PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dikabarkan mencapai kesepakatan harga dengan investor strategis. Tetapi, rumor yang berkembang dikalangan pelaku pasar tersebut kurang mengembirakan. Pasalnya, harga yang dicapai itu disebut-sebut berada di bawah level Rp 550.
Memang sebelumnya, Grup Dajrum dan Rajawali berebut masuk untuk mengeksekusi saham GIAA. Tetapi, seiring berjalannya waktu, kabar tersebut menghilang tanpa mengasilkan kesepakatan. Saat kabar itu berhembus, saham GIAA sempat menyentuh level tertinggi dikisaran Rp 580, sebelum akhirnya kembali bermain di area Rp 520 per lembar saham.
Sebelumnya, dikabarkan saham perseroan akan tetap dilepas kepada investor strategis dengan skema harga Initial Public Offering/IPO senilai Rp 750 per lembar saham. Tetapi, merujuk rumor yang santer beredar dikalangan pelaku pasar belakangan, justru menunjukkan hal sebaliknya. Nah, kalau hal itu benar adanya, maka bakal menjadi preseden buruk bagi emiten berbasis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke depan. "Ini bentuk inkonsistensi penjamin emisi terhadap investor. Tidak seharusnya, underwriter mengobral saham GIAA di bawah harga IPO," ungkap Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (25/3).
Billy menyebutkan, sebelum IPO digeber, tim underwriter membeber harga wajar IPO GIAA berada di level Rp 1000. Kalau hal itu benar-benar dilanjutkan, akan memantik kepercayaan investor terus menipis. Sebab, saat IPO beberapa waktu lalu, investor telah membuktikan ketidakpercayaannya pada aktifitas saham perseroan. "Sama saja bohong kalau begini jadinya," ujarnya.
Mestinya sambung Billy baik underwriter dan pihak BUMN lebih memikir dampak. Ini menyangkut proses IPO sejumlah perusahaan BUMN ke depan. Kalau pemerintah tetap berlaku serampangan, bukan tidak mungkin investor akan memboikot setiap aksi korporasi yang dilakukan calon emiten pemerintah. "Sebaiknya pemerintah lebih hati-hati dalam mengambil kebijakan," sarannya.
Sementara di sisi lain, manajemen Garuda tidak mau menanggapi rumor tersebut. Mereka lebih konsen dalam memperkuat kinerja. Salah satunya dengan menjalin kerja bareng Bank Mandiri dalam program Buy One Get One Free Tiket Pesawat Garuda Indonesia Rute Internasional tertentu sebesar Rp 200 miliar. "Kita tidak ngurusi rumor yang tidak jelas. Saat ini lebih baik bekerja dan meningkatkan kinerja,” ucap Arif Wibowo, Direktur Pemasaran dan Penjualan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) di Jakarta, Jumat (25/3).
Dalam kerja sama itu, pada tahap pertama dilakukan selama 3 Bulan. Jika nanti dalam perjalanannya kerja sama itu berlangsung dengan baik dan saling menguntungkan, perseroan mempertimbangkan untuk melanjutkan kerja sama itu. ”Kita lanjutkan kalau kerja sama itu menguntungkan kedua belah pihak,” imbuhnya. Pada perdagangan kemarin, saham GIAA kembali berlabuh dikisaran Rp 520 dengan transaksi 1,5 juta per lembar saham. (*)
No comments:
Post a Comment