
Tren kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan berlanjut pada periode triwulan kedua 2011. Berbagai indikator domestik maupun global masih menunjukkan tanda-tanda penguatan (uptrend).
Analisa berbasis makro ekonomi, fundamental maupun teknikal tampaknya masih cukup kuat untuk mendorong Indeks terus menanjak pada periode April-Juni 2011. Bahkan, hingga ppenghujung tahun. "Dari sudut pandang makro ekonomi, tren penguatan di pasar modal kelihatannya masih uptrend, belum menunjukkan tanda-tanda pembalikan arah," ujar Siswa Rizali, analis pasar modal di Jakarta, akhir pekan lalu.
Salah satu indikator yang digunakan Rizali adalah terus meningkatnya porsi investasi asing pada produk Surat Utang Negara (SUN). Saat ini, kepemilikan asing pada SUN mencapai lebih dari Rp 200 triliun. "Jumlah itu jauh lebih besar dari kepemilikan investor domestik. Kepemilikan institusi perbankan terus menurun ke sekitar Rp 50 triliun, hampir sama dengan nilai kepemilikan mutual fund padaSUN. Kepemilikan asuransi dan dana pensiun berkisar pada kisaran Rp 120-125 triliun. Data ini menunjukkan asing masih mempercayai peluang investasi di Indonesia," tambahnya.
Pandangan senada juga disampaikan Edhi Pranasidhi. Analis independen itu menyebutkan derasnya arus modal asing akan membawa dampak positif pada bursa saham Indonesia. Di mana pada triwulan pertama 2011, asing sempat keluar dari Indonesia menyusul adanya berbagai faktor macam bencana Tsunami Jepang, situasi politik Timur Tengah yang memanas dan mendorong harga minyak naik. Namun memasuki triwulan kedua 2011, asing kembali masuk menyerbu market. ”Selama beberapa hari terakhir, asing telah mencatat netbuy lebih dari Rp 2,2 triliun," Edhi meyakinkan.
Edhi berkeyakinan indeks bakal menembus level 4.100 pada medio Agustus mendatang. Angka sebagai batu loncatan menjelang akhir tahun sebelum menapaki angka 4400. Tentu jika tidak ada sentiment negative berlebih menerpa market baik global dan regional. ”Seharusnya, indeks bias menyentuh angka tersebut (4400 Red),” ujarnya.
Sementara Muhammad Alfatih, melihat dari sudut dan sisi berbeda. Dari kacamata teknikal tren kenaikan indeks masih belum menunjukkan tanda-tanda terjadinya pembalikan arah (reversal). Apalagi, tren kenaikan terjadi bersamaan pada seluruh bursa-bursa utama dunia. "secara umum belum menunjukkan tanda-tanda reserval. Garis trennya masih terus naik,” ulas Muhammad Alfatih, analis PT Samuel Sekuritas.
Menurut Alfatih, harga-harga komoditas seperti emas, perunggu, nikel, timah, minyak, batubara, gandum, jagung dan kedelai juga secara umum masih dalam tren kenaikan. Hanya pergerakan harga komoditas Crude Palm Oil (CPO) yang menurun yang kemudian berdampak pada koreksi indeks Agri pada Bursa Efek Indonesia (BEI). (*)
No comments:
Post a Comment