Sunday, 6 February 2011

Manajemen GIA Panik, Joki IPO Bergentayangan

Aroma tidak sedap yang menyelimuti penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) PT Garuda Indonesia Airlines (GIA) terus menyeruak. Itu menyusul praktik perjokian saham perdana perseroan dikalangan pelaku pasar juga semakin gencar. Tawaran lewat jalan tikus tersebut semakin intens dilakukan menyusul mipetnya waktu pencatatan saham (Listing).
Guna memuluskan langkahnya itu, joki saham perdana Garuda tidak kehabisan akal. Mereka menebar saham perdana dengan harga lebih murah dari harga yang ditawakan kepada investor. Saham perdana Garuda Indonesia (GRDA) oleh para joki dibanderol dengan harga dikisaran Rp 730 pada grey market, lebih rendah Rp 20 (2,66 persen) dari harga IPO Rp 750 per saham.
Menariknya, meski harga diskon tersebut dilempar ke pasar lewat jalan belakang, tidak serta merta mendapat respon investor. Bahkan, salah seorang bandar IPO GRDA mengaku tidak tertarik dan tidak terpikat. Sebaliknya, calon pembeli menawar saham GRDA pada harga Rp 650, diskon Rp 100 (13,33 persen) pada grey market. Seorang koordinator joki IPO yang biasa main IPO pun mengaku tidak tertarik membeli saham perdana GRDA. ”Ngapaian beli saham tidak jelas cunterungannya. Keseksiannya tak mampu memikat hati investor,” ungkap salah seorang bandar yang sudah malang-melintang dalam tetek-bengik saham IPO calon emiten.
Tidak hanya itu, manajemen pun mulai kehabisan akal untuk menjajakan saham GIA kepada investor. Jalan terpendek yang bisa di tempuh adalah menambah alokasi waktu penawaran. Perpanjangan masa penawaran saham perdana dimaksudkan untuk memberi keleluasaan kepada investor untuk menyerap saham GIA.
Skema defensif itu menjadi senjata pamungkas manajemen guna menuntaskan saham perdana GIA. Sebab, kalau tidak laku, maka secara otomatis sisa saham yang tidak terserap pasar menjadi tanggungjawab underwriter. Artinya, penjamin emisi wajib menyerap seluruh saham yang tidak diambil investor. Karena itu, masa pemesanan saham IPO Garuda yang dijadwalkan selama tiga hari, 2, 4, 7 Februari, dilanjutkan hingga 8 Februari 2011. Penawaran digelar serentak mulai Jakarta, Aceh, Medan, Palembang, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar. ”Ini sebagai bukti manajemen keteteran dalam mengelola dan menjajakan saham GIA,” tambah Billy Budiman, Head Of Technical Analys PT Batavia Prosperindo Securities.
Sebelumnya Emirsyah Satar Direktur Utama GIA mengajak para mitra untuk ikut menyemarakkan pembelian saham perdana perseroan. Bagi calon pembeli yang belum memegang saham GIA masih ada waktu dan kesempatan untuk mendapatkannya. Sebab, kalau sudah listing pada 11 Februari mendatang, pelaku pasar bakal kehilangan peluang untuk menyerap saham IPO. ”masih ada peluang bagi mitra untuk mendapatkan saham Garuda," tukas Emirsyah.
Selain itu Emirsyah, juga meminta para mitra untuk memberikan masukan kepada manajemen. Masukan itu penting sebagai rujukan dan pertimbangan dalam memajukan performa Garuda pasca pencatatam saham di lantai bursa efek Indonesia (BEI).
Dalam hajatan IPO itu, Garuda melepas sebanyak 6.335.738.000 lembar saham atau setara dengan 26,67 persen. Rencananya, perolehan dana digunakan untuk pembelian pesawat dan pengembangan perusahaan. Tahun ini Garuda berencana menambah 12 pesawat baru yang terdiri atas sembilan B737-800NG dan tiga A330-300. (*)

No comments:

Post a Comment