Thursday, 31 March 2011

Runtuhnya Trading Floor sebagai Simbol Transaksi Bursa Efek Indonesia (BEI)


Modernisasi Sistem, Trading Floor Disulap sebagai Pusat Pendidikan Pasar Modal

Simbol transaksi pasar modal domestik berupa trading floor tinggal kenangan. Sejarah panjang yang mewarnai perjalanan tempat transaksi para pialang itu dirubuhkan. Penghapusan dilakukan karena tidak sesuai semangat zaman. Investor pun tidak sepenuhnya menggunakan trading floor sebagai venue transaksi.

Aktivitas perdagangan di lantai bursa efek indonesia (BEI) berjalan dengan normal. Sejumlah pialang tampak sibuk melayani opsi beli dan jual dari para nasabahnya. suara telepon dan mesin ketik antar pialang saling bersahutan menjadi menu aktivitas harian para broker. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Karenanya, mereka tetap konsentrasi di depan layar monitor.
Gambaran sekelumit di atas terjadi pada pertengahan tahun lalu, tepatnya 30 Agustus 2010. Itulah hari terakhir mereka melayani transaksi dan berintraksi dengan para kliennya di lantai bursa. Bagi investor atau pialang yang mungkin rindu dengan ingar bingar itu, saat ini setidaknya harus gigit jari. Anda yang ingin bernostalgia dengan ruangan berukuran tidak kurang dari 75x50 meter dan dukungan 440 seats tersebut harus dipendam dalam-dalam. Termasuk keinginan untuk melihat dua papan elektronik yang menyajikan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) juga sudah tidak lagi tersedia.
Trading floor sebagai simbol transaksi itu tercatat sejak 31 Agustus 2010 silam resmi dihapus. Pada hari terakhir itu, para pelaku pasar dengan membawa spanduk bertuliskan "Goodbye Trading Floor" memenuhi lantai perdagangan dengan sejuta kenangan itu. Wajah mereka meski menyunggingkan senyum simpul jelas menyimpan sedikit kegalauan. Itu terlihat dari tatapan mereka yang melemparkan aura keengganannya untuk melepas dan merelakan tempat bersejarah itu ditiadakan. Sebagai kenangan terakhir, insan pasar modal kala itu tidak menyia-nyiakan peluang untuk mengabadikan gambar dan foto dengan berfose bersama.
Memang tidak banyak pialang yang memanfaatkan fasilitas meja sebagai media tranksaksi. Dari sekitar 440 seats yang tersedia pada trading floor itu, paling banter yang terisi sekitar seperempatnya. Selebihnya, kursi-kursi yang dipersenjatai dengan komputer kuno itu mangkrak. Inilah salah satu dampak diaplikasikannya remote trading pada 2002. Dimana perusahaan efek tidak lagi menempatkan para trader mereka unutk nyanggong di ruangan legendaris itu. Sebagai gantinya, perwakilan pialang tinggal berselancar dan ongkang-ongkangan di kantor masing-masing. Ya, dengan jaringan internet terhubung ke sistem yang disediakan otoritas market, pelaku pasar sudah tidak perlu lagi menampakkan batang hidungnya di lantai bursa.
Dari pantauan terkini, trading floor yang terletak di lantai dasar diapit menara kembar sedang dipugar. Merujuk list pemugaran dimulai pada oktober lalu. Dan, hingga kini proses renovasi masih berlangsung. Pembongkaran pada sejumlah properti yang memenuhi lantai dasar terus dilakukan. Beberapa pekerja dengan penuh passion bahu-membahu melanjutkan bagian-bagian untuk disesuaikan dengan skema awal.
Di tengah proses renovasi itu, sejumlah peralatan yang selama ini ditempatkan di ruangan terpaksa dipindahkan ke ruangan lain. Sejumlah dokumen termasuk perpustakaan harus digeser ke lokasi lain pula. Termasuk ketika ada sejumlah emiten yang mencatatkan saham perdananya harus diungsikan ke lantai 27 tower 1. Lazimnya, kalau ada emiten baru listing, seremonialnya diadakan di lantai 1 tower 2. Saat acara listing selesai, para direksi perusahaan bersama direksi bursa bergegas menuju trading floor. Ritual itu selanjutnya terkubur bersama kenangan.
Memang menilik sejerah trading floor, masih banyak yang masih belum sepenuhnya menerima penghapusan tersebut. Alasannya mulai yang klasik hingga soal sejarah panjang tentang berdirinya pasar modal Indonesia. Tetapi, tidak sedikit pula yang mendukung trading floor untuk diganti dengan yang lebih mantap. Alasan yang mendukung transaksi menggunakan floorless, lebih disebabkan pada tingkat efisiensi dan efektifitas. “Mengacu pada negara maju macam Amerika Serikat, Inggris, Singapura, Jepang trading floor masuk ranah kuno. Mereka sudah beralih dan meninggalkan trading floor,” ungkap Wim Alfatih, Direktur Majapahit Sekuritas salah satu anggota bursa (AB).
Wim Alfatih menyebutkan, hampir seluruh perdagangan saat ini dilakukan melalui remote trading. Dengan Remote Trading, broker tidak lagi memerlukan trading floor. Wim juga mengungkapkan, dengan sistem online trading itu, perdagangan dan transaksi justru akan lebih semarak. Mungkin bagi investor yang begitu sibuk, tetap memerlukan bantuan pialang. ”Sudah bukan zamannya lagi bertransaksi dengan cara-cara lama,” imbuhnya.
Haryajid Ramelan, Ketua Asosiasi Analis menjelaskan, penghapusan trading floor tidak memberi pengaruh pada sistem perdagangan. Broker yang menjadi perantara perdagangan sudah mempersenjatai dirinya dengan online trading. ”Tidak ada masalah,” ucap Haryajid.
Sebaliknya sambung Haryajid, lewat sistem online trading, pasar modal Indonesia dapat berkembang dengan pesat. Hambatan transaksi yang selama ini menjadi penyebab lambatnya transaksi tidak lagi menjadi batu sandungan. Investor dengan system remote trading bebas memantau perdagangan dari manapun dan kapan pun. ”Trading floor pada sejumlah negara maju sudah tidak digunakan. Sayangkan kalau trading floor BEI dianggurkan dan kosong. Mending dihapus saja dari pada menyedot biaya perawatan rutin tahunan,” imbuhnya.
Meski begitu, kehilangan trading floor tetap menyisakan keresahan sebagian pelaku pasar yang secara reguler mengikuti perkembangan pasar modal Indonesia. Banyak memori yang sulit terlupakan. Teriakan-teriakan perintah beli ataupun jual dari para pialang yang mencirikan kegiatan transaksi saham di lantai bursa mungkin salah satunya. “Ya, beginilah dilema kebutuhan industri dan tuntutan tekonologi,” ucap Alex salah seorang pialang. "Sistem trading kita masih lemah. Ingat kejadian 2003 di mana Jakarta Automatic Trading System (JATS) ngadat menyusul membludaknya frekuensi transaksi," tambah Ahmad Riyadi, pengamat Pasar modal.
Tidak hanya itu pialang juga pesimis dengan ketangguhan remote trading dipertanyaan dalam situasi force majeur, apakah aman remote trading menghadapi ancaman gempa bumi, banjir, krisis dan ledakan sosial yang masih mengancam. Tantangan semacam itu juga harus diperhatikan. “Semoga tim IT bursa bekerja lebih taktis,” harap salah seorang pialang lain.
Sementara dari kalangan awam juga merasa kehilangan. Pertanyaan-pertanyaan sederhana pun terlontar dan bermunculan. Harus kemana mereka jika ingin melihat pergerakan saham. Sebab, selama ini, mereka cukup bertandang ke bursa dan melihat lansung layar raksasa yang disediakan untuk sekadar memelototi pergerakan saham.
Manajemen bursa tidak tutup mata. Trading floor yang dipugar itu nantinya bakal menjelma sebagai museum pasar modal, galeri, tempat pelatihan, hingga sekolah pasar modal. Aspek pengembangan dan fungsi pendidikan serta sosialisasi pasar modal bagi masyarakat tetap tidak hilang. Revitalisasi itu diharapkan bisa membuat sosialisasi pasar modal pun lebih efektif.
Untuk menyulap trading floor itu, bursa menganggarkan dana senilai Rp 20-30 miliar. Di mana pada tahap awal pemugaran trading floor pada Oktober lalu telah dicairkan Rp 15 miliar. “Sejatinya, proses modernisasi telah dimulai sejak 2002. Dan, sistem remot trading sudah menjadi keniscayaan dalam alam pasar modal,” ucap Ito Warsito, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI).
Secara singkat sejarah pasar modal Indonesia bermula pada 1912. Kala itu Bursa Efek didirikan Belanda di Batavia dengan nama Vereniging Voor De Effecten. Selanjutnya, diikuti dengan didirikannya bursa di Surabaya dan Semarang pada tahun 1925. Menyusul efek buruk Perang Dunia II, seluruh operasional bursa ditutup. Kemudian, pada 1950 diaktifkan kembali dan kembali dibekukan pada 1958. Selanjutnya, pada 10 Agustus 1977, pasar modal kembali diaktifakan. Saham pertama yang diperdagangkan adalah saham PT Semen Cibinong.
Kala itu perdagangan dan transaksi di lantai Bursa Efek berjalan lambat. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibanding instrumen Pasar Modal. Selanjutnya pada 1988–1990 paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta (BEJ) terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
Pada 2 Juni 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. Pada Desember 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
Sementara pada 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Dan, pada 13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. Pada 22 Mei 1995 Sistem Otomasi perdagangan BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). Pada 10 November 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang–Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. Pada 1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya (BES).
Selanjutnya, pada 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. Pada perkembangan berikutnya tepatnya 2002, BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading) yang kemudian diikuti penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2007. Akhirnya, pada 2 Maret 2009 BEI meluncurkan Sistem Perdagangan Baru yaitu Jakarta Automatic Trading System (JATS)-NextG. (*)

1 comment: