Posisi PT Astra International Tbk (ASII) belum tergoyahkan sebagai pemangku kapitalisasi pasar terbesar di lantai bursa efek indoensia (BEI). Justru posisi PT Telekomonikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang selama ini tercatat sebagai seteru abadi Astra harus tergeser. TLKM harus puas di posisi ketiga setelah disalip oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Berdasarkan data dari BEI, saham BBCA mencatatkan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 153,77 triliun di bawah ASII senilai Rp 210,71 triliun. Sementara TLKM di tempat ketiga senilai Rp 150,19 triliun diikuti PT Unilever Tbk (UNVR) senilai Rp 123,60 triliun dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 120,56 triliun.
Lengsernya Telkom memang sudah bisa ditebak. Sebab, dari sisi kondisi industri itu berseberangan dengan industri perbankan. Di mana pada 2011, sektor perbankan secara indutri lebih menjanjikan. ”Ini efek membaiknya kondisi perbankan dari pada industri telekomunikasi,” tandas Jeff Tan, Analis Sinarmas Sekuritas, di Jakarta, Kamis (3/3).
Industri telekomunikasi sedang mengalami dilusi menyusul persaingan ketat. Hal itu sudah tercermin dari minimnya pertumbuhan kinerja Telkom sepanjang 2010 dan laba Indosat yang tergerus cukup dalam. ”Indosat kelabakan. Labanya terkoreksi sangat tajam,” imbuh Jeff Tan.
Menipisnya kenaikan pendapatan akibat dari segmen bisnis seluler yang juga naik tipis. Kontribusi bisnis seluler melalui anak usaha Telkomsel terhadap Telkom memang signifikan mencapai 65 persen. ”Kondisi itu mengakibatkan pendapatan Telkom naik 2 persen hingga 4 persen. Hanya laba bersihnya, belum bisa diungkap,” ujar Rinaldi Firmansyah, Direktur Utama Telkom, pada suatu kesempatan. ”Bisnis telko (telekomunikasi) cenderung turun tapi dalam arti bukan trafiknya melainkan average price per user,” jelas Muhammad Reza, Pengamat pasar modal.
Penjualan kartu perdana di bisnis seluler terus meningkat seiring dengan penetrasi pengguna. Tetapi tidak berlaku kepada pelanggan tetap. Banyak konsumen memilih ambil untung dengan membeli kartu perdana yang isinya sudah ada pulsa untuk digunakan sesaat kemudian dibuang untuk kemudian ganti kartu baru lagi. ”Ini juga tidak lepas dari ketatnya persaingan bisnis seluler yang berdampak pada harga murah,” imbuh Reza.
Berdasarkan perhitungannya, omset Telkom pada 2010 sekitar Rp 66 triliun. Dengan harga saham Rp 7450 perlembar maka Earning Per Share (EPS) sekitar 620 dan Price Earning (PE)-nya sebesar 12 kali atau di bawah rata-rata market sebesar 15 kali. Reza menilai strategi Telkom untuk meningkatkan fokus usaha di luar seluler pada 2011 adalah tepat. Telkom Solution yang isinya bisnis tv, internet, international broadband, dan lainnya, itu bisa menjadi senjata untuk terus bangkit. (*)
Kapitalisasi pasar saham Februari 2011 (10 besar): 1. PT Astra International Tbk = Rp 210,71 triliun; 2. PT Bank Central Asia Tbk = Rp 153,77 triliun; 3. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk = Rp 150,19 triliun; 4. PT Unilever Tbk = Rp 123,60 triliun; 5. PT Bank Mandiri Tbk = Rp 120,56 triliun; 6. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk = Rp 114,78 triliun; 7. PT HM Sampoerna Tbk = Rp112,64 triliun; 8. PT Perusahaan Gas Negara Tbk = Rp86,05 triliun; 9. PT Adaro Energy Tbk = Rp78,36 triliun; 10. PT United Tractors Tbk = Rp77,18 triliun
No comments:
Post a Comment