Esso, anak usaha Exxon Mobil Corporation dikabarkan tengah melakukan penawaran atas 37,15 persen saham PT Elnusa Tbk (ELSA) milik PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI). Divestasi itu dilakukan menyusul prospek kinerja ELSA di luar ekspektasi. Selain itu, BIPI dibekap utang senilai Rp 894,81 miliar.
Merujuk kabar yang merebak di market, utang yang mendera BIPI melalui penerbitan Promisory Notes kepada PT Indotambang Perkasa, induk usaha BIPI, untuk mengakuisisi 37,15 persen saham ELSA tahun lalu. Utang sejumlah Rp 302,5 miliar telah dilunasi BIPI pada akhir 2010 dengan menjaminkan 12,55 persen saham ELSA kepada Amadia Investment, sehingga tersisa utang sebesar Rp 592,31 miliar berjaminan 24,6 persen saham ELSA. "Promisory Notes telah diperpanjang jatuh temponya dari 12 Maret 2011 menjadi 12 september 2011. Tetapi, BIPI tetap berencana menjual sahamnya di ELSA. Info yang beredar, Esso tengah melakukan penawaran," ujar salah satu investor kawakan.
Sebelumnya, Direktur BIPI Firlie Ganindito pernah menyebutkan akan menjual kepemilikan sahamnya di ELSA. Alasan utamanya karena kinerja ELSA tidak sesuai harapan BIPI. Padahal, berdasar skema awal, BIPI masuk ELSA denga term jangka panjang. "Hanya saja, situasi tidak sesuai denga ekspektasi yang kami petakan," ujar Firlie di Jakarta sebelumnya. BIPI mengambil alih 37,15 persen saham ELSA pada Juli 2010 dari PT Tridaya Esta, perusahaan milik Anton Sugiono yang juga menguasai perusahaan properti PT Duta Graha Tbk (DGIK).
Rencana BIPI keluar dari ELSA cukup beralasan. Maklum, menilik kinerja perseroan sepanjang 2010 tidak menjanjikan. Itu setelah laba bersih Elnusa terpangkas 86,3 persen ke posisi Rp 63,9 miliar dibanding edisi sama 2009 dikisaran Rp 466,2 miliar. Dengan kondisi itu, laba bersih per saham perseroan anjlok menjadi Rp 9 per lembar dibanding pada 2009 di level Rp 65 per lembar saham.
Melorotnya laba itu akibat sepanjang 2009 lalu perseroan meraup laba penjualan penyertaan saham cukup tinggi yaitu Rp 437,82 miliar. Sementara pada 2010 hanya Rp 45,98 miliar. Dengan demikian, meski pendapatan emiten naik, dari Rp 3,66 triliun pada 2009 menjadi Rp 4,21 triliun pada 2010, laba bersih perseroan akhirnya turun.
Laba penjualan penyertaan saham itu membuat beban bersih perseroan positif pada 2009, sementara di 2010 negatif Rp 43,58 miliar. Menguatnya nilai tukar rupiah membuat rugi kurs perseroan turun menjadi Rp 8,29 miliar pada 2010, dari periode sama tahun sebelumnya Rp 43 miliar. Sepanjang 2010, harga saham ELSA ikut turun sebanyak 8,45 persen. Pada akhir 2009, saham ELSA berada dikisaran Rp 355 per lembar, sementara pada akhir 2010 sahamnya menjadi Rp 325 per lembar. Menyudahai perdagangan Rabu (16/3), saham ELSA turun 5 poin (1,69 persen) ke posisi Rp 290 per lembar. Sahamnya diperdagangkan dengan volume 29.894.000 lembar senilai Rp 8,7 miliar. (*)
No comments:
Post a Comment