Tuesday, 8 February 2011

Asing Tawar Saham GIAA Rp 400 Per Lembar

Hari terakhir penwaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) PT Garuda Indonesia Airlines (GIAA) tetap tidak menarik minat investor. Lokasi penawaran hingga menit-menit terakhir pemesanan kosong- melompong. Situasi tersebut sejatinya sudah terpetakan sejak digebernya proyek masa penawaran 2,4,7 dan 8 Februari lalu.
Penambahan alokasi waktu sehari juga tidak mampu mendongkrak dan memancing investor berebut saham perdana perseroan. Investor memilih tiarap dengan banyak pertimbangan. Mulai dari memburuknya regional market, kinerja yang tidak meyakinkan, hutang yang terus membengkak dan industri penerbangan yang sangat berisiko, menjadi pertimbangan utama investor tidak jor-joran mengoleksi saham GIAA. ”Saya dari awal memang tidak punya minat. Itu sangat berbahaya untuk dijadikan ajang investasi,” ungkap Alex, salah satu investor yang biasa mengoleksi saham IPO.
Dengan penutupan masa penawaran itu, nasib Rp 520 miliar saham yang tidak jelas tuannya belum menemui titik terang. Pihak manajemen dan para underwriter Bahana Securities, Mandiri Sekuritas dan Reksadana Sekuritas hingga saat ini masih mencari skema terbaik. Tetapi, berdasar regulasi apabila saham tersebut tidak terserap pasar maka secara otomatis menjadi tanggung jawab underwriter. ”Saya aslinya dapat tawaran saham GIAA dilevel Rp 720 per lembar saham. Tetapi, ketika dikejar si penawar saham itu malah tidak jelas” imbuh Alex.
Sementara beredar rumor di kalangan pelaku pasar, pihak asing siap menjadi standby buyer atas saham GIAA senilai Rp 520 miliar yang belum bertuan. Asing berkepentingan menyerap saham GIAA itu dengan harga tertentu. Tertentu maksudnya adalah pada harga sangat murah. Di mana menurut mereka, pihak asing menawar dan siap menyerap pada harga Rp 400 per lembar saham. “Kabar yang beredar demikian. Tidak tau apa memang pada akhirnya tawaran tersebut mendapat sambutan dari pihak underwriter,” ungkap sumber tersebut.
Tawaran asing itu dilancarkan menyusul mandeknya penyerapan investor terhadap saham perdana perseroan. Di mana PT Bahana Securities menyimpan saham GIAA senilai Rp 500 miliar yang belum ditebus, sedangkan PT BNI Securities sebesar Rp 20 miliar. Kareba tidak laku itu, opsi yang mungkin dipilih adalah lelang ke para bandar IPO melalui mekanisme block sale pada harga Rp 650, diskon 13,33 persen dari harga perdana Rp 750.
Di sisi lain, PT BNI Securities menyatakan tidak kesulitan menjual saham perdana GIAA. Perseroan yakin pesanan sebesar Rp 20 miliar yang belum ditebus nasabah akan dibayar pada jatuh tempo pembayaran besok. "Benar pesanan nasabah senilai Rp 20 miliar belum dialokasikan ke nasabah," tutur Jimmy Nyo, Direktur Utama BNI Securities.
Sekadar diketahui Dalam hajatan IPO itu, GIAA melepas sebanyak 6.335.738.000 lembar saham atau setara dengan 26,67 persen. Rencananya, perolehan dana digunakan untuk pembelian pesawat dan pengembangan perusahaan. Tahun ini Garuda berencana menambah 12 pesawat baru yang terdiri atas sembilan B737-800NG dan tiga A330-300. (*)

No comments:

Post a Comment