Pendaratan kurang mulus PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tak menyurutkan perusahaan sejenis menuju lantai bursa efek indonesia (BEI). Buktinya, PT Indonesia Air Asia (IAA) bakal melakukan langkah serupa. IAA memantapkan diri melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada kuartal empat 2011.
Dalam hajatan itu, perseroan menargetkan meraup dana antara USD 150–200 juta. Dana hasil IPO itu akan digunakan untuk ekspansi. Diantaranya pembelian pesawat baru, memperkuat modal dan kegiatan operasional jangka panjang, meningkatkan modal kerja perusahaan, dan memberikan kesempatan bagi karyawan dan public untuk menjadi pemegang saham. ”Rencana ini sudah matang,” ujar Dharmadi, Direktur Utama IAA, di Jakarta, Kamis (3/3).
Saat ini IAA memiliki 20 pesawat mayoritas sewa dan sedang dalam tahap pembelian 5 pesawat baru mulai awal tahun 2011 ini. Dari 20 pesawat yang ada, 16 unit di antaranya jenis Airbus dan sisanya Boeing. Perseroan menargetkan 30 pesawat hingga 2015. ”Perseroan telah menunjuk lead underwriter atau penjamin emisi yaitu Credit Suisse dan CIMB Sekuritas untuk membantu dalam aksi perseroan ini,” imbuh Dharmadi.
President Commissioner IAA, Pin Harris, mengatakan saat ini kepemilikan saham terbagi dua yaitu pihak Indonesia sebesar 51 persen dan Air Asia Berhad Malaysia 49 persen. Sebesar 51 persen saham di Indonesia itu terdiri atas tiga pemilik yaitu dirinya sendiri (20 persen), PT Langit Biru (21 persen), dan PT Fersindo (10 persen). ”Menurut rencana kami lepas saham ke public sebesar 20 persen baik dari Malaysia dan Indonesia,” ulas Pin Harris.
Pin mengatakan bahwa IAA akan menjadi perusahaan penerbangan swasta pertama yang mendarat di BEI. Kondisi saat ini nyaris sama dengan kondisi Air Asia Berhad saat melakukan go public di Malaysia sehingga diharapkan meraih kesuksesan yang sama bahkan lebih. Keputusan IAA menjadi perusahaan terbuka dilatarbelakangi banyak hal. Mulai dari proyeksi peningkatan pendapatan perkapita baik di Indonesia maupun Asia yang selalu berkolerasi dengan industry transportasi. Selain itu Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia.
Dharmadi menjelaskan, industri penerbangan domestik sepanjang 2010–2015 diproyeksikan tumbuh 10 persen. Tetapi kenyataannya yang terjadi sudah lebih dari itu atau mencapai 20 persen. Tingginya arus wisatawan ke Indonesia juga menjadi salah satu pertimbangan utama selain adanya alokasi dana pemerintah sebesar USD 140 miliar selama 5 tahun ke depan untuk pembangunan infrastruktur, termasuk bandara udara. ”Sebaran penduduk dunia menyeluruh. Ini menjadi peluang bagi industri penerbangan. Secara grafik peningkatan penumpang pesawat juga mengikuti pertumbuhan ekonomi,” tandas Dharmadi.
Sementara IAA sejak 2005 telah menerbangkan 15 juta penumpang. Pada 2010 volume peningkatan penumpang perseroan meningkat 13 persen menjadi 3.921.039 dibanding 3.461.881 pada 2009. Pendapatan tahun lalu tercatat Rp 2,7 triliun atau tumbuh 37 persen dari Rp 2,01 triliun pada 2009. Laba bersih juga tumbuh 35 persen menjadi Rp 474 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. (*)
No comments:
Post a Comment