Monday, 7 February 2011

Saham Garuda Rp 520 Miliar Tak Bertuan

Tenggat waktu penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) PT Garuda Indonesia Airlines (GIAA) tinggal menghitung hari. Tetapi, sejumlah problem tak juga beranjak dari proses penjualan saham perdana burung besi tersebut. Bahkan, persoalan semakin runyam menjelang waktu penutupan berakhir.
Setidaknya dua penjual IPO GIAA mengalami kesulitan menjual saham perdana perusahaan penerbangan BUMN tersebut. Saham IPO yang belum ditebus nilainya mencapai Rp 520 miliar. Seorang pelaku pasar mengatakan, PT Bahana Securities masih menyimpan saham GIAA senilai Rp 500 miliar yang belum ditebus, sedangkan PT BNI Securities sebesar Rp 20 miliar. Tetapi, kabar tersebut dibantah mentah-mentah pihak Bahana Securities. ”Saham GIAA sudah kita alokasikan kepada klien,” ungkap I Gede Suhendra, Manager Corporate Communications & Media Relations Bahana Securities.
Meski begitu, menurut sumber lain menyebutkan, sebagian besar saham yang tidak ditebus di Bahana itu dilelang ke para bandar IPO melalui mekanisme block sale pada harga Rp 650, diskon 13,33 persen dari harga perdana Rp 750. "Dengan cara ini, bandar-bandar IPO bisa mengantisipasi aksi jual massal di hari perdana listing, karena mereka beli pada Rp 650. Jadi bandar punya spread cukup besar dan bisa mengangkat harga GIAA kembali ke atas harga IPO di Rp 750," tandas sumber tersebut.
Di lain pihak PT BNI Securities menyatakan tidak kesulitan menjual saham perdana GIAA. Perseroan yakin pesanan sebesar Rp 20 miliar yang belum ditebus nasabah akan dibayar pada jatuh tempo pembayaran besok. "Benar pesanan nasabah senilai Rp 20 miliar belum dialokasikan ke nasabah," tutur Jimmy Nyo, Direktur Utama BNI Securities.
Sebelumnya, seorang pelaku pasar mengatakan BNI Securities mencatat pesanan saham perdana GIAA yang tidak ditebus senilai Rp 20 miliar. Menurut Jimmy, jatuh tempo pembayaran masih berlangsung hingga hari ini. "Kan pembayaran masih sampai besok (hari ini, Red), dana nasabah sudah ada di rekening," ujarnya. BNI Securities mendapat jatah menjual IPO GIAA senilai Rp 250 miliar. Sejauh ini, saham senilai Rp 230 miliar sudah dialokasikan ke nasabah yang memesan, hanya tersisa Rp 20 miliar yang masih menunggu pembayaran untuk kemudian dialokasikan ke nasabah.
Sementara itu, masalah yang sama dialami oleh agen penjual asing. Citigroup dan UBS hanya mampu menjual saham perdana GIAA senilai USD 3 juta atau setara Rp 27 miliar. Untuk menjaga hubungan baik dengan Garuda, maka Citigroup dan UBS, berkomitmen memberikan pinjaman sindikasi sebesar USD 120 juta dengan tenor 2 tahun. Bunga pinjaman tersebut lebih tinggi 425 basis poin (bps) dari suku interbank London. (*)

No comments:

Post a Comment