Langkah agresif dilakukan menajemen PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) pasca hajatan Initial Public Offering/IPO beberapa waktu lalu. Berselang seminggu pasca IPO, manajemen mendatangkan sejumlah armada baru untuk mendongkrak kinerja perseroan. Tindakan itu sekaligus untuk meredam kalang-kabut saham GIAA yang terus tertekan.
”Apapun yang dilakukan manajemen tidak akan mampu menutupi performa buruk saham GIAA. Investor terutama ritel yang sudah kadung sakit hati tidak akan tergoda dengan langkah tersebut,” tutur Billy Budiman, Head of Technical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, akhir pecan lalu.
Billy menyebutkan, manajemen boleh membusungkan dada dengan apa yang telah dilakukan tersebut. Langkah mendatangkan armada baru bukan hal baru. Artinya, hal tersebut sudah menjadi kewajiban manajemen dalam meningkatkan dan menyajikan pelayanan terbaik. ”Jadi, apanya yang baru dengan aksi mendatangkan armada itu. Itu tidak akan memberi dampak efek turunan bagi investor ritel,” ucap Billy dengan nada tanya.
Investor sambung Billy tidak akan gegabah melihat aksi yang dilakukan GIAA. Paling tindakan investor akan melihat dulu perkembangan selanjutnya pascapenambahan armada baru tersebut. Perlu pembuktian terlebih dahulu apakah penambahan itu berkorelasi dengan laba perseroan. ”Ini karena selektifnya investor dan masih banyak sektor lain yang lebih mengkilap dan menjanjikan peruntungan,” katanya.
Billy melanjutkan, saham GIAA hanya cocok untuk investasi jangka panjang. Investasi jangka panjang itu biasanya hanya dilakukan oleh investor kawakan dengan dana yang cukup. Selain itu lewat dana pension yang memang lebih punya kepentingan. “Ya, itu tadi tergantung investornya dalam membaca data dan fakta. Kalau saya lebih sreg sector lain,” jelasnya lagi.
Sementara Cece Ridwan menambahkan, saat ini momen tepat untuk memburuk saham GIAA. Itu setelah saham GIAA terhempas cukup dalam sepanjang keikutsertaannya di lantai bursa. Setidaknya, saham GIAA terpelanting 24 persen ke level Rp 570 dari posisi awal Rp 750. ”Saya rasa ini posisi ideal untuk ngoleksi saham GIAA,” tukas analis Ekocapital Sekuritas itu.
Cece melanjutkan, dari segi Price to Earning Ratio (PER) saham GIAA laik koleksi dikisaran Rp 550-650. Hanya saja sebut Cece, harga tersebut baru akan tercapai paling banter pada 3 bulan mendatang. Apalagi, ada komitmen dari penjamin emisi untuk tidak membanting harga (lock up) ke level terendah. ”Ini sedikit memberi harapan cerah investor,” tukas Cece.
Sebelumnya, manajemen GIAA kembali mendatangkan 6 pesawat Boeing 737-800NG dan 3 engine CFM56-7B dengan menggandeng GE Capital Aviation Services (GECAS). Langlah ini merupakan lanjutan dari hal serupa yang telah dilakukan kerjasama pengadaan pesawat dengan Standard Chartered Bank melalui Pembroke Group Limited dan RBS Aviation Capital.
Enam pesawat itu, 3 diantaranya akan diterima perseroan pada bulan Juni, September, dan Oktober 2013 dan 3 pesawat lainnya akan diterima pada bulan sama tahun 2014, sedangkan 3 engine CFM56-7B akan diterima pada bulan Juli dan Agustus 2011 dan Juni 2012. “Ini bagian dari pengembangan dan peremajaan (fleet revitalization) armada perseroan,’’ ungkap Emirsyah Satar, Direktur Utama GIAA, belum lama ini.
Emirsyah menambahkan sesuai dengan program Quantum Leap yang dijalankan, maka pada tahun 2015 mendatang perseroan akan mengoperasikan sebanyak 153 pesawat terdiri dari B737-800NG, A330-300/200 dan B777-300ER dengan rata–rata umur pesawat hanya 4,4 tahun. “Pada tahun ini perseroan akan mendatangkan sebanyak 11 pesawat baru yang terdiri dari 10 Boeing 737-800NG dan 1 unit Airbus A330-200,” tukasnya. (*)
No comments:
Post a Comment