Thursday, 31 March 2011

Moment Aksi Profit Taking


Tuntas sudah laporan keuangan (Lapkeu) emiten 2010. Rerata emiten menyajikan laporan positif. Itu menunjukkan kondisi ekonomi dalam negeri masih mendukung lanscap dunia usaha. Memang tidak seluruhnya emiten melansir keuangan positif dan bisa tersenyum dengan lebar, tetapi jumlahnya tidak seberapa.
Kondisi itu juga terasa di lantai bursa efek indonesia (BEI), dimana Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin menguat tajam. Itu efek dominu dari kinerja emiten yang secara berkala menguat. "Itu memang tidak bisa dipungkiri di samping market global juga positif," ucap Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (31/3).
Setelah indeks menguat tajam itu, sepertinya hari ini pelaku pasar akan jor-joran melakukan aksi profit taking. Investor melihat ruang gerak indeks mulai terlihat kurang lincah. di sisi lain, indeks sudah masuk area overbought dan memaksa investor ekstra waspada. "Aksi profit taking itu yang akan memangkas indeks hari ini," tuturnya.
Dan, pelaku pasar rupanya sebut Billy sudah mengantisipasi kemungkinan rendahnya laju inflasi Maret. Nah, kalau itu terjadi, maka kemungkinan indeks untuk menuju level lebih tinggi amat berat. Di sisi lain, bursa regional juga akan melemah setelah mengalami apresiasi. "Selain itu, faktor liburan akhir pekan memicu pelaku pasar agak males untuk masuk pasar," tukasnya.
Karena kemungkinan koreksi lebih dominan, Billy menaruh indeks dikisaran support dan resistence 3630-3700. Saham-saham yang masih laik untuk dikoleksi antara lain Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Indofood Sukses Makmur (INDF), Kalbe Farma (KLBF), Bank Tabungan Negara (BBTN) dan Mayora Indah (MYOR). Sementara transaksi investor asing akan dipenuhi aksi jual. "Kalau saya rekomendasikan untuk jual saja. Momennya sudah lewat," tukasnya. "Kalau saya lihat indeks masih berpeluang untuk menguat meski cenderung bergerak fluktuatif," tambah Purwoko Sartono, Research Analyst Panin Sekuritas, ketika dihubungi terpisah.
Secara makro sebut Purwoko, ekonomi masih sangat kuat. Itu yang membuat aliran dana asing terus mengalir dengan deras. Buktinya, dalam perdagangan kemarin transaksi asing melonjak tajam bila dibanding sebelumnya. Dan, pada perdagangan hari ini, indeks menuju ke level 3700 maih sangat terbuka. Saham-saham yang patut dicermati antara lain PT Pembangunan Perumahan (PTPP), PT Ciputra Surya (CTRS), Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Malindo Feedmill (MAIN).
Mengakhiri perdagangan Kamis (31/3), indeks menguat 37,696 poin (1,03 persen) ke level 3.678,674. Sementara Indeks LQ45 menguat 8,173 poin (1,25 persen) ke level 659,054. Arus dana asing kembali parkir di pasar modal. Transaksi investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (foreign nett buy) Rp 950,649 miliar di seluruh pasar. Perdagangan berjalan ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 147.506 kali pada volume 4,419 miliar lembar saham senilai Rp 7,288 triliun. Sebanyak 129 saham naik, 97 saham turun, dan 96 saham stagnan.
Berikut kondisi bursa-bursa regional. Indeks Komposit Shanghai turun 25,88 poin (0,88 persen) ke level 2.929,89. Indeks Hang Seng naik 76,09 poin (0,32 persen) ke level 23.527,52. Indeks Nikkei 225 menguat 46,31 poin (0,48 persen) ke level 9.755,10. Indeks Straits Times turun tipis 0,51 poin (0,02 persen) ke level 3.094,81.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Dian Swastatika (DSSA) naik Rp 2.000 ke Rp 33.000, Sepatu Bata (BATA) naik Rp 1.500 ke Rp 66.500, Mayora (MYOR) naik Rp 1.200 ke Rp 11.300, dan Astra Internasional (ASII) naik Rp 750 ke Rp 57.000.
Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Gudang Garam (GGRM) turun Rp 850 ke Rp 41.850, Lionmesh (LMSH) turun Rp 850 ke Rp 4.150, Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 700 ke Rp 46.200, dam Bukit Asam (PTBA) turun Rp 450 ke Rp 21.000. (*)

No comments:

Post a Comment