuat indeks tidak terlalu bergerak impresif. Indeks akan bergerak mixed dengan kecenderungan menguat, mengantisipasi keluarnya data-data ekonomi global. “Secara teknikal penguatan masih akan berlangsung. Namun, indeks masih akan bergerak volatile dengan kecenderungan menguat,” ungkap Purwoko Sartono, analis PT Panin Sekuritas, di Jakarta, Rabu (13/4).
Sejumlah data-data ekonomi global, terutama AS telah mulai dirilis. Pelaku pasar akan cenderung mengambil opsi wait and see, sebelum menentukan langkah lanjutan apakah akan kembali melakukan pembelian atau penjualan. Jika melihat secara teknikal, beberapa saham-saham unggulan memang masih berada pada level harga yang dianggap murah, paska penurunan beberapa hari lalu.

Tuesday, 12 April 2011

Kantongi Izin, BTEL Serbu GSM


PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) mengantongi izin prinsip penyelenggaraan seluler (GSM). Itu terjadi setelah perseroan mendapat persetujuan melalui Kepmenkominfo No. 130/KEP/M.KOMINFO/4/2011. Dengan fakta itu, BTEL memastikan diri terjun dalam ranah bisnis dengan segmen GSM.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenkominfo Gatot S. Dewa Broto mengatakan pemberian izin pengoperasian GSM kepada BTEL disertai pengenaan kewajiban pembangunan kepada operator tersebut. Diantaranya, BTEL diminta menyediakan kantor dan instalasi perangkat, pusat pengendali jaringan minimal satu unit, dan prasarana pendukungnya. Operator seluler baru itu juga harus menggunakan produk dalam negeri bersertifikasi Kemenkominfo, dan menyediakan infrastruktur pendukung yang terkait dengan pihak ketiga. ”Ini sebagai konsekuensi logis dari terbitnya izin itu kepada perseroan," ujar Gatot.

Volatile, Investor Under Pressure


Gerak Indeks harga saham gabungan (IHSG) menemui batu sandungan. Pelaku pasar pun mulai menyadari kemungkinan terburuk yang bakal menyeruak dari market. Opsi aksi profit taking menjadi jalan terbaik untuk menghindari memburuknya pasar. Apalagi, indeks belakangan telah mengalami apresiasi signifikan. "Saya ramalkan indeks bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah," ucap Purwoko Sartono, Research Analyst Panin Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (12/4).
Kecenderungan melempemnya indeks itu diperkuat dengan lembeknya harga minyak mentah dunia. Efeknya, saham-saham berbasis komoditas akan tersudut dan terkoreksi. Selanjutnya, pelaku pasar akan melakukan aksi profit taking sebelum indeks anjlok di bawah posisi 3700. "Jeratan aksi profit taking kemarin lumayan deras. Netsell asing juga relatif tinggi," imbuhnya.

Laba Tergerus, Saham Tempo Media Jadi Obyek Gorengan


Saham PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) mulai digoreng hingga melonjak naik 10 persen pada perdagangan di bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (12/4). Saham TMPO pada perdagangan hari ini sempat menyentuh harga tertinggi Rp 99 per saham dari harga sebelumnya Rp 85 per saham. Sedangkan hingga penutupan perdagangan hari ini bertengger di level Rp 90 per saham alias naik 5 poin.

Luncurkan Indeks Syariah, Edukasi Kyai


Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali merevisi rencana penerbitan indeks syariah. Sebelumnya digadang-gdang bakal mentas pada medio April, ternyata diundurkan ke penghujung April. Itu dilakukan menyusul belum rampungnya persiapan peluncuran tersebut. Dan, hingga saat ini rencana itu telah mencapai 90 persen.
Dakam peluncuran pada 27 April 2011, setidaknya berisi 209 saham berkatagori syariah. Meluncurnya indeks syariah ini, diharap mendobrak dan memperjelas pandangan investor yang masih terbelah antara halal dan haram. Sebab, jamak berkembang di tengah masyarakat, investor memandang bermain saham sevara hitam putih. "Kita telah mengambil waktu yang tepat dan tidak akan mundur lagi,” tukas Friderica Widyasari Dewi, Direktur Pengembangan BEI di Jakarta, Selasa (12/4).

Sunday, 10 April 2011

BSDE Incar Penjualan Rp 4 Triliun


PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), sepanjang 2011 mematok marketing sales sebesar Rp 4 triliun. Guna memuluskan langkah itu, perseroan bakal meluncurkan 10 sub-cluster. Peluncurkan hunian teranyar itu merupakan bagian integral pengembangan BSDE City tahap dua.
Sub-Kluster yang akan diluncurkan itu menyasar segmen menengah. Dimana harganya dibanderol di kisaran Rp 600 jutaan hingga Rp 3 miliaran per unit. “Kami tetap memberikan yang terbaik bagi kalangan menengah. Di mana mereka selalu mencari nilai lebih dari investasi termasuk rumah,” ungkap Harry Budi Hartanto, Direktur Utama, BSDE di Jakarta, akhir pecan lalu.

Serbuan Investor Asing Menguat


Tren kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan berlanjut pada periode triwulan kedua 2011. Berbagai indikator domestik maupun global masih menunjukkan tanda-tanda penguatan (uptrend).
Analisa berbasis makro ekonomi, fundamental maupun teknikal tampaknya masih cukup kuat untuk mendorong Indeks terus menanjak pada periode April-Juni 2011. Bahkan, hingga ppenghujung tahun. "Dari sudut pandang makro ekonomi, tren penguatan di pasar modal kelihatannya masih uptrend, belum menunjukkan tanda-tanda pembalikan arah," ujar Siswa Rizali, analis pasar modal di Jakarta, akhir pekan lalu.
Salah satu indikator yang digunakan Rizali adalah terus meningkatnya porsi investasi asing pada produk Surat Utang Negara (SUN). Saat ini, kepemilikan asing pada SUN mencapai lebih dari Rp 200 triliun. "Jumlah itu jauh lebih besar dari kepemilikan investor domestik. Kepemilikan institusi perbankan terus menurun ke sekitar Rp 50 triliun, hampir sama dengan nilai kepemilikan mutual fund padaSUN. Kepemilikan asuransi dan dana pensiun berkisar pada kisaran Rp 120-125 triliun. Data ini menunjukkan asing masih mempercayai peluang investasi di Indonesia," tambahnya.

Saturday, 9 April 2011

Marak Aksi Goreng Saham, Jumlah Investor Stagnan


Judul Who Wants To Be A Smiling Investor
Penulis Lukas Setia Atmaja dan Thomdean
Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan Pertama Februari 2011
Tebal VII +229 Hal
Dunia investasi khususnya saham masih asing di tengah masyarakat. Jangankan masyarakat awam, kalangan berduit pun tidak dijamin mengerti dan paham betul praktik industri pasar modal. Ini yang membuat dunia saham masih dipandang sebelah mata. Efek turunannya, jumlah investor domestik masih jauh dari ekspektasi. Di mana hingga detik ini, jumlah investor yang tercatat belum menyentuh angka 1 juta. Alih-alih mencapai angka 1 juta investor, setengahnya saja masih jauh panggang dari api. Jumlah investor domestik itu, masih ketinggalan jauh bila dibanding dengan Negara tetangga.
Dengan Malaysia dan Singapura misalnya. Malaysia dan Singapura sudah menyentuh angka jutaan investor. Padahal, dilihat dari sumber daya manusia (SDM), kedua Negara tersebut kalah jauh. Tetapi, mereka efektif dan aktif serta melek akan dunia pasar modal.
Di samping itu, jumlah emiten di Negara-negara tetangga juga lebih bergairah melantai di bursa. Jumlah emiten di lantai bursa dalam negeri berada di urutan kedua terendah di Asia sebanyak 421 emiten di atas bursa Filipina sebanyak 254 emiten. Jumlah emiten di negara tetangga, Malaysia, bahkan sudah lebih dari 900 perusahaan dan Jepang mencapai 2 ribu perusahaan. Bursa India menduduki peringkat pertama dihuni oleh 5 ribu emiten.

Thursday, 7 April 2011

Siap Pasok Baja Ke Jepang


Jejak rekam saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) di lantai bursa efek indonesia (BEI) sangat positif. Terbukti kemunculan emiten pelat merah itu terus menjadi buruan investor. Bahkan, sejak kali pertama listing di lantai bursa sudah membikin ‘heboh’ pelaku pasar.
Berkaca dari sukses itu, manajemen sudah merancang strategi baru. Mereka menyiapkan skema dan berancang-ancang untuk melakukan hal serupa. Kali ini perseroan menyiapkan salah satu anak usahanya untuk melakukan initial public offering (IPO). Rencana IPO anak usaha itu, ditarget meluncur pada tahun ini. ”Tunggu saja paling November bisa diwujudkan,” ujar Fazwar Bujang, Direktur Utama KRAS, di Jakarta, Kamis (7/4).

PTPP Kantongi Kontrak Baru Rp 3,087 Triliun


PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) meraih kontrak baru senilai Rp 3,087 triliun hingga akhir Maret 2011. Tahun ini, perseroan menargetkan total order book Rp 22,360 triliun. Kontrak baru tersebut berasal dari 7 proyek. ”Memang betul kami telah mencapai progres demikian,” ucap Tumiyana, Direktur Keuangan PTPP, di Jakarta, Kamis (7/4).
Tujuh proyek baru itu sambung Tumiyana, diantaranya berasal dari Combine Cycle Power Plant 3x40 MW Rp 890 miliar, Hydroelectric Power Plant 88 MW Rp 1,150 triliun, Gas Turbine Power Plant 65 MW Rp 600 miliar, Tol Rp 117 miliar, Donggi-Senoro Rp 220 miliar, Terrace Hotel Bali Rp 42 miliar, Siloam Hospital Rp 41 miliar dan proyek Drainase di Aceh Rp 27 miliar.

Monday, 4 April 2011

Giliran Mandiri Depak Pos Telkom


PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) terlempar dari zona tiga besar. Memburuknya kinerja perseroan sepanjang 2010, dituding sebagai biang kerok. Efeknya, nilai kapitalisasi pasar perseroan tergerus ke level terendah. Alih-alih berduel dengan PT Astra International Tbk (ASII) sebagai penguasa nilai kapitalisasi pasar terbesar, mengamankan peringkat tiga terbesar tidak becus.
Telkom pun harus out dari peta persaingan setelah di take over PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). BMRI menempati pos yang ditinggal Telkom setelah mengantongi nilai kapitalisasi pasar senilai Rp 157,08 triliun. Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), juga melangkahi Telkom dan kini bersaing dengan Astra. BCA membukukan nilai kapitalisasi pasar terbesar senilai Rp 169,63 triliun. BCA oleh sebagian analis disebut-sebut sebagai satu-satunya petarung yang bakal bersaing dan menguntit posisi Astra. Meski begitu, Astra yang kini kukuh dipuncak kapitalisasi pasar tersohor posisinya tidak akan tergusur. Bahkan, sepanjang 2011, diprediksi posisi Astra akan aman. "Ini memang tahunnya Astra saya kira. Meski bencana gempa dan Tzunami menerpa Jepang tak memengaruhi otomotif Astra Grup," ujar Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst, di Jakarta, Senin (4/4).

Sunday, 3 April 2011

Ledakan Aksi Profit Taking Mengintai


Performa indeks harga saham gabungan (IHSG) pada akhir pekan lalu negitu impresif. Kala itu indeks di luar ramalan mampu menembus level psikologis 3700 yang menjadi pertaruhan pada analis. Tidak sekadar menerabas angka keramat itu, tetapi lebih dari itu indeks digadang-gadang menapak angka 3770 pada pekan-pekan mendatang. "Sepertinya indeks masih akan melanjutkan keperkasaannya. Setidaknya sepanjang pekan ini," ujar salah seorang analis pasar modal akhir pekan lalu.
Sementara pihak menyebutkan indeks hari ini akan cenderung bergerak mixed. Itu akibat sentimen negatif bursa global terutama datangnya dari daratan Amerika Serikat (AS). Di mana AS melansir data pengangguran yang kurang bersahabat dengan kondisi pasar. "Ini yang kemungkinan menahan laju indeks pada perdagangan hari ini," tutur Jeff Tan, analis Sinarmas, ketika dihubungi di Jakarta.

Emiten Halo-halo Berdarah-darah


Industri telekomunikasi benar-benar berada di bawah titik nadir. Itu setidaknya bila menilik kinerja sejumlah emiten yang bergerak bidang halo-halo itu sepanjang 2010. Di mana mayoritas emiten dibekap rugi dan mengkhawatirkan.
PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) misalnya merilis rugi bersih Rp 1,401 triliun pada 2010, dibadning periode sama tahun lalu dikisaran Rp 724,39 miliar. Pendapatan berkurang ditambah beban usaha meningkat menambah penderitaan perseroan. Pendaptan anjlok ke level Rp 376,511 miliar, turun 25,36 persen dari periode sebelumnya, Rp 504,49 miliar. Beban usaha naik menjadi Rp 1,243 triliun menjadikan rugi usaha operator FREN ini mencapai Rp 867,386 miliar.

Bapepam-LK Rancang Regulasi Bank Guarantte


Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) bakal membuat peraturan baru terkait ’bank guarantte’. Itu dilakukan guna memastikan dan memudahkan perusahaan efek yang menjadi underwriter perusahaan penjamin emisi (underwriter). Dengan ‘Bank Guarantte’ underwriter tidak perlu mencantumkan raking liabilities. ”Nantinya, underwriter dalam penghitungan Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) tidak perlu rangking,” ucap Wawan Supriyanto, Kepala Sub Bagian Perusahaan Efek, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Indeks Syariah Gugah Hasrat Investor


Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) mematangkan rencana peluncuran indeks Syariah terbaru. Kalau tak ada aral melintang, peluncuran itu bakal dilakukan pada medio April mendatang. Saat ini, manajemen bursa sedang memaksimalkan rencana itu pasca menerima fatwa syariah soal mekanisme perdagangan efek bersifat ekuitas di pasar regular. ”Segera setelah menerima sertifikasi Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) beberapa waktu lalu, kami langsung kebut peluncurannya,” ungkap Friderica Widyasari Dewi, Direktur Pengembangan BEI, belum lama ini di Jakarta.
Kiki –sapaan akrab Friderica Widyasari Dewi- menjelaskan sertifikasi itu diberikan menyusul mekanisme perdagangan saham telah memenuhi kaidah-kaidah syariah. Hal tersebut sesuai dengan unsur perdagangan pada umumnya yang menganut falsafah berkelanjutan (continous option). “Kita tinggal penguatan sosialisasi kepada masyarakat luas,” imbuhnya.

Saturday, 2 April 2011

Kubur Luka Lama, Mari Menyulam Masa Depan


Judul Ceritalah Indonesia
Penulis Karim Raslan
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama September 2010
Tebal XIV + 135 Hal

Pasang surut hubungan Indonesia dengan negeri Jiran Malaysia ternyata sudah berlangsung lama. Dan, kalau dikatakan sebagai luka lama, maka benih-benih ketidakharmonisan itu masih tetap tumbuh dan berkecambah. Tidak aneh jika kemudian, pada perjalanannya, hubungan itu diwarnai ketegangan-ketegangan yang menjurus kontak senjata. Mulai kasus blok Ambalat, Laut Sulawesi, mengambangnya garis batas kedua negara, klaim budaya oleh Malaysia dan penyiksaan Tenaga Kerja Indoneisa (TKI) serta sejumlah kasus lain yang tentu lebih fenomenal macam Manohara.
Konflik-konflik itu juga tidak sepenuhnya berdiri sendiri. Kalau menilik sejarah, jauh sebelum Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 silam, sejatinya telah terjalin hubungan antar pejuang Indonesia yang dijajah Belanda dan Malaysia di bawah pengaruh Inggris. Lantas kedua negara serumpun itu bersepakat untuk bersama-sama keluar dari pengaruh penjajah. Pada perjalanannya, niat untuk memproklamirkan kemerdekaan secara serentak itu tidak berjalan sesuai skenario. Indonesia lebih dulu merdeka dan Malaysia menyusul kemudian. Tindakan Indonesia itu, dianggap Malaysia sebagai tindakan tak sportif karena meninggalkan kawan seperjuangan. (Hal XI-XIII)

Thursday, 31 March 2011

Moment Aksi Profit Taking


Tuntas sudah laporan keuangan (Lapkeu) emiten 2010. Rerata emiten menyajikan laporan positif. Itu menunjukkan kondisi ekonomi dalam negeri masih mendukung lanscap dunia usaha. Memang tidak seluruhnya emiten melansir keuangan positif dan bisa tersenyum dengan lebar, tetapi jumlahnya tidak seberapa.
Kondisi itu juga terasa di lantai bursa efek indonesia (BEI), dimana Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin menguat tajam. Itu efek dominu dari kinerja emiten yang secara berkala menguat. "Itu memang tidak bisa dipungkiri di samping market global juga positif," ucap Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (31/3).
Setelah indeks menguat tajam itu, sepertinya hari ini pelaku pasar akan jor-joran melakukan aksi profit taking. Investor melihat ruang gerak indeks mulai terlihat kurang lincah. di sisi lain, indeks sudah masuk area overbought dan memaksa investor ekstra waspada. "Aksi profit taking itu yang akan memangkas indeks hari ini," tuturnya.

Runtuhnya Trading Floor sebagai Simbol Transaksi Bursa Efek Indonesia (BEI)


Modernisasi Sistem, Trading Floor Disulap sebagai Pusat Pendidikan Pasar Modal

Simbol transaksi pasar modal domestik berupa trading floor tinggal kenangan. Sejarah panjang yang mewarnai perjalanan tempat transaksi para pialang itu dirubuhkan. Penghapusan dilakukan karena tidak sesuai semangat zaman. Investor pun tidak sepenuhnya menggunakan trading floor sebagai venue transaksi.

Aktivitas perdagangan di lantai bursa efek indonesia (BEI) berjalan dengan normal. Sejumlah pialang tampak sibuk melayani opsi beli dan jual dari para nasabahnya. suara telepon dan mesin ketik antar pialang saling bersahutan menjadi menu aktivitas harian para broker. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Karenanya, mereka tetap konsentrasi di depan layar monitor.
Gambaran sekelumit di atas terjadi pada pertengahan tahun lalu, tepatnya 30 Agustus 2010. Itulah hari terakhir mereka melayani transaksi dan berintraksi dengan para kliennya di lantai bursa. Bagi investor atau pialang yang mungkin rindu dengan ingar bingar itu, saat ini setidaknya harus gigit jari. Anda yang ingin bernostalgia dengan ruangan berukuran tidak kurang dari 75x50 meter dan dukungan 440 seats tersebut harus dipendam dalam-dalam. Termasuk keinginan untuk melihat dua papan elektronik yang menyajikan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) juga sudah tidak lagi tersedia.

Wednesday, 30 March 2011

BCA Belepotan Terima Simpanan Nasabah


PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dipusingkan dengan tingginya dana masyarakat yang disimpan. Kondisi itu mempersulit keinginan perseroan meningkatkan rasio pendanaan terhadap kredit (LDR/Loan to Deposito Ratio) agar bisa mencapai 78 persen sesuai ketentuan Bank Indonesia (BI).
Pada tahun 2011 ini, BCA memang berkeinginan meningkatkan LDR agar bisa mencapai 60 persen. Tahapan itu sangat penting sebagai upaya menembus angka 78 persen sesuai ketentuan. ”Karena itu kita berusaha tingkatkan pinjaman,” ujar Jahja Setiaadmadja, Wakil Direktur Utama BCA, di Jakarta, Rabu (30/3).
Hambatannya, dana simpanan nasabah yang masuk terus mengalir deras. Seandainya tidak begitu deras, dengan kenaikan portofolio kredit sebesar 24,2 persen pada tahun 2010 maka, LDR saat ini dipastikan di atas 60 persen. Sementara pencapaian LDR BCA tahun lalu harus puas di posisi 55,2 persen atau naik dari 2009 sebesar 50,3 persen. ”Yang susah kita hindari adalah dana masyarakat masuk terus. Dana ini kan tidak bisa kita bilang ‘jangan simpan uang di kita’. Maka kita bingung,” ucap Jahja.

Mengunjungi Rumah Perubahan Besutan Prof Rhenald Kasali


Sulap Areal Sampah sebagai Kawah Candradimuka Entrepreneur

Sebagai akademisi, Rhenald Kasali tidak bisa berdiam diri. Pada dirinya terpatri tanggungjawab sosial yang tidak bisa ditawar. Kegelisahan ditopang kesadaran untuk mengabdi dan berbagi itu, membuat tekadnya berlipat untuk mengangkat kaum pinggiran naik kelas. Ia bercita-cita kelak bisa melahirkan 5 persen entrepreneur.

Jakfar Shodik
Rumah Perubahan Rhenald Kasali berada di Jalan Raya Hankam, Gang Masjid, Gardu Induk Jati Rangon, Jati Murni, Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat. Untuk menjangkau lokasi itu tidak terlalu sulit. Keluar tol Cikampek Jati Warna, tinggal ambil kanan dan menyusuri Jalan Hankam, sekira 5 km. Setelah melalui jalan yang agak rusak, tepatnya Gardu Listrik belok arah kanan masuk Gang Masjid.
Pada jalan yang cukup untuk dilewati mobil itu, terpampang plakat kurang rapi bertulisan Rumah Perubahan. Pada ujung gang masjid, yang kira-kira jaraknya 500 meter dari jalan utama, Rumah Perubahan yang asri nan sejuk tampak terlihat. Sebelum masuk ke gerbang ada tulisan Rumah Perubahan. Pada bangunan utama, di bagian atasnya tertulis Gedung Recode.

Kelebihan Beban, Garuda Terkapar


Kinerja PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) sepanjang 2010 mencatatkan pendapatan senilia Rp 19,53 triliun. Hal tersebut berarti mengalami kenaikan 8,5 persen dari periode sama tahun lalu senilai Rp 17,860 triliun. Namun naiknya pendapatan tersebut tidak dapat menutupi tingginya beban usaha perseroan yang tercatat sebesar Rp 19,60 triliun.
Merujuk laopran keuangan yang dipublikasikan perseroan, Rabu (30/3), tingginya beban usaha perseroan pada 2010 tersebut berdampak pada anjloknya laba bersih. Dimana laba bersih GIAA hanya tercatat sebesar Rp 515,52 miliar atau merosot 49, 39 persen dibanding periode sama tahun lalu dikisaran Rp 1,01 triliun.

Tuesday, 29 March 2011

MNC Skyvision Mantap Tatap Lantai Bursa


PT Global Mediacom Tbk (BMTR) menargetkan pelepasan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) anak usahanya PT MNC Skyvision pada semester kedua 2011. Perseroan rencananya akan melepas 20 persen hingga 30 persen sahamnya kepada publik.
Langkah penawaran umum saham perdana itu dilakukan untuk ekspansi sayap bisnis di industri televisi berbayar. Sebab, industri media visual mengarah pada kompetisi yang lebih seru dan menegangkan ke depan. Dan, lebih menjanjikan dari sisi bisnis. Karena itu, manajemen memantapkan langkah untuk menjadi yang terdepan. ”Hanya saja, kami masih belum tahu berapa dana yang akan berhasil dihimpun,” tutur Harry Tanoesoedibjo, Presiden Direktur Global Mediacom di Jakarta, Selasa (29\3).
Meski begitu, dia menjelaskan dana itu akan dipergunakan untuk rencana ekspansi PT MNC Skyvision. Antara lain memperkuat sistem transmisi jaringan televisi berbayar yaitu migrasi ke jaringan MPEG4 viddeo on demand. Untuk kepentingan itu, perseroan diperkirakan memerlukan dana sekitar USD 50 juta.

Davomas Jatuh Kepangkuan Uniflora


Perusahaan penanaman modal asing asal Kanada, PT Uniflora Prima (Uniflora), sukses mengakuisisi sebanyak 6,43 miliar lembar saham atau sebesar 51,86 persen saham milik PT Davomas Abadi Tbk (DAVO). Transaksi akuisisi senilai USD 77 juta itu dirampungkan belum lama ini.
Hanya saja, untuk pengalihan saham yang dilepas Davomas serta pembayaran pembelian perseroan akan dilakukan setelah seluruh persyaratan dalam Conditional Sale and Purchase of Shares Agrement (CSPA) terpenuhi.
"Tujuan akuisisi ini tentu untuk meningkatkan kapasitas kombinasi produksi perseroan dan menjadi Uniflora sebagai pengolah kakao terkemuka," tukas Johanas Herkiamto, Direktur Utama Uniflora, di Jakarta, Selasa (29/3).

Bursa Persempit Ruang Emiten Delisting


PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah menggodok regulasi delisting. Itu dirancang guna membatasi ruang gerak emiten keluar dari lantai bursa. Maklum, selama ini sudah banyak emiten yang nangkring di bursa mengajukan diri untuk eksodus.
Otoritas tidak main-main dalam memproses rencana itu. Setidaknya manajemen bursa telah mengajukan aturan delisting No I-I point III.2.1.4.2, kepada Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). ”Kita tengah fokus memperketat regulasi itu agar emiten tidak sembarangan keluar dari bursa,” ucap Eddy Sugito, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, di Jakarta, Selasa (29/3).

Sunday, 27 March 2011

Overbought, Investor Galau


Mengawali pekan ini, kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi belum beranjak dari zona merah. Sisa-sisa kekhawatiran akhir pekan lalu diramalkan masih menggelayuti pelaku pasar. Ini sekaligus akan membuat investor lebih banyak menahan diri untuk masuk market.
"Efek sentimen negatif akhir pekan lalu kemungkinan masih setia memayungi indeks. Investor juga akan lebih berhati-hati untuk merangsek market," tutur Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, akhir pekan lalu.
Secara tecnikal indeks pada satu sisi sudah mengalami overbouhts. Di mana sepekan terakhir, indeks tercatat naik 3,24 persen. Dimana pada awal pekan lalu, indeks berada di posisi 3.494,07 dan menyudahi akhir dikisaran 3.607,113. "Valuasi harga saham-saham unggulan sudah relatif mahal," imbuhnya.

Industri Perbankan Kinclong

Industri perbankan sepanjang 2011 diprediksi mengalami puncak-puncaknya. Para analis pun tidak ragu menempatkan potensi itu diurutan terdepan. Dan, terbbukti, belum genap satu semester, pelaku perbankan sudah banyak menangguk untung.
Hampir dalam segala sektor industri perbankan mengalami lonjakan signifikan. Bank Central Asia (BBCA) mengalami ekspansi kredit sebesar 24,57 persen menjadi Rp 153,97 triliun dibanding tahun lalu dikisaran Rp 123,59 triliun. Dan kredit bermasalah turun turun dari level 0,73 ke posisi 0,64 persen. Sementara dana pihak ketiga (DPK) tercatat menjadi Rp 277,52 triliun disbanding dengan tahun sebelumnya Rp 244,66 triliun.

Astra, BCA The Leading Market 2011

PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ditempatkan sebagai The Leading Market 2011. Itu sejalan dengan pencapaian yang ditorehkan dua perusahaan berbeda sektor itu. Posisi itu, membuat pelaku pasar terutama asing menjadikan saham perseroan sebagai jujukan koleksi.
Memang tidak ada keraguan pada dua perusahaan itu. Dimana dari sisi manajemen didisain sangat rapih. Sehingga investor baik sekala besar dan kecil sama-sama tetap tersenyum dengan lebar. Bahkan, saking rapinya manajemen yang diterapkan dua perusahaan itu, dari sisi kapitalisasi pasar tidak tergoyahkan. Astra misalnya membukukan kapital market senilai Rp 234,40 triliun dan pada akhir pedagangan Jumat (25/3) lalu, sahamnya melonjak tajam sebesar 1100 poin (1,94 persen) ke level Rp 57000 per lembar saham. ”Padahal, saat itu pasar sedang remuk,” tandas Billy Budiman, Head of Technical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketikad ihubungi di Jakarta, akhir pekan lalu.

Friday, 25 March 2011

Saham Garuda dilego Rp 550

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dikabarkan mencapai kesepakatan harga dengan investor strategis. Tetapi, rumor yang berkembang dikalangan pelaku pasar tersebut kurang mengembirakan. Pasalnya, harga yang dicapai itu disebut-sebut berada di bawah level Rp 550.
Memang sebelumnya, Grup Dajrum dan Rajawali berebut masuk untuk mengeksekusi saham GIAA. Tetapi, seiring berjalannya waktu, kabar tersebut menghilang tanpa mengasilkan kesepakatan. Saat kabar itu berhembus, saham GIAA sempat menyentuh level tertinggi dikisaran Rp 580, sebelum akhirnya kembali bermain di area Rp 520 per lembar saham.
Sebelumnya, dikabarkan saham perseroan akan tetap dilepas kepada investor strategis dengan skema harga Initial Public Offering/IPO senilai Rp 750 per lembar saham.

Tuesday, 22 March 2011

Jangan Terjebak Euforia

Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan berbalik arah pada perdagangan hari ini. Itu sejalan dengan membaiknya bursa Eropa. Meski begitu, investor disarankan untuk tetap memperhatikan situasi Jepang dan Libya yang terus memanas. ”Kemungkinan indeks hari ini akan mengalami pembalikan arah. Tetapi, investor tidak boleh jumawa dan sembarangan masuk pasar,” ucap Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (22/3).
Billy menyebutkan, sejumlah sentimen positif akan memayungi indeks. Salah satunya adalah situasi Jepang yang perlahan mulai membaik serta tren bullish di bursa saham regional. Investor pun bisa mengoleksi beberapa saham unggulan, baik untuk jangka panjang ataupun pendek. ”Saham sektor consumer bisa menjadi pilihan menarik. Pasalnya, laporan keuangan mereka menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Di sisi lain, pelaku usaha juga optimistis pendapatan perkapita masyarakat akan meningkat,” tambahnya.

Investor Skeptis Kinerja Telkom

Performa saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) terus melorot. Sepanjang pekan ini, para pelaku pasar secara bergelombang melepas saham perseroan. Ini petanda kurang baik mengingat saham perseroan menjadi salah satu pengendali naik turunya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Memburuknya kinerja saham telkom itu seakan mengkonfirmasi tergusurnya posisi nilai kapitalisasi terbesar di lantai bursa efek indonesia (BEI). Nilai kapitalisasi pasar perseroan tergeser oleh Bank Central Asia (BBCA) dan harus puas di posisi ketiga. Sementara posisi pertama tetap dihuni PT Astra International Tbk (ASII).

Go Private, Saham RMBA Auto Reject

Saham PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) menjadi buruan investor sepanjang perdagangan Selasa. Investor sacara bergelombang melakukan koleksi terhadap saham rokok asal Malang, Jawa Timur tersebut. Efeknya, saham perseroan mengalami auto riject (menyentuh batas atas, Red) setelah menguat 170 point (24,28 persen) ke posisi Rp 870.
Melonjaknya saham perseroan sejatinya terjadi sejak perdagangan awal pekan lalu. Kala itu, saham perseroan menguat sebesar 20 point (2,94 persen) ke level Rp 700. Kenaikan itu memang belum signifikan menyusul belum berkembangnya rumor yang menyelimuti kinerja perseroan ke depan.

Friday, 18 March 2011

MBSS Banderol IPO Rp 1600

PT Mitra Bahtera Segara Sejati (MBSS) menetapkan harga saham perdananya (IPO) sebesar Rp 1.600 per saham. Total dana yang akan diraih perseroan sebesar Rp 344 miliar. MBSS melepas 215 juta saham baru atau setara dengan 12,3 persen saham ke publik.
Untuk keperluan itu, perseroan menunjuk PT OSK Nusadana Securities (DR) dan PT Mandiri Sekuritas (CC) sebagai penjamin emisi. Dana perolehan IPO akan digunakan untuk membeli 20-30 kapal tunda, tongkang dan floating crane. Perseroan akan membeli kapal tunda dengan kekuatan 1.200-2.800 HP, kapal tongkang dengan kapasitas 270-365 feet dan floating crane dengan kapasitas 20 ribu-45 ribu ton per hari.

Indocement Bangun Pabrik USD 600 Juta

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berencana membangun pabrik berkapasitas 2-3 juta ton. Pabrik yang menelan dana sebesar USD 150-600 juta itu ditarget rampung sepanjang 3-4 tahun mendatang. Kalau tak ada aral melintang, pabrik tersebut pembangunannya akan dimulai pada 2012 mendatang. "Kita percaya pertumbuhan industri semen dalam negeri akan booming. Kami percaya itu sesuai dengan kalkulasi menilik perkembangan ekonomi yang terus membaik," ungkap Christian Kertawijaya, Direktur Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa di Jakarta, Jumat (18/3).
Pabrik itu akan berlokasi di seputaran Jawa Tengah. Dalam kalkulasi awal, pembangunan pabrik model ground file menelan anggaran senilai USD 150 juta per ton. Sementara kalau pilihan model grand file menelan USD 200 juta. "Iya, kalau ground file tinggal membangun pabriknya saja. Sementara kalau grand file masih kosongan," imbuhnya.

Thursday, 17 March 2011

AISA Tuntaskan Akuisisi 4 Proyek

PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) menyiapkan dana sebesar Rp 1,143 triliun. Dana segar itu akan digunakan perusahaan untuk membiayai 4 proyek akuisisi yang telah direncanakan. Empat proyek itu seperti pabrik makanan, kelapa sawit dan pabrik beras. “Dengan dana segar itu seluruh aksi korporasi tersebut bisa tuntas pada tahun ini juga,” ungkap Sjambiri Lioe, Direktur Keuangan AISA, di Jakarta, Kamis (17/3).
Dengan banyaknya aksi akuisisi tersebut, Sjambiri berharap kinerja perusahaannya bisa tumbh makin signifikan di masa mendatang. Sementara menyoal rencana masing-masing proyek akuisisi itu, diantaranya membidik perusahaan sawit senilai Rp 810 miliar yang akan dibiayai melalui penerbitan obligasi konversi (convertable bond). Obligasi itu akan diterbitkan pada pertengahan 2011 mendatang. “Obligasinya senilai USD 60 juta sampai USD 70 juta. Nanti akan kami tukar dengan saham anak usaha,” tutur Sjambiri.

Pendanaan Kuat Lirik Sektor Perawatan Jalan

PT Jasa Marga Tbk (JSMR) mempunyai komitmen pendanaan sebesar Rp 30 triliun hingga penghujung 2014. Komitmen itu mencakup pembiayaan dan akuisisi jalan tol. Perseroan mengantongi suntikan dana Rp 15 triliun. ”Pendanaan kita kuat dimana totalnya mencapai Rp 45 triliun,” ungkap Frans Sunito di Jakarta, Kamis (17/3).
Dengan komposisi pendanaan yang kuat itu, sepanjang tahun ini perseroan membidik dua ruas jalan tol trans jawa dan jakarta. Perseroan mengincar kepemilikan mayoritas dari investor swasta dalam dua ruas tol tersebut. Meski begitu, Frans belum mau menyebut angka pasti dari dua proyek yang diincar itu. "Kita akan mengambil opsi mayoritas,” imbuhnya.
Memang pemerintah mengutamakan pembangunan 9 ruas tol Trans Jawa dari total 24 ruas yang stagnan. Jalur Trans Jawa 9 ruas tol memiliki panjang 657,86 km. Dan, pembangunan ruas tol itu harus tuntas tahun 2014 mendatang. ”Saat ini pembebaan lahannya masih mencapai 4.761,96 hektar,” ucapnya.

Wednesday, 16 March 2011

Saham Berbasis Komoditas Tersudut

Saham-saham berbasis komoditas tidak bisa mengelak efek buruk bencana gempa dan Tsunami Jepang. Itu menyusul melorotnya harga komoditas mengikuti anjloknya harga minyak dunia. Tetapi, dampak paling buruk akibat bencana gempa dan Tsunami Jepang adalah PT United Tractor dan PT Hexindo Adiprakasa Tbk (HEXA).
"Saya rasa dua perusahaan itu yang terkena dampak langsung. Sebab, keduanya merupakan rujukan utama dalam urusan penjualan alat berat yang selama ini berkiblat ke Jepang. Dan, memang keduanya dari sana," ungkap Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (16/3).

Fluktuatif, Investor Wait and See

Indeks harga saham gabungan (IHSG) memang sukses menyudahi perdagangan di zona positif. Tetapi, perjalanan indeks tidak menggembirakan menyusul momentum penguatan di menit-menit terakhir. Superioritas indeks jelas tidak tersaji seperti perdagangan-perdagangan sebelumnya. "Pasar masih cenderung fluktuatif dan belum sepenuhnya stabil. Itu akan memengaruhi indeks pada perdagangan hari ini yang diprediksi bergerak alot," ungkap Purwoko Sartono, Research Analyst Panin Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (16/3).
Purwoko menyebutkan, dalam kondisi valuasi market tidak menentu, dengan perkiraan pelaku pasar masih wait and see. Pengaruhnya, harga komoditas harga komoditas juga akan ikut terpengaruh negatif. Karena itu, indeks akan bergerak kisasaran support 3510 dan resistence 3563. Saham rekomendasi adalah Charoen Pokphan (CPIN), AKRA, London Sumatera PLantation (LSIP), Wintermars (WINS), BMTR. "Salah satu faktor yang aka menjadi fokus investor adalah laporan kinerja emiten 2010, serta pergerakan harga komoditas yang banyak dipengaruhi kondisi geo politik Timur Tengah (Timteng) serta faktor permintaan dari jepang pasca bencana," tutur Purwoko.

Exxon Mobil Incar Elnusa

Esso, anak usaha Exxon Mobil Corporation dikabarkan tengah melakukan penawaran atas 37,15 persen saham PT Elnusa Tbk (ELSA) milik PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI). Divestasi itu dilakukan menyusul prospek kinerja ELSA di luar ekspektasi. Selain itu, BIPI dibekap utang senilai Rp 894,81 miliar.
Merujuk kabar yang merebak di market, utang yang mendera BIPI melalui penerbitan Promisory Notes kepada PT Indotambang Perkasa, induk usaha BIPI, untuk mengakuisisi 37,15 persen saham ELSA tahun lalu. Utang sejumlah Rp 302,5 miliar telah dilunasi BIPI pada akhir 2010 dengan menjaminkan 12,55 persen saham ELSA kepada Amadia Investment, sehingga tersisa utang sebesar Rp 592,31 miliar berjaminan 24,6 persen saham ELSA. "Promisory Notes telah diperpanjang jatuh temponya dari 12 Maret 2011 menjadi 12 september 2011. Tetapi, BIPI tetap berencana menjual sahamnya di ELSA. Info yang beredar, Esso tengah melakukan penawaran," ujar salah satu investor kawakan.

Monday, 14 March 2011

Saham ASII Muncer, UNTR Terhempas

Kinerja keuangan PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Astra International Tbk (ASII) diperkirakan bakal terkena dampak bencana Tsunami yang menyapu Pantai Timur Jepang pada Jumat (11/3) lalu. Maklum, Komatsu memiliki 11 pabrik di Jepang. Di mana sebanyak 6 pabrik terletak di Pantai Timur dan terkena bencana Tsunami.
Menurut analis CLSA Sarina Lesmina, volume penjualan alat berat merek Komatsu kategori alat besar mencapai 20 persen dari volume penjualan UNTR. Sedangkan nilai pendapatan mencapai 40-50 persen. Sedangkan penjualan alat-alat berat Komatsu kategori kecil dan menengah diperkirakan tidak akan bepengaruh karena diproduksi di Indonesia. Namun kemungkinan UNTR akan kesulitan mendapatkan pasokan komponen dari Jepang.

Djarum dan Rajawali Bersaing Caplok Garuda

Dua konglomerat nasional, Grup Djarum dan Grup Rajawali, bersaing ketat membeli saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Djarum disebut-sebut sebagai pembeli saham milik Danareksa Sekuritas (OD) dan Rajawali mengincar milik Mandiri Sekuritas (CC).
Berdasar keterangan pelaku pasar, Djarum lebih berpeluang masuk karena akan menggandeng Grup Wings. Transaksi itu akan dilakukan Minggu depan sebelum pemilihan Direktur Keuangan (Dirkeu) Garuda. Pembeli saham GIAA berhak menempatkan wakil pada posisi Dirkeu. Hanya saja, belum bisa disebutkan kisaran harga yang diajukan dua gurita bisnis tersebut.

Sunday, 13 March 2011

Investor Lebih Percaya Manajemen Asing

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tercatat 20 hari mendarat di lantai bursa efek indonesia (BEI). Itu terekam sejak menginjakkan rodanya pada 11 Februari lalu. Sepanjang itu pula kinerja saham perseroan tak kunjung berbalik arah.
Alih-alih menguat, sepanjang 20 hari perdagangan itu, saham perseroan dipenuhi catatan buruk. Menilik data muhibah saham perseroan pada pasar skunder, dari total 20 hari perdagangan, itu sebanyak 11 kali saham perseroan berlabuh di zona merah. Koreksi terburuk terjadi saat listing pada 11 Februari. Dimana kala itu, saham GIAA yang dibanderol Rp 750 harus terhempas ke posisi Rp 620 dengan volume 583,479,000 lembar saham. Selanjutnya, volume transaksi terbesar kedua saham perseroan di masa-masa gejolak itu terjadi pada 14 Februari setelah berakhir di level Rp 590 dengan voluem 88,481,500 lembar. Sedang volume terkecil saham GIAA menyentuh level terendah diangka Rp 500 pada volume 6,649,500 pada 10 Maret lalu.

Friday, 11 March 2011

KPEI Kantongi Fasilitas Intraday Rp 1,79 triliun

PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) memperoleh fasilitas pinjaman intraday Rp 300 miliar. Fasilitas pinjaman itu diperoleh dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) selaku Bank Pembayaran. Dengan tambahan itu, maka total pinjaman fasilitas intraday yang diperoleh KPEI adalah Rp 1,79 triliun. ”Ini akan mendukung implementasi penyelesaian transaksi bursa melalui metode continuous settlement,” ungkap Hoesen, Direktur Utama KPEI, di Jakarta, Jumat (11/3).
Hoesen menyebutkan fasilitas intraday itu dipakai untuk mendukung penerapan penyelesaian transaksi bursa melalui metode continuous settlement. Sebab, sebelum adanya metode continuous settlement proses penyelesaian dilakukan dalam dua batch (tahap, Red) yaitu morning settlement dan afternoon settlement. ”Dengan metode continuos settlement proses morning settlement bisa dilakukan dalam beberapa tahap secara otomatis dan berkelanjutan,” imbuhnya.

KPEI Kantongi Fasilitas Intraday Rp 1,79 triliun

PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) memperoleh fasilitas pinjaman intraday Rp 300 miliar. Fasilitas pinjaman itu diperoleh dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) selaku Bank Pembayaran. Dengan tambahan itu, maka total pinjaman fasilitas intraday yang diperoleh KPEI adalah Rp 1,79 triliun. ”Ini akan mendukung implementasi penyelesaian transaksi bursa melalui metode continuous settlement,” ungkap Hoesen, Direktur Utama KPEI, di Jakarta, Jumat (11/3).
Hoesen menyebutkan fasilitas intraday itu dipakai untuk mendukung penerapan penyelesaian transaksi bursa melalui metode continuous settlement. Sebab, sebelum adanya metode continuous settlement proses penyelesaian dilakukan dalam dua batch (tahap, Red) yaitu morning settlement dan afternoon settlement. ”Dengan metode continuos settlement proses morning settlement bisa dilakukan dalam beberapa tahap secara otomasti dan berkelanjutan,” imbuhnya.

SMGR Tingkatkan Kapasitas Produksi 30 Juta ton

PT Semen Gresik Tbk (SMGR) membutuhkan dana sekitar USD 3 miliar untuk mencapai kapasitas 30 juta ton hingga 2015. Dana tersebut akan dipakai untuk membangun pabrik di Sumatera dan Wilayah Pulau Jawa. Dengan penambahan pabrik baru itu, nantinya secara bertahap perseroan juga akan meningkatkan kapasitas produksi.
”itu sesuai dengan rencana jangka panjang perseroan dalam meningkatkan kapasitas produksi hingga ke level 30 juta ton,” ungkap Dwi Sutjipto, President Direktur Semen Gresik Tbk (SMGR) di Jakarta, Jumat (11/3).
Dwi menyebutkan penambahan kapasitas produksi secara bertahap itu, dengan menambah kapasitas 1,5 juta ton pada 2011. Dengan skeman itu, pada 2011 target kapasitas produksi sebanyak 20 juta ton akan tercapai. Selanjutnya, pada 2012 perseroan menargetkan kapasitas produksi mencapai 24 juta ton.

Gempa Jepang Perburuk Market

Koreksi indeks harga saham gabungan (IHSG) benar-benar tak tertahankan. Sejak perdagangan di buka, indeks langsung diterpa aksi profit taking. Itu terjadi menyusul memburuknya bursa global terutama indeks Dow Jones setelah rilis angka pengangguran membengkak.
Ketika indeks mencoba bergerak stabil, sentiment lebih dahsyat mencuat dari daratan negeri Matahari Terbit, Jepang. Negeri kaisar tersebut disapu Gempa bumi 8,9 skala richter (SR) dan segera direspon pasar secara negatif. Indeks Nikkei langsung anjlok dan menjalar secara luas pada bursa-bursa utama regional dan global. ”Double effect saya kira untuk menyebut kondisi pasar kemarin. Investor yang sudah memprediksi indeks tergerus ditambah lagi dengan gempa bumi yang disusul bencana Tsunami,” ungkap Purwoko Sartono, Research Analyst, Panin Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (11/3).

Thursday, 10 March 2011

Group Djarum Cengkram BCA Erat-erat

Performa saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terus menggeliat. Dalam beberapa pekan terakhir penguatan saham salah satu perbankan terbesar itu sangat menggoda investor. Tak ayal, saham perseroan menjadi prioritas utama pelaku pasar untuk dijadikan objek koleksi.
Di sisi lain, kinerja saham perseroan yang dahsyat tersebut didukung manajemen yang sangat rapi. Kondisi ini membuat investor yang rata-rata pelaku pasar asing percaya penuh dengan kinerja BCA. Mereka sepnuhnya percaya kalau BCA bakal memberikan imbal hasil sesuai dengan ekspektasi. Dan, kepercayaan investor ternyata dijawab cukup elegan oleh manajemen.
Dari sisi kapitalisasi pasar misalnya, perseroan telah menunjukkan diri dengan menyalip PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) pada urutan kedua dalam kapitalisasi pasar saham terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) per Februari 2011. Urutan pertama masih milik PT Astra International Tbk (ASII).

Badai Koreksi Bayangi Indeks

Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi belum beranjak dari bayang-bayang badai koreksi. Fluktuasi market yang mulai menyergap indeks rupanya menjadi hantu menakutkan pelaku pasar. Di samping itu, sejumlah valuasi harga sejumlah emiten mulai memasuki jenuh beli. "Indeks akan mengulasi gerakan serupa. Pasar masih bergerak tidak pasti sejalan situasi market global yang mulai labil," tukas Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst PT Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (10/3).
Aksi profit taking diprediksi juga masih akan berlanjut. Investor mulai skeptis dengan gejolak yang melanda Timur Tengah (Timteng). Pasang surut gejolak politik di Timteng itu memengaruhi psikologi investor untuk melanjutkan koleksi pada sejumlah saham. Mereka mengambil keputusan tepat dengan melakukan aksi jual sambil menunggu stabilitas market global. "Aksi jual masih tetap akan terjadi. Investor khawatir karena pola pasar cenderung menurun," imbuhnya.

PGN Percepat Pelunasan Utang USD 246,5 Juta

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) telah melakukan pelunasan utang sebelum masa jatuh tempo (voluntary prepayment) senilai USD 246,5 juta. Pelunasan itu dilakukan setelah mengantongi sindikasi perbankan yang dipimpin Standard Chartered Bank (SCB). Sejatinya, jatuh tempo utang itu terjadi pada 9 Desember 2012 mendatang.
Total pelunasan pinjaman sebesar USD 246,5 juta terdiri dari pembayaran bunga pinjaman sebesar USD 2,079 juta (untuk periode bunga 9 Desember 2010 – 9 Maret 2011) dan sisa pinjaman pokok sebesar USD 244,444 juta. Perseroan dan SCB menandatangani perjanjian Syndication Loan Agreement (SLA) sebesar USD 275 juta pada 25 November 2009 dengan bunga 3,1 persen per tahun plus LIBOR 3 bulan dan tenor selama tiga tahun. Sebanyak 19 bank domestik dan internasional tergabung dalam program sindikasi tersebut. "Sesuai dengan persyaratan perjanjian, kami dapat melakukan voluntary prepayment," ungkap Wahid Sutopo, Sekretaris Perusahaan PGAS di Jakarta, Kamis (10/3).

PTBA Tak Butuh Pinjaman Perbankan

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menargetkan volume penjualan sebesar 16,8 juta ton sepanjang 2011. Kondisi itu mengalami lonjakan proyeksi 23 persen dibanding edisi sebelumnya. Perseroan mengklaim, kondisi tersebut akan tercapai sealur dengan rencana peningkatan volume angkutan Kereta api (KA) dan produksi tambang. ”Ya, proyek kami sedang digarap. Kemungkinan untuk menambah volume tersebut sangat terbuka,” ungkap Sukrisno, President Direktur PTBA di Jakarta, Kamis (10/3).
Di samping itu, perseroan juga telah menandatangani kerjasama dengan PT Indonesia Power untuk PLTU Suralaya, serta PT PLN untuk pasokan PLTU Bukit Asam dan PLTU Tarahan. Total volume pasokan batubara ke PLTU Bukit Asam direncanakan sebesar 1,0 juta ton dengan harga Rp 575 ribu per ton pada kalori 5 ribu kcal per kilogram. Sementara untuk pasokan ke PLTU Tarahan sebesar 0,7 juta ton pada harga Rp 729,325 per ton. ”Kami juga telah menyepakati harga jual untuk kontrak tambahan dengan pihak PT PLN volume 1 juta ton per tahun,” imbuh Sukrisno.

Wednesday, 9 March 2011

Moment Tepat Aksi Profit Taking

Indeks harga saham gabungan (IHSG) nyaris menyudahi perdagangan di level 3600. Apresiasi indeks itu tidak lepas dari kondisi market global dan kondusifnya pasar domestik. Tak ayal, sejumlah sentimen itu membuat konfidensi investor melonjak dan mereka secara berkala masuk bursa.
Di pimpin investor asing, mereka masuk dan menyerbu pasar serta melakukan koleksi pada sejumlah saham unggulan. Ini tercermin dari aksi beli bersih (netbuy) asing mengalir deras ke jantung pasar domestik. Situasi itu menggoda investor lokal yang polanya masih labil dan sepenuhnya mengikuti gerakan trader asing ikut-ikutan melakukan hal serupa. "Merujuk mazhab Astronacci, situasi itu telah terpetakan sejak sebulan lalu. Dan, memang terbukti indeks menyentuh level 3600," tandas Gema Merdeka Goeyardi, Analis UOB Kay Hian Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (9/3).
Berdasar metode Astronacci itu, saat ini moment tepat untuk melakukan serangkaian aksi profit taking. Aksi profit taking bisa dilakukan baik untuk keseluruhan, sebagian untuk pelaku pasar yang menganut aliran short term trader. fluktuasi market akan memengaruhi volatilitas sejumlah saham dan berpeluang menghempaskan indeks meski dalam skema kecil. "Koreksi indeks sepertinya tipis saja. Tapi, sebaiknya trader melakukan profit taking saja," saran Gema.

AEI Jagokan 3 Calon Emiten BUMN IPO

Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) mendorong perusahan berlabel Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan initial public offering (IPO). Peluang subur itu setidaknya mencuat dari sektor PT Perkebunan Nusantara (PTPN), PT Angkasa Pura dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Dan, peluang itu sangat terbuka menyusul dari sektor perkebunan dan infrastruktur belum maksimal. "Masih banyak sektor yang bisa IPO tahun ini. Namun itu tergantng sepenuhnya pada good will pemerintah," tutur Airlangga Hartarto, Ketua Umum AEI, di Jakarta, Rabu (9/3).
Airlangga menyebutkan, calon emiten BUMN yang masuk bursa akan menggairahkan market. Dengan nilai market cap yang besar, tentu akan menyedot investor. Dan, representasi calon emiten yang bakal mendapat sambutan luas pasar itu seperti PT Perkebunan Nusantara, PT Angkasa Pura dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). "Kami berharap makin banyak lagi perusahaan-perusahaan BUMN yang mau listing dan masuk pasar modal. Terutama bagi BUMN di bidang infrastruktur," tambah Airlangga.

AKRA Bangun Terminal BBM USD 110 Juta

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) menginvestasikan belanja modal senilai USD 110 juta sepanjang 2011. Dana sebesar itu akan digunakan untuk mendanai pembangunan lima terminal Bahan Bakar Minyak (BBM). Dana investasinya diperoleh dari kombinasi kas internal dan pinjaman perbankan.
"Dana capex itu sebagian berasal dari dana internal, sementara sebagian dari pinjaman bank," ujar Harianto Adikusumo, Presiden Direktur, di Jakarta, Rabu (9/3).
Ia menambahkan, perseoran akan membangun terminal BBM di wilayah Bunto Baru dan Teluk, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Palembang, dan Bitung. Terminal BBM di Bunto Baru diperkirakan akan selesai pada tahun ini. Sedangkan terminal di Teluk Timbau akan diselesaikan pada tahun 2012. "Proyek-proyek ini sedang dalam penggarapan. Harapannya, tuntas sesuai dengan skenario awal," tambah.

Mudharat, AEI Tolak Asean Linkage

Asosiasi Emiten Indonesia menolak wacana integrasi pasar modal di wilayah ASEAN (ASEAN Linkage). Sikap tegas AEI itu disuarakan menyusul integrasi tidak akan berdampak maslahat bagi sejarah perjalan pasar modal Indonesia. Alih-alih berefek positif, justru dampak mudharatnya dinilai lebih mengancam. "Apa yang kita dapatkan dari Asean Linkage. Lebih banyak negatifnya dari pada positifnya," tukas Airlangga Hartarto, Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) di Jakarta, Rabu (9/3).
Integrasi pasar modal ASEAN itu sebut Airlangga, nantinya berpusat di dataran Singapura. Sebagai kiblat Asean Linkage, tentu negeri singa tersebut akan menangguk sejumlah keuntungan. Selanjutnya, potensi investor dan segala benefit yang dimiliki Indonesia akan eksodus ke negeri pulau tersebut. "Model dan polanya tidak jauh beda dengan pasar bebas yang menguntungkan China," tutur Airlangga.

Monday, 7 March 2011

Investor Asing Serbu Market

Performa indeks harga saham gabungan (IHSG) benar-benar menunjukkan keperkasaannya. Meski diawal-awal perdagangan sempat disapu koreksi, tetapi itu hanya berlangsung sesaat. Setelah itu indeks melenggang dengan mulus melewati angka 3560.
Gerakan indeks yang meyakinkan itu menggoda investor asing untuk turun gunung. Mereka secara perlahan masuk market dan melakukan akumulasi pada sejumlah saham perbankan. Tercatat investor asing melakukan akumulasi beli bersih (netbuy) senilai Rp 585,646 miliar. ”Ini efek domino dari kebijakan Bank Indonesia yang memarkir BI Rate dikisaran 6,75 persen. Makanya, bisa dilihat bagaimana saham-saham perbankan jadi objek aksi beli terutama investor asing,” tukas Cece Ridwan, analis Eko Capital, ketika dihubungi di Jakarta, Senin (7/3).
Cece menyebutkan terdongkraknya indeks memang tidak lepas sepenuhnya dari kondisi dalam negeri yang kondusif. Nilai tukar rupiah juga masih cukup menjanjikan. Ekspektasi laporaran keuangan perusahaan menunjukkan gejala positif. Itu menandakan pertumbuhan indeks sepanjang 2010 yang signifikan dan sepenuhnya lepas dari 'bubble'. "Ekspektasi kinerja emiten telah begitu nyata dan itu mendorong pelaku pasar mulai mengambil kuda-kuda untuk memformulasikan investasi pada saham-saham dengan prospek cerah,” imbuhnya.

Tingkatkan Likuiditas, Lancarkan Aksi Rights Issue

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), berencana menambah saham kepemilikan publik dengan mekanisme rights issue. Perusahaan hasil merger PT Chandra Asri dengan PT Tri Polyta Indonesia Tbk, (POLY) itu dperkirakan menambah porsi saham kepemilikan publik antara 15-25 persen. Peningkatan itu dilakukan guna meningkatkan likuiditas perseroan. ”Skemanya kita masih persiapkan. Entah bentuk finalnya nanti seperti apa belum bisa dijelaskan secara rinci. Yang pasti penambahan itu untuk meningkatkan likuiditas di market,” ujar Suryadi, Direktur Chandra Asri Petrochemical, di Jakarta, Senin (7/3).
Suryadi malanjutkan penambahan saham publik itu siap digeber tahun ini. Manajemen tengah mematangkan rencana penambahan saham ke publik tersebut. Nanti, kalau rencana itu telah jelas maka akan diikuti dengan tahapan berikutnya. ”Ya, tunggu saja. Pasti kita infokan,” imbuhnya.

Thursday, 3 March 2011

BCA Gusur Telkom

Posisi PT Astra International Tbk (ASII) belum tergoyahkan sebagai pemangku kapitalisasi pasar terbesar di lantai bursa efek indoensia (BEI). Justru posisi PT Telekomonikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang selama ini tercatat sebagai seteru abadi Astra harus tergeser. TLKM harus puas di posisi ketiga setelah disalip oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Berdasarkan data dari BEI, saham BBCA mencatatkan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 153,77 triliun di bawah ASII senilai Rp 210,71 triliun. Sementara TLKM di tempat ketiga senilai Rp 150,19 triliun diikuti PT Unilever Tbk (UNVR) senilai Rp 123,60 triliun dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 120,56 triliun.
Lengsernya Telkom memang sudah bisa ditebak. Sebab, dari sisi kondisi industri itu berseberangan dengan industri perbankan. Di mana pada 2011, sektor perbankan secara indutri lebih menjanjikan. ”Ini efek membaiknya kondisi perbankan dari pada industri telekomunikasi,” tandas Jeff Tan, Analis Sinarmas Sekuritas, di Jakarta, Kamis (3/3).
Industri telekomunikasi sedang mengalami dilusi menyusul persaingan ketat. Hal itu sudah tercermin dari minimnya pertumbuhan kinerja Telkom sepanjang 2010 dan laba Indosat yang tergerus cukup dalam. ”Indosat kelabakan. Labanya terkoreksi sangat tajam,” imbuh Jeff Tan.

Air Asia Siap Mengikuti Jejak Garuda

Pendaratan kurang mulus PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tak menyurutkan perusahaan sejenis menuju lantai bursa efek indonesia (BEI). Buktinya, PT Indonesia Air Asia (IAA) bakal melakukan langkah serupa. IAA memantapkan diri melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada kuartal empat 2011.
Dalam hajatan itu, perseroan menargetkan meraup dana antara USD 150–200 juta. Dana hasil IPO itu akan digunakan untuk ekspansi. Diantaranya pembelian pesawat baru, memperkuat modal dan kegiatan operasional jangka panjang, meningkatkan modal kerja perusahaan, dan memberikan kesempatan bagi karyawan dan public untuk menjadi pemegang saham. ”Rencana ini sudah matang,” ujar Dharmadi, Direktur Utama IAA, di Jakarta, Kamis (3/3).
Saat ini IAA memiliki 20 pesawat mayoritas sewa dan sedang dalam tahap pembelian 5 pesawat baru mulai awal tahun 2011 ini. Dari 20 pesawat yang ada, 16 unit di antaranya jenis Airbus dan sisanya Boeing. Perseroan menargetkan 30 pesawat hingga 2015. ”Perseroan telah menunjuk lead underwriter atau penjamin emisi yaitu Credit Suisse dan CIMB Sekuritas untuk membantu dalam aksi perseroan ini,” imbuh Dharmadi.

Tunggu Skema BI Rate

Indeks harga saham gabungan (IHSG) sukses parkir di zona hijau. Penguatan indeks itu sekaligus membalik prediksi analis yang menyebut indeks sepenuhnya berada di bawah kungkungan badai koreksi. Bahkan, rebound yang dialami indeks tersebut melebihi ekspektasi pelaku pasar setelah bertengger nyaris di atas level 3500.
Indeks pun diprediksi pada perdagangan hari ini digadang-gadang bakal mengulangi hal serupa. Peluang itu sangat terbuka menyusul sejumlah sentiment positif yang diramalkan bakal menyuburkan penguatan indeks. Salah satu sentiment terkuat adalah ekspektasi pengumuman suku bunga acuan (BI Rate) yang bakal dirilis hari ini. Ekspektasinya BI Rate sesuai dengan keinginan investor dan tidak kontraproduktif dangan fakta.
”Secara teknikal indeks masih akan melanjutkan penguatan. Itu menyusul sentiment positif yang masih memihak perjalanan indeks sepanjang perdagangan,” ungkap Jeff Tan, analis Sinarmas Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (3/3).

Wednesday, 2 March 2011

Investor Tanggalkan Transaksi

Indeks harga saham gabungan (IHSG) terlempar dari level 3500. Itu terjadi setelah dalam perdagangan kemarin, investor secara bergelombang melenggang meninggalkan lantai bursa. Mereka memilih menahan diri sambil menunggu situasi normal. "Melihat gejala yang mencuat sepertinya investor disergap rasa cemas. Karena itu, kemungkinan besar indeks hari ini akan tetap melanjutkan koreksi," ungkap Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst Prosperindo Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (2/3).
Billy menyebutkan pelemahan indeks itu terlihat dari performa sepanjang perdagangan kemarin yang berlangsung kurang meyakinkan. Efeknya, indeks tidak bisa mempertahankan rekor baru diangka 3500. Alih-alih melewati angka 3500, mengamankan posisi resistence di bawah level itu indeks tidak sukses. "Ini yang membuat investor pikir untuk kembali pasar," imbuh Billy.

Bursa Opitimistis Kinerja Emiten Positif

Otoritas bursa mengklaim laporan keuangan emiten sepanjang 2010 bakal positif. Itu sejalan dengan kondisi perekonomian yang mengalami pertumbuhan secara signifikan. Dengan fakta itu, pihak bursa meramalkan kinerja emiten-emiten 2010 yang segera tuntas bulan ini akan lebih baik dibanding laporan keuangan 2009.
"Anda bisa melihat bagaimana Astra sukses mencetak sejarah dalam laporan keuangan 2010. Itu akan diikuti oleh emiten lain yang punya potensi sama,” ungkap Ito Warsito, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Rabu (2/3).
Ito menjelaskan membaiknya kinerja laporan keuangan emiten memantik pertumbuhan pasar domestic. Itu terlihat dari kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mengalami apresiasi hingga 46 persen. Fakta itu sekaligus mementahkan ramalan yang menyebut kenaikan indeks bersifat 'bubble'. ”Fakta ini cukup jelas memberi gambaran kepada investor untuk memasuki pasar dalam negeri dengan mantap,” imbuh Ito.

Investor Bingung Urus Saham Telantar

PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) mengantongi koleksi saham telantar sebesar 29,826 juta lembar atau 0,12 persen. Saham sebesar itu berarti 25,13 miliar lembar dari total saham yang ditempatkan dan disetor penuh. Dengan harga saham BNGA Rp 1.730 per lembar, maka total saham tak bertuan itu mencapai Rp 51,598 miliar.
Saham BNGA yang terlantar secara kepemilikan jumlahnya dominan, setara 6.779 pemilik (60,88 persen) dari total investor Bank CIMB Niaga yang tercatat, 11.135 pemilik. "Persoalan ini sejatinya tidak perlu terjadi kalau terjadi dialog antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Kami sudah melakukan upaya untuk mengatasi itu, tetapi respon dari investor yang bersangkutan tidak sesuai ekspektasi,” ungkap Lydia Wulan Tumbelaka, Compliance, Corporate Affairs & legal Director Bank CIMB Niaga (BNGA), di Jakarta, Rabu (2/3).

Tuesday, 1 March 2011

Awas, Garuda Jatuh Kepangkuan Asing

Kinerja saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) terus melorot. Pada penutupan perdagangan kemarin kembali terkoreksi 10 poin (1,89 persen) ke posisi Rp 520. Itu artinya, hingga detik ini saham GIAA telah tergerus 30 persen sejak listing perdana pada harga Rp 750 per lembar awal Februari lalu.
Kondisi tersebut menyimpan bahaya. Salah satunya adalah rawan dikuasai asing. Itu terjadi apabila tidak ada aksi penyelamatan dari semua pihak. Asing akan masuk sebagai pengendali kalau saham GIAA terus terjun hingga ke titik terendah. ”Sedih saya membayangkannya kalau emiten BUMN jatuh ke pangkuan tangan asing. Ini harus ada skema penyelamatan,” ujar Faisal Basri lewat akun twitternya @faisalbasri belum lama ini.

Indika Caplok MBSS Pasca Listing

PT Indika Energy Tbk (INDY) dipastikan mencaplok PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS). Itu terjadi menyusul option agreement yang telah disepakati pada 26 November 2010 lalu. Merujuk perjanjian itu, INDY akan melakukan eksekusi 180 hari atau enam bulan pasca MBSS listing di lantai bursa efek Indonesia (BEI).
Berdasar option agreement itu, INDY menguasai dan membeli 51 persen saham milik PT Patin Resources, Patricia Pratiwi Suwati Prasatya, dan Ingrid Ade Sundari Prasatya. Pembelian dilakukan melalui eksekusi hak (opsi beli), Indika akan membeli saham pada harga 5 persen lebih tinggi atau rendah dari harga perdana saham (IPO) MBSS. ”Perjanjiannya telah ditandatangani. Saat ini kami sedang fokus IPO,” ucap Patricia Pratiwi Suwati Prasatya, Direktur Utama MBSS, di Jakarta, Selasa (1/3).
Patricia menambahkan, membeli saham milik Patin Resources sebanyak 981,265 juta lembar. Indika juga membeli saham milik Patricia Pratiwi Suwati Prasatya dan dan Ingrid Ade Sundari Prasatya punya masing-masing 275 juta lembar. "Ini menjadi petanda baik bagi kelangsungan perusahaan ke depan. Apalagi tantangannya tidak ringan pasca listing,” tukasnya.