PT Astra International Tbk (ASII) menyiapkan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini sebesar USD 1,3 miliar atau setara Rp 11,7 triliun. Anggaran itu meningkat 44 persen dari anggaran capex tahun lalu sebesar USD 900 juta setara Rp 8,1 triliun. Kenaikan itu untuk memantapkan ekspansi pada seluruh lini usaha perseroan.
Sepanjang 2011, perseroan akan meningkatkan ekspansi pada seluruh lini yang dimiliki. Misalnya, pada sektor otomotif, agribisnis, alat berat, infrastruktur, pembiayaan serta keuangan. Ada beberapa anak usaha yang merencanakan menambah aset melalui mekanisme akuisisi. Namun, mengenai detilnya, masih belum jelas. "Saat ini ada satu,dua di pipe line. Tapi itu nanti saja kami umumkan,” ungkap Prijono Sugiharto, Presiden Direktur ASII, Prijono Sugiharto, di Jakarta, Senin (21/2).
Untuk industri otomotif, Prijono optimistis dapat membukukan pertumbuhan positif meski, 2011 dirasakan sebagai tahun berat. Di mana ASII hingga penghujung tahun membidik target pertumbuhan penjualan unit mobil 5-10 persen. "Kalau tumbuh 5 persen saja, bisa menjadi 800.000 unit mobil," ujar Prijono.
Namun, target pertumbuhan itu masih akan melihat perkembangan yang terjadi. Pengurangan subsidi BBM (bahan bakar minyak), dengan pembatasan penggunaan pada BBM jenis premium, berpengaruh terhadap penjualan mobil. Selain itu, laju kenaikan inflasi dan penerapan pajak progresif kendaraan bermotor juga menjadi penghambat pertumbuhan penjualan. “Aslinya, banyak hal yang tidak pasti, sehingga pertumbuhannya pun bisa flat,” tukasnya.
Sebelumnya perseroan menyebut nilai capex tidak berbeda dengan tahun lalu. Tetapi, sejalan dengan akuisisi anggaran capex ditingkatkan. Beberapa langkah akuisisi itu macam peningkatan porsi kepemilikan saham pada anak usaha yang bergerak di bidang pengelolaan air bersih, PT PAM Lyonnase Jaya (Palyja), menjadi 49 persen dari porsi saat ini sebesar 30 persen. Peningkatan itu dilakukan dengan mengambil alih kepemilikan saham Citigroup, yang memiliki porsi 19 persen melalui Citigroup Financial.
Selain itu, perseroan juga menambah porsi kepemilikan di anak usaha PT Astra Sedaya Finance menjadi 100 persen dari kepemilikan sebelumnya sebesar 53 persen, dengan kepemilikan langsung 44,3 persen. Itu dilakukan dengan mengambil porsi kepemilikan saham Astra Sedaya yang dimiliki PT General Electric Services, sebesar 47 persen.
Selain itu, akuisisi direncanakan anak usaha, antara lain penambahan tambang batu bara oleh PT United Tractors Tbk (UNTR). Distributor alat berat Komatsu itu berniat menambah lagi tambang yang dimiliki, setelah mengakuisisi 60 persen kepemilikan PT Agung Bara Prima (ABP) tahun lalu. Sebelum itu, UNTR juga telah mengakuisisi dua tambang, yang kini sudah menghasilkan produksi yaitu PT Dasa Eka Jasatama (DEJ) dan PT Tuah Turangga Agung (TTA).
Sementara untuk anggaran capex UNTR, tahun ini diperkirakan sebesar USD 450 juta. Anggaran itu, belum termasuk rencana akuisisi. Alokasi dana anggaran capex sebesar USD 450 juta itu, terdiri dari USD 50 juta untuk alat berat dan USD 400 juta untuk kontraktor tambang. Sementara untuk pendanaan, manajemen UNTR akan menggunakan kas internal dan pinjaman bank.
Memasuki usia 54 tahun, ASII terus melakukan inovasi dan improvement yang dilakukan pada seluruh Grup Astra. Inovasi yang disebut InnovAstra ke-27. Sejak digulirkan pada 1982, telah melahirkan lebih dari 3,6 juta suggestion system (sistim saran). Selain sistim saran, kategori lain yang digalakan adalah quality control circle (QCC) pada tingkat department dan quality control project (QCP). Tingkat keberhasilan dari inovasi yang diukur dengan Net Quality Income (NQI) mengalami peningkatan pada tahun lalu.
Pada 2010, nilai NQI secara grup yang diraih mencapai Rp 4,090 triliun atau meningkat 154,4 persen dibanding NQI tahun sebelumnya sebesar Rp 1,68 triliun. “Ini menunjukan semangat karyawan ataupun perusahaan untuk berinovasi dan melakukan improvement terus meningkat. Hasilnya pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,” tukas Prijono.
Sementara Yuganur Wijanarko, Analis PT HD Capital, menilai saham ASII memiliki fundamental yang sangat baik. Itu terutama didukung pertumbuhan industri otomotif serta kinerja anak-anak usaha di sektor lain. Kenaikan volume penjualan kendaraan bermotor ASII selama periode Januari, membuktikan bahwa permintaan masih tinggi. Kondisi yang menurutnya masih berlanjut hingga akhir tahun. “Dengan catatan Bank Indonesia (BI) bisa mengendalikan inflasi dan menahan suku bunga,” katanya. (*)
No comments:
Post a Comment