Tuesday, 22 March 2011

Investor Skeptis Kinerja Telkom

Performa saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) terus melorot. Sepanjang pekan ini, para pelaku pasar secara bergelombang melepas saham perseroan. Ini petanda kurang baik mengingat saham perseroan menjadi salah satu pengendali naik turunya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Memburuknya kinerja saham telkom itu seakan mengkonfirmasi tergusurnya posisi nilai kapitalisasi terbesar di lantai bursa efek indonesia (BEI). Nilai kapitalisasi pasar perseroan tergeser oleh Bank Central Asia (BBCA) dan harus puas di posisi ketiga. Sementara posisi pertama tetap dihuni PT Astra International Tbk (ASII).
BBCA mencatatkan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 153,77 triliun di bawah ASII senilai Rp 210,71 triliun. Sementara TLKM terpaku di tempat ketiga senilai Rp 150,19 triliun diikuti PT Unilever Tbk (UNVR) senilai Rp123,60 triliun dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp120,56 triliun. Karenanya, manajemen Telkom dipaksa harus bekerja keras. Kalau tidak laju pelepasan terhadap saham akan tetap berlanjut.
Menilik gerakan saham perseroan sepanjang pekan terakhir lebih banyak didera aksi jual. Efeknya, harga saham perseroan terus merosot secara derastis. Pada Selasa (15/03) pekan lalu misalnya, saham Telkom terkoreksi 200 poin ke level Rp 7150 per lembar. Keesokan harinya kembali terkoreksi 100 menjadi Rp 7050, terkoreksi lagi 250 ke level Rp 6800, dan pada akhir pekan lalu kembali turun 100 ke level Rp 6700.
Satu-satunya saham Telkom mengalami kenaikan pada Senin (21/03) lalu, dengan hanya menguat 50 ke level Rp 6750. Itu pun karena terdorong oleh menguatnya indeks harga saham gabungan (IHSG). Alhasil, pada penutupan perdagangan Selasa (22/3), saham perseroan kembali mengkerut setelah diterpa koreksi 150 point (2,22 persen) ke level Rp 6600. Tercatat saham telkom diransaksikan 2.363 kali sebanyak 49.784 lot senilai Rp 165,8 miliar. ”Asing seperti menjadi penjual terbanyak,” ungkap Muhammad Reza, Vice President PT Erdhika Elit Sekuritas, di Jakarta, Selasa (22/3).
Reza menuturkan, investor sedikit skeptis dengan kinerja perseroan. Apalagi, manajemen melontarkan penjualan tumbuh tipis bila dibanding dengan edisi sebelumnya. Kondisi tersebut yang membuat investor sedikit menjauhi saham perseroan. ”Secara psikologis kondisi itu memberi sentimen negatif pelaku pasar,” ujarnya.
Masih menurut Reza, Telkom saat ini sedang dalam situasi kurang menarik sebagai objek koleksi. Memang betul, perseroan selalu mengalokasikan dividen dikisaran 50 sampai 60 persen. Tetapi, itu tidak cukup menggoda investor terutama asing. (*)

No comments:

Post a Comment