PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berencana membangun pabrik berkapasitas 2-3 juta ton. Pabrik yang menelan dana sebesar USD 150-600 juta itu ditarget rampung sepanjang 3-4 tahun mendatang. Kalau tak ada aral melintang, pabrik tersebut pembangunannya akan dimulai pada 2012 mendatang. "Kita percaya pertumbuhan industri semen dalam negeri akan booming. Kami percaya itu sesuai dengan kalkulasi menilik perkembangan ekonomi yang terus membaik," ungkap Christian Kertawijaya, Direktur Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa di Jakarta, Jumat (18/3).
Pabrik itu akan berlokasi di seputaran Jawa Tengah. Dalam kalkulasi awal, pembangunan pabrik model ground file menelan anggaran senilai USD 150 juta per ton. Sementara kalau pilihan model grand file menelan USD 200 juta. "Iya, kalau ground file tinggal membangun pabriknya saja. Sementara kalau grand file masih kosongan," imbuhnya.
Meski begitu, pihaknya tetap berkeyakinan kalau situasi dalam negeri akan tetap stabil. Pertumbuhan ekonomi akan memacu permintaan semen terus meningkat. Jadi, dengan melihat segala kemungkinan itu, pihak manajemen tetap bersikukuh untuk segera mempercepat pembangunan pabrik tersebut guna meningkatkan kapasitas produksi. "Kalau pembangunannya di mulai pada 2012, paling banter pabrik tersebut akan tuntas pada 2016 mendatang," ulas Christian.
Pihak manajemen mengklaim untuk pendanaan pabrik tersebut sepenuhnya dialokasikan dari kas internal. Maklum, saja secara fundamental pendanaan perseroan masih sangat kuat. Dengan begitu, pihaknya belum berencana untuk mencari opsi pendanaan dari pinjaman perbankan dan semacamnya. "Kita ambil dari kas internal. Belum ada opsi untuk mencari dari eksternal," tukasnya.
Di sisi lain, sepanjang 2010 perseroan mencatat laba bersih Rp 3,2 triliun alias meningkat sebesar 17 persen dibanding edisi sama tahun lalu dikisaran Rp 2,75 triliun. Volume pejualan tercatat 13,89 juta ton alias naik 3 persen dibanding edisi sama tahun lalu di level 13,45 juta ton. Alhasil pendapatan bersih perseroan sebesar Rp 11,24 triliun atau naik 5 persen dari sebelumnya Rp 10,58 triliun. Beban pokok pendapatan turun 2 persen menjadi Rp 5,6 triliun dari sebelumnya Rp 5,5 triliun.
Sementara laba kotor naik ke level Rp 5,5 triliun atau naik 8 persen dari sebelumnya Rp 5,1 triliun. Laba usaha pun naik 9 persen menjadi Rp 4,02 triliun dari sebelumnya Rp3,7 triliun. Ebitda juga tercatat naik 9 persen ke Rp 4,64 triliun dari sebelumnya Rp 4,3 triliun. Itu seiring dengan kenaikan kinerja laba rugi perseroan, aktiva naik menjadi Rp 15,35 triliun dari sebelumnya Rp 13,28 triliun
Selain itu, pangsa pasar perseroan meningkat menjadi 30,9 persen dari edisi sebelumnya dikisaran 30,2 persen. Peningkatan itu didorong distribusi di luar Jakarta dan penambahan kapasitas terpasang sebesar 1,5 juta ton per tahun pada Pabrik Palimanan, Cirebon. (*)
No comments:
Post a Comment