
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dipusingkan dengan tingginya dana masyarakat yang disimpan. Kondisi itu mempersulit keinginan perseroan meningkatkan rasio pendanaan terhadap kredit (LDR/Loan to Deposito Ratio) agar bisa mencapai 78 persen sesuai ketentuan Bank Indonesia (BI).
Pada tahun 2011 ini, BCA memang berkeinginan meningkatkan LDR agar bisa mencapai 60 persen. Tahapan itu sangat penting sebagai upaya menembus angka 78 persen sesuai ketentuan. ”Karena itu kita berusaha tingkatkan pinjaman,” ujar Jahja Setiaadmadja, Wakil Direktur Utama BCA, di Jakarta, Rabu (30/3).
Hambatannya, dana simpanan nasabah yang masuk terus mengalir deras. Seandainya tidak begitu deras, dengan kenaikan portofolio kredit sebesar 24,2 persen pada tahun 2010 maka, LDR saat ini dipastikan di atas 60 persen. Sementara pencapaian LDR BCA tahun lalu harus puas di posisi 55,2 persen atau naik dari 2009 sebesar 50,3 persen. ”Yang susah kita hindari adalah dana masyarakat masuk terus. Dana ini kan tidak bisa kita bilang ‘jangan simpan uang di kita’. Maka kita bingung,” ucap Jahja.
Seandainya dana masyarakat konstan, maka LDR akan naik kencang. ”Tapi kalau dana masyarakatnya lebih kencang ya LDR-nya nelongso,” ucapnya.
Maka BCA tidak agresif untuk peningkatan dana masyarakat yaitu dengan penetapan target pertumbuhan 10 sampai 15 persen saja. Bunga deposito dibuat tidak begitu menarik yaitu 5,75 persen atau paling rendah dibandingkan bank lain. Selain itu juga tidak ada special rate, tidak ada voucher, dan penawaran menarik lainnya bagi dana masyarakat yang disimpan.
Perseroan juga berjuang memertahankan rasio kecukupan modal (CAR) sekitar 13 sampai 15 persen. Dengan rasio pertumbuhan kredit maksimum Rp 50 triliun, BCA membutuhkan dana Rp 10 triliun untuk mempertahankan CAR di level yang diinginkan. ”Kalau melihat pertumbuhan kredit tahun lalu Rp 30-an triliun semestinya kan bisa,” terangnya.
Pada 2010, laba BCA mengalami kenaikan 24,6 persen menjadi Rp 8,5 triliun dibandingkan 2009 sebesar Rp 6,8 triliun. ”Didukung dengan posisi neraca yang sehat, BCA berhasil mendapat manfaat dari kuatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tandas D.E Setijoso, Presiden Direktur BCA.
Setijoso mengatakan aktivitas penyaluran kredit meningkat di seluruh segmen dengan didukung oleh tingkat suku bunga yang relatif rendah dan tingginya permintaan kredit dari nasabah. Secara keseluruhan, portofolio kredit tumbuh 24,2 persen menjadi Rp 153,9 triliun pada 2010.
Kredit konsumer mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 31,9 persen menjadi Rp 36,5 triliun ditopang oleh kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor. Kredit pemilikan rumah naik 39,2 persen menjadi Rp 18,3 triliun sedangkan kredit kendaraan bermotor meningkat 29,1 persen menjadi Rp 13,5 triliun.
Selain itu, kata Setijoso, saldo kartu kredit juga mengalami peningkatan sebesar 15,9 persen menjadi Rp 4,8 triliun. Penyaluran kredit ke UKM dan komersial tumbuh 27 persen menjadi Rp 61,2 triliun sedangkan kredit kepada nasabah korporasi meningkat 17,9 persen menjadi Rp 56,3 triliun. ”Kami berhasil mencatat pertumbuhan signifikan dalam kegiatan perbankan transaksional sepanjang tahun 2010. Ke depan kami akan senantiasa memperkuat sistem penyelesaian pembayaran sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas layanan,” paparnya.
Pada tahun ini, perseroan membidik pertumbuhan kredit 20 persen dari pencapaian 2010 sebesar Rp 153,923 triliun menjadi Rp 184,707 triliun. ”Mudah-mudahan bisa 15 persen, syukur-syukur sampai 20 persen,” harapnya. (*)
No comments:
Post a Comment