
Sulap Areal Sampah sebagai Kawah Candradimuka Entrepreneur
Sebagai akademisi, Rhenald Kasali tidak bisa berdiam diri. Pada dirinya terpatri tanggungjawab sosial yang tidak bisa ditawar. Kegelisahan ditopang kesadaran untuk mengabdi dan berbagi itu, membuat tekadnya berlipat untuk mengangkat kaum pinggiran naik kelas. Ia bercita-cita kelak bisa melahirkan 5 persen entrepreneur.
Jakfar Shodik
Rumah Perubahan Rhenald Kasali berada di Jalan Raya Hankam, Gang Masjid, Gardu Induk Jati Rangon, Jati Murni, Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat. Untuk menjangkau lokasi itu tidak terlalu sulit. Keluar tol Cikampek Jati Warna, tinggal ambil kanan dan menyusuri Jalan Hankam, sekira 5 km. Setelah melalui jalan yang agak rusak, tepatnya Gardu Listrik belok arah kanan masuk Gang Masjid.
Pada jalan yang cukup untuk dilewati mobil itu, terpampang plakat kurang rapi bertulisan Rumah Perubahan. Pada ujung gang masjid, yang kira-kira jaraknya 500 meter dari jalan utama, Rumah Perubahan yang asri nan sejuk tampak terlihat. Sebelum masuk ke gerbang ada tulisan Rumah Perubahan. Pada bangunan utama, di bagian atasnya tertulis Gedung Recode.
Tapi sebelum masuk areal itu, petugas dengan sigap langsung menyapa dan memberi pengarahan. Beberapa saat kemudian, petugas itu menunjukkan hall utama yang lokasinya palig ujung dari tiga bangunan besar yang ada. Di Rumah Perubahan itu, saat ini luasnya sekitar 3 hektar, berdiri beberapa bangunan. Selain bangunan utama, ada ruang kantor untuk administrasi dan semacamnya dengan tulisan Gedung powerhouse.
Selanjutnya, ada bangsal untuk menginap. Di lantai dua bangsal itu, dipakai untuk kantin dan café. Di depannya ada lahan terbuka yang digunakan untuk parkir atau olahraga pagi. Dipojoknya ada tulisan dengan gaya khas tangan Rhenald Kasali berwarna hitam dan dibawahnya ada tulisan warna kuning School of Entrepeneur. Di pojoknya lagi ada sebuah rumah kecil dengan 4 buah kamar, rumah karyawan.
Kemudian di belakang bangsal ada deretan kamar mandi dan toilet. Jumlahnya sekitar 16 buah semuanya. Di depan bangsal tidur itu, juga ada 3 kolam besar yang berderet. Ada ikan berwarna-warni didalamnya, Nila & Mujair. Selain itu ada juga saung-saung kecil yang terletak di sisi dan pinggiran kolam penuh ikan tersebut.
Anto yang bertanggungjawab atas aktifitas Rumah Perubahan, mengajak kami untuk berkeliling sejenak mengitari seputar areal. Selain kolam yang dikelola Rumah Perubahan, terdapat kolam-kolam warga sekitar yang juga mendapat suntikan pelatihan dan arahan dari tim Rumah Perubahan. Tidak lupa ada tempat untuk mengolah sampah menjadi kompos dan lokasi outbound.
Sejurus kemudian, kami berkesempatan memasuki ruangan bertuliskan Rumah Perubahan yang berada di bagian tengah. Pada ruangan dengan ukuran tidak kurang dari 3x4 meter itu, sang pentolan Rumah Perubahan rupanya telah menunggu. ”Silahkan masuk. Sudah dari tadi ya,” sapa Rhenald Kasali seraya berjabat tangan dan mempersilahkan duduk.
Pada ruangan sejuk itu, meja kerja Rhenald Kasali tampak rapi. Di atas meja itu, ada peralatan macam bolpoin, monitor computer. Pada dinding bagian belakang meja kerja itu, terdapat aneka boneka, terlihat pula miniature wayang. Ada pula koleksi lukisan foto-foto Rhenald tampak dijejer pada bagian dinding lainnya.
Sementara pada bagian tengah ruangan, tersedia meja bundar dari kaca. Meja itu dikelilingi oleh sedikitnya 6 kursi empuk. Nah, disitulah Rhenald banyak berkisah tentang sepakterjangnya membangun ‘kerajaan’ untuk mengentaskan warga kampung dari keterpurukan. Rhenald kala itu mengenakan batik warna biru tua. Dengan memakai kacamata dan ditemani sejumlah buku beserta dokumen berderet di atas meja, Rhenald tampak santai. ”Ya, beginilah. Kalau Sabtu-Minggu, waktu saya habiskan di sini (Rumah Perubahan, Red),” ujar jebolan Ph.D in Consumer Science University of Illinois at Urbana & Campaign, USA edisi 1998 itu.
Pria kelahiran Jakarta 13 Agustus 1960 itu, mengaku pada era sekarang, kemampuan dan kualitas entrepreneur yang kuat adalah hal mutlak. Sengaja men-disain diri sendiri menjadi seorang entrepreneur modern adalah pilihan paling tepat. Untuk mencapai itu, bukanlah sekadar dilahirkan dari para motivator, yang tak lebih hanya menjadikannya meledak-ledak penuh semangat selama seminar, lalu menubruk berbagai kesempatan bisnis yang ditawarkan, untuk kemudian berguguran menyesali diri.
Kata dia, seorang entrepreneur modern adalah entrepreneur yang secara konsisten selalu kreatif dan inovatif. Kreatif dan inovatif dalam melihat dan menciptakan peluang. Tidak hanya itu, entreeprenuer mampu merealisasikan peluang itu menjadi sesuatu yang lebih berharga secara ekonomis. ”Terutama memberi kemanfaatan seluas-luasnya bagi warga sekitar,” tandas bapak dari Fin Yourdan Kasali dan Adam Makalani Kasali tersebut dengan nada semangat.
Selain itu sambung Rhenald, seorang entrepreneur bukanlah orang-orang yang berbulan-bulan terlalu banyak dicekoki teori dan rumus yang indah-indah. Entrepreneur yang demikian itu, hanya akan menjadikan seseorang kerdil dan tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk membuka usaha sendiri. ”Ini kesalahan paling mendasar saat ini yang sedang bergejala. Banyak motivator yang berkoar menjadikan orang sukses dalam sekejab. Itu tidak benar dan jangan diikuti,” ulasnya mengingatkan.
Suami dari Elisa R Kasali itu memaparkan bahwa entrepreneur modern adalah orang-orang yang secara sengaja dan sadar men-disain dirinya sendiri menjadi seorang entrepreneur dengan cara yang benar. Artinya, orang-orang yang berlatih dan mendapat pelatihan membangkitkan jiwa dan intuisi entrepreneurnya secara benar, mendapatkan pelatihan motivasi, peta kemana harus melangkah dan berbagai bekal pengetahuan praktis dan sederhana bagaimana membuka, mengoperasikan dan mengembangkan bisnisnya sendiri. ”Tidak ada jalan pintas untuk menjadi kaya dan sukses. Semuanya harus melalui proses,” tukas Ketua Umum Ikatan Kewirausahaan Seluruh Indonesia (AKSI) tersebut.
Singkatnya sabut Rhenald, seorang entrepreneur memiliki jiwa dan intuisi sebagai entrepreneur, mampu dengan mudah dan kreatif membuat Bisnis Plan, Capital Networking, Partnership, Funding, Negosiasi, Problem Solving & Creative Thinking, Team Work dalam rangka merealisasikan ide bisnis barunya, serta menikmati Problem Solving atau aplikasi berbagai cara meningkatkan profit dan benefit selama bisnisnya beroperasi.
Lalu dari man ide dasarnya membikin Rumah Perubahan? Rhenald dengan jujur mengungkap dirinya mendapat inspirasi dari David Bornsteim. Ajaran David adalah bagaimana merubah masyarakat sekitarnya berdaya dan berentreprenuer. Pola dasar harus dilakukan untuk memulai perubahan itu adalah membongkar mind set masyarakat. Menjadi mutlak untuk didekontruksi pola pikir masyarakat yang bermental pegawai dan minder. ”Harus dibangun rasa percaya dirinya. Terutama jangan takut salah dan gagal,” tutur Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI).
Berbekal semangat dari David itu, pada era 1998 silam, kala Rhenald baru pulang dari Amerika Serikat, dirinya diminta mengisi acara marketing pada sebuah stasiun tv swasta. Kala itu tawaran itu ditolak. sebab, acaranya hanya berpretensi untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif denan harapan investasi asing masuk. Padahal sebut Rhenald, orang-orang dikampungnya membutuhkan pekerjaan segera dan tidak butuh menunggu investasi asing masuk. Makanya, saat itu ia mencari pengusaha-pengusaha yang betul-betul intens di sektor riil. Mereka diajak untuk mencari dan memberi rumus kepada orang-orang kampung untuk bisa bangkit. ”Pengusaha yang gede kala itu kan sedang dikejar-kejar. Mereka tidak ada yang berani dan saya memaklumi. Saya pilih pengusaha yang memang see and do dan tidak wait and see,” tuturnya.
Untuk mendobrak cara berpikir warga kampong sekitarnya seperti apa? Awalnya memang tidak mudah. Maka dengan berbekal sedikit investasi, Rhenald bersama istrinya membuka ruang baca dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Dua kegiatan ini diadakan untuk mengumpulkan dan mendidik masyarakat sekitar kampong. Lama-kelamaan kegiatan ini terus berkembang dengan pesat meliputi pengobatan warga yang dirundung penyakit. Berbekal kenalan dan posisi Rhenald kala itu sebagai Komisaris Independen pada PT Indofarma Tbk, mencari bantuan obat tidak sulit.
Sukses membina kesehatan masyarakat, beberapa tahun kemudian Rhenald membeli sebidang tanah. Areal tanah seluas 1000 meter persegi itu merupakan tempat sampah yang sangat-sangat tidak laik. Tanah seluas itu disulap sebagai alat perubahan untuk masyarakat sekitar. Untuk mendukung pengelolaan sampah itu, dibutuhkan mesin untuk memproses sampah jadi kompos. Dengan tetap mengajar dan tetap produktif menulis, Rhenald dengan rekannya dan anak buahnya yang direkrut dari warga seputar kampung, mengelola tempat sampah dengan mesin dari rekannya, untuk diproses jadi kompos. Tepatnya April 2008, sampah yang diolah jadi kompos itu resmi dioperasikan.
”Saya bersama tim dan masyarakat dor to dor memunguti sampah dari rumah warga. Kita proses dan olah sampah itu menjadi kompos. Kompos itu sebagian dibagikan kepada warga, ada yang dibuat untuk pakai menanam sayuran dan potting plant,” beber Rhenald.
Pelatihan dan keterampilan terus diberikan kepada warga sekitar. Mulai budi daya ikan, cara menanam kangkung, menanam jabe, pelatihan pestisida organik. Pelatihan-pelatihan ini diberikan kepada masyarakat sekitar yang mayorias kaum perempuan. Ada juga pelatihan untuk outbound. Di sini warga sekitar sudah banyak yang lihai menjadi instruktur. Singkatnya, pemberdayaan masyarakat sekitar.
Dan, untuk plotting plant telah sukses melakukan pameran di mall. Untuk potting plant ini, Wali Kota Jakarta Pusat Sylviana Murni, datang langsung bersama timnya belajar dan bertekad untuk panin padi di Monas. ”Tetapi, bagaimana kabarnya sekarang. Mereka tidak melibatkan kami selanjutnya,” ujar eks Komisaris PT Dirgantara Indonesia tahun 2003-2006 tersebut.
Pemda-pemda lain sudah banyak yang tertarik dengan model pengelolaan sampah made in rumah perubahan. Yang dulu pada awalnya sinis dengan program dan proyek itu, banyak terperangah. Mereka terutama kalangan pemerintahan dating langsung untuk belajar teknik yang diajarkan untuk peserta pelatihan.
Tapi ada yang menarik bagi Rhenald, sepanjang dua tahun membangun pengelolaan sampah di Rumah Pertubahan tersebut. Kata Rhenald, dirinya beberapa kali akan didemo oleh warga yang digerakkan oleh yang tidak senang dengan idenya tersebut. Warga yang berdemo itu mengeluhkan soal bau tidak sedap akibat penumpukan sampah. Tidak hanya demo, preman yang coba memalak juga tidak jarang mengganggu kegiatannya itu. Tetapi, berkat kerja keras dan kerja ikhlas bersama warga, seluruh cobaan itu sukses dilalui dengan lancar tanpa ada keluhan. ”Inilah susahnya mengubah masyarakat. Tantangannya ada saja. Kala itu masyarakat hanya bercita-cita jual tanah kalau akan nikah atau beli motor untuk ojek,” kenang Ketua Program (Kaprog) Program Studi Magister Manajemen FEUI itu.
Tidak berhenti sampai disitu tindakan yang dilakukan rumah perubahan. Dalam satu tahun terakhir, tercatat lima rumah warga telah selesai diperbaiki. Bukan hanya diperbaiki tetapi mengganti rumah warga sekitar yang sudah hampir rubuh dengan rumah yang benar-benar baru. Mulai dari tanah, keramik, bangunan, penerangan dan dibuatkan sumur bor. ”Bagi mereka yang tidak mau pindah dari tanahnya semula kami berikan uang kas untuk memperbaiki sedniri. Bagi yang bersedia untuk menghuni rumah baru kami bangunkan. Program ini akan terus kami lakukan secara berkesinambungan,” ucap penulis buku Myelin mobilisasi Intangibles menjadi kekuatan perubahan itu.
Sementara untuk masyarakat yang berada di luar kota juga bisa mencicipi pelatihan di rumah perubahan tersebut. Pada tahun lalu misalnya, Rhenald bersama Henky Eko Sriyantono pria kelahiran Surabaya yang lebih akrab dipanggil Cak Eko sekaligus bos bakso Malang serta Ir Sunaryo Suhadi, MBA, meluncurkan Rhenald Kasali School of Entrepreneurs (RKSE).
Sosok Cak Eko tidak diragukan lagi dalam dunia entrepreneur. Cak Eko hijrah ke Jakarta tahun 1997 dan sekaligus memulai debut bisnisnya akibat kondisi yang serba pas-pasan. Merasakan 10 kali kegagalan (jatuh bangun) dalam bisnis membuat Cak Eko lebih tahan banting dan sekaligus matang dalam menjalankan bisnisnya.
Pada akhir tahun 2005 Cak Eko secara tidak sengaja mendapatkan inspirasi sebuah peluang bisnis kuliner yaitu Bakso Malang. Sehingga pada awal tahun 2006 berbekal pengetahuan membuat bakso dari berbagai sumber Cak Eko akhirnya membuka sebuah gerai Bakso Malang di pujasera daerah Jatiwarna yang dinamainya Bakso Malang Kota “Cak Eko”. Dengan ketekunan dan keuletan dalam kurun waktu tiga tahun Bakso Malang Kota Cak Eko telah merambah di 28 kota di Indonesia dengan jumlah gerai mencapai ratusan.
Di akhir tahun 2008 lewat tangannya pula akhirnya Bakso Malang Kota “Cak Eko” dinobatkan sebagai Bisnis Franchise Paling Prospek di Indonesia tahun 2008 versi Asosiasi Franchise Indonesia dan Majalah Info Franchise. Berbagai media cetak, elektronik (radio dan televisi) di Indonesia telah meliput bisnis Cak Eko. Termasuk seringnya dijadikan narasumber pada acara-acara talkshow, seminar, pelatihan dan workshop kewirausahaan di berbagai instansi serta kampus. Diversifikasi usaha di bidang kuliner juga telah dilakukan Cak Eko (melalui Cak Eko Group Manajemen) yang saat ini sudah mempunyai beberapa merek dan juga telah mempunyai beberapa puluh cabang.
Sementara sosok Sunaryo Suhadi juga mumpuni. Ia protolan Sarjana Teknik Kimia Institute Teknologi Surabaya (ITS) tahun 1982, Magister Management IPMI, dan MBA Monash University tahun 2001. Sunaryo setidaknya, 5 tahun berkecimpung sebagai karyawan dan 22 tahun sebagai entrepreneur. Dimulai sebagai "entrepreneur by accident", dengan mendirikan sebuah perusahaan konstruksi dan kini berkembang menjadi salah satu dari sepuluh besar kontraktor nasional.
Selama 10 tahun terakhir ini sebagai "entrepreneur by design", sehingga mampu membuka puluhan usaha baru diberbagai bidang, antara lain pendidikan, pendidikan musik, cafe, chemical trading hingga energi, serta salah satu Founder Rhenald Kasali School for Entrepreneurs. Pebisnis dan Mentor yang memiliki drive kuat untuk membawa calon entreprenuer naik kelas. Membangkitkan jiwa entrepreneur, kreatifitas yang tinggi dalam new venture creation, capital networking dan technopreneurship.
Nah, dengan dua talenta segar itu, Rhenald Kasali School for Entrepreneurs (RKSE) sepenuhnya mendedikasikan diri untuk melatih calon entrepreneur menjadi seorang entrepreneur modern. Kombinasi kemampuan akademis yang tinggi, dicampur dengan puluhan faculty member yang terdiri dari para praktisi dan pebisnis sukses, menjadikan RKSE sebagai tempat yang unik dan satu-satunya di Indonesia. ”Kita bertekad mencetak 5 persen entrepreneur dalam 10 tahun ke depan,” tukas penulis buku laris Re-Code Your Change DNA terbitan 2006 tersebut.
Untuk peserta pelatihan yang diberikan dalam durasi tiga hari ini, dibagi dalam beberapa kategori. Untuk kalangan pensiun ada namanya pensiun preneur; untuk perusahaan atau birokrasi ada dynamic entrepreneur, UKM naik kelas, sosial entrepreneur dan intrapreneuring-corporate entrepreneur. ”Yang tidak kalah penting dalam seluruh kegiatan kami tekankan etika dan tata nilai,” tukas Komisaris Indpenden PT Indomobil Finance Indonesia itu.
Mengapa etika dan tatanilai yang dijadikan ujung tombak dari seluruh kegiatan pelatihan dan sebagai ruh Rumah Perubahan? Rhenald menyebut seorang entrepreneur yang tidak mendasarkan tindakannya pada nilai-nilai itu, tidak akan mendatangkan manfaat apa-apa. Dalam situasi dan kondisi apapun, nilai dasar dipadu dengan integritas, inovasi dan kejujuran harus dikedepankan. Sebab, hanya dengan modal itu sejumlah perusahaan besar bisa bertahan. ”Keunikan dari suatu tindakan dan produk yang tidak bisa ditiru orang akan tetap berkilau. Jangan tertipu dengan rayuan kaya dan sukses dalam waktu singkat,” ingat pria yang tinggal di Jalan Sanwani no 3 Pondok Jati Murni, Jalan Raya Hankam, Pondok Gede, Kota Bekasi Jawa Barat (Jabar) itu.
Ia tidak menampik, belakangan ini semakin menjamur godaan yang memancing masyarakat untuk meraih sukses dengan cara instan. Kondisi itu diperkuat dengan buku-buku panduan yang membedah dan memberi cara sukses dengan jalan pintas tersebut. Masyarakat yang sudah termakan, akhirnya tidak sedikit yang menjadi korban. ”Praktik-praktik semacam ini harus kita hadang. Tidak benar pola semacam itu. Tidak ada rumus yang mengungkap orang bisa kaya dan sukses dalam sekejap,” urainya dengan nada prihatin.
Bahkan saat ini sebut Rhenald, muncul rumus popular di tengah masyarakat dan pelaku usaha ATM (Amati, tiru dan modifikasi). Rumus semacam ini diakui Rhenald, sangat-sangat tidak mendidik. Dengan rumus itu pula, berarti mendidik masyarakat berperilaku centang perenang dan bermental pengecut. ”Untuk menumpasnya pakai senjata kejujuran,” ucap Rhenald lagi.
Lalu bagaimana dengan jejak anak-anaknya kelak? Apakah kedua buah hatinya harus mengikuti dunianya sekarang? Menjawab pertanyaan ini Rhenald, dengan tegas mengatakan bahwa dirinya khawatir anak-anak tidak bisa lepas dari baying-bayang dirinya. Dia tidak mau dan tidak menginginkan menentukan jalan hidup kedua anaknya. Yang dia inginkan adalah bagaimana anak-anaknya menjadi dirinya sendiri. ”Kami hanya akan wariskan ilmu bukan harta. Biar nanti mereka cari sendiri,” pungkas sang profesor dengan nada lugas. (*)
No comments:
Post a Comment