PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) telah melakukan pelunasan utang sebelum masa jatuh tempo (voluntary prepayment) senilai USD 246,5 juta. Pelunasan itu dilakukan setelah mengantongi sindikasi perbankan yang dipimpin Standard Chartered Bank (SCB). Sejatinya, jatuh tempo utang itu terjadi pada 9 Desember 2012 mendatang.
Total pelunasan pinjaman sebesar USD 246,5 juta terdiri dari pembayaran bunga pinjaman sebesar USD 2,079 juta (untuk periode bunga 9 Desember 2010 – 9 Maret 2011) dan sisa pinjaman pokok sebesar USD 244,444 juta. Perseroan dan SCB menandatangani perjanjian Syndication Loan Agreement (SLA) sebesar USD 275 juta pada 25 November 2009 dengan bunga 3,1 persen per tahun plus LIBOR 3 bulan dan tenor selama tiga tahun. Sebanyak 19 bank domestik dan internasional tergabung dalam program sindikasi tersebut. "Sesuai dengan persyaratan perjanjian, kami dapat melakukan voluntary prepayment," ungkap Wahid Sutopo, Sekretaris Perusahaan PGAS di Jakarta, Kamis (10/3).
Sutopo menambahkan apabila voluntary prepayment dilakukan pada salah satu tanggal interest payment dates dalam 9 Maret 2011. Karena itu, PGN tidak dibebankan biaya penalti berupa break fund costs oleh SCB. Pinjaman sindikasi itu digunakan untuk melunasi obligasi EuroBond yang diterbitkan PGN (Eurobond redemption) sebesar USD 275 juta. Pelunasan obligasi itu telah selesai dilaksanakan pada 24 Desember 2009. Dengan pelunasan obligasi EuroBond, PGN dapat menurunkan biaya bunga sebesar selisih antara bunga obligasi PGN sebesar 7,5 persen per tahun ditambah biaya pajak sebesar 20 persen per tahun. "Ya, dengan begitu PGN akan kembali menurunkan biaya bunga sehingga diharapkan dapat menciptakan nilai yang optimal bagi para pemegang saham," tandasnya.
Di sisi lain, CLSA Asia Pacific menurunkan target harga saham PGAS sebesar 20,43 persen ke Rp 3.700 dari sebelumnya Rp 4.650 per saham. Menurut analis CLSA, Swati Chopra, penurunan target harga saham PGAS dikarenakan konfirmasi yang diberikan BP Migas bahwa PGAS tidak mungkin memperoleh kekurangan pasokan gas sebesar 75 mmscfd dari Conoco Phillips. Dalam kontrak semula, PGAS seharusnya memperoleh 375 mmscfd dari Conoco. Namun adanya pengalihan pasokan untuk lifting minyak Chevron membuat PGAS hanya memperoleh 300 mmscfd dari Conoco.
PGAS berharap dapat memperoleh kembali pasokan gas dari Conoco di semester kedua 2011, setelah Chevron memperoleh pasokan gas dari Jambi Marang. Nah, sejak 90 hari terakhir, harga PGAS telah mengalami koreksi berkesinambungan sebesar 17,67 persen dari Rp 4.525 pada 9 Desember 2010 menjadi Rp 3.725 pada penutupan perdagangan Kamis (10/3).
Sejak 9 Desember 2010, investor asing mencatat jual bersih (net sell) di saham PGAS sebesar Rp 1,317 triliun. Broker yang paling banyak mencatat net sell adalah PT Macquarie Capital Securities Indonesia (RX) net sell 284.704 lot, PT Merrill Lynch Indonesia (ML) net sell 156.069 lot, PT Credit Suisse Securities Indonesia (CS) net sell 112.153 lot, PT UBS Securities Indonesia (AK) net sell 54.391 lot dan PT CLSA Indonesia (KZ) net sell 52.060 lot. (*)
No comments:
Post a Comment