Friday, 31 December 2010

Regulator Kebut UU Perlindungan Dana Investor

Bursa Efek Indonesia (BEI) segara menindaklanjuti pembahasan lembaga perlindungan dana investor (investor protection fund/IPF). Itu penting sebagai bagian dari perlindungan tambahan investor yang berinvestasi di pasar modal. Regulasi mengenai kelembagaan badan itu akan disusun tahun depan pasca tuntasnya revisi Undang-Undang pasar Modal (UUPM).
Lembaga tersebut nantinya akan mirip seperti LPS (lembaga penjaminan simpanan) yang sudah ada di industri perbankan. "Ya, tidak sama dengan LPS. Tetapi, kami minta bantuan LPS dan telah mempelajari mekanisme awal pembentukan LPS, mungkin formatnya mirip," ungkap Ito Warsito, Direktur Utama BEI, di Jakarta, kemarin.
Ito menyebutkan, ide awal keberadaan IPF sudah berkembang sejak tiga tahun lalu. Di mana, IPF diperlukan sebagai respon atas pelanggaran pasar modal yang sering terjadi dan rumit.

Bursa Domestik Ladang Investasi

Pasar modal diyakini masih menjadi ladang investasi besar-besarn pada 2011. Itu seiring dengan daya tahan fundamental ekonomi yang terus mengental. Bayang-bayang risiko eksodusnya investor asing melalui saham dan obligasi tidak akan menggoyang posisi tersebut.
Meski demikian, investor disarankan untuk mengamati perkembangan dan situasi market global yang sedang terpuruk. Terus merosotnya pasar utang Euro dan pengetatan mendadak ekonomi Cina juga akan mendorong pasar untuk turun. Krisis negara-negara Eropa, memang tidak secara langsung menyapu dan memberi dampak langsung terhadap perekonomian Indonesia. Tetapi, setidakna perkembangan yang terjadi itu dapat mempengaruhi pandangan investor asing akan risiko. ”Secara umum pada 2011 pasar kita oke. Tetapi jangan terjebak Euforia,” ungkap Hazrina R. Dewi, Head of Equity First State Investments Indonesia, di Jakarta, belum lama ini.

Indofood Seriusi Beras Sintetis

Kinerja PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) terus menunjukkan perkembangan signifikan. Kehadiran anak usaha PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) di lantai bursa tidak memengaruhi kinerja perseroan di lantai bursa. Bahkan, kedua perusahaan menjadi primadona pelaku pasar sebagai koleksi utama.
"Sudah kami prediksi bahwa kehadiran anak usaha justru menguntungkan investor. Sehingga pelaku pasar mempunyai banyak pilihan investasi," ungkap Franciscus Welirang, Direktur Indofood di Jakarta, belum lama ini.
Dengan fakta itu sebut Franky panggilan akrab Franciscus Welirang pihaknya tidak berhentik untuk terus berinovasi. Manajemen klaimnya terus bekerja keras dalam ikut memecahkan persoalan bangsa ke depan. Itu juga dilakukan dalam upaya memberikan yang terbaik kepada investor dan masyarakat luas. "Kepercayaan masyarakat dan investor harus bisa diemban dengan baik. Tanggungjawab perusahaan adalah dengan menghadirkan kinerja secara maksimal," tukas Franky.

Tuesday, 28 December 2010

2011 Capital Outflow Mengintai

Konsistensi recovery ekonomi Amerika Serikat (AS) mulai menunjukkan hasil. Setidaknya sepanjang lima bulan terakhir, pemulihan tersebut memberi harapan baru investor global. Investor yang semula dirundung kecemasan perlahan namun pasti kepercayaan dirinya mulai menguat.
Situasi tersebut di satu sisi mengembirakan. Tetapi, pada sisi yang lain menyimpan potensi negatif. Nah, fakta tersebut menjadi early warning (peringatan dini, Red) bagi pemerintah untuk melakukan serangkain perbaikan kondisi ekonomi. Salah satunya adalah peningkatan investment grade pada 2011. Itu penting untuk menangkal eksodusnya aliran dana asing yang selama ini mengalir deras masuk ke dalam negeri.
”Ini sebenarnya recovery ekonomi AS tersebut menjadi anacaman pada ekonomi kita ke depan. Pasalnya, aliran dana masuk (capital inflow) yang sepanjang 2010 mengalir deras dikhawatirkkan mengalir keluar (capital outflow). Pelarian dana asing tersebut bisa dicegah dengan hanya meningkatkan investment grade,” ucap Lana Soelistianingsih, ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, di Jakarta, Selasa (28/12).

Samuel Aset Bidik Dana Kelolaan Rp 2 triliun

PT Samuel Aset Manajemen membidik dana kelolaan sepanjang 2011 sebesar Rp 2 triliun. Itu akan ditopang oleh existing klien dan potensi beberapa klien baru. Maklum, sudah ada beberapa pihak yang sudah didekati dan melakukan pembicaraan serius.
”Ya, peluangnya masih sangat terbuka. Sayangnya kami belum bisa menyebutkan dari pihak mana saja aliran dana kelolaan itu datangnya,” tukas Agus B Yanuar, Direktur Utama PT Samuel Aset Manajemen, di Jakarta, Selasa (28/12).

KREN Terbitkan Rights Issue dan Bonds Rp 550 Miliar

PT Kresna Graha Sekurindo Tbk (KREN) menargetkan rights issue dan obligasi Rp 550 miliar pada semester pertama 2011. Rights issue bernilai Rp 250 miliar akan diluncurkan pada triwulan pertama 2011 dan obligasi sebesar Rp 300 miliar pada triwulan tiga 2011. Selain brokerage, perseroan juga memilki izin menjadi penjamin emisi, baik IPO maupun obiligasi
”Saya optimistis rencana ini berjalan sesuai dengan scenario. Dan, pastinya menilik perkembangan ekonomi akan tumbuh dengan pesat dan menjanjikan keuntungan berlipat,” ujar Michael Steven, President Direktur PT Kresna Graha Sekurindo, di Jakarta, Selasa (28/12).

Kembali ke Trek Positif

Kans indeks harga saham gabungan (IHSG) mengulang penguatan pada perdagangan hari ini cukup kuat. Pengujung tahun menjadi menjadi momentum penguatan harga minyak. meroketnya harga minyak tersebut diikuti oleh penguatan harga batubara dan Crude Palm Oil (CPO). "Saya rasa indeks masih berada pada trek positif. Itu sejalan dengan melonjaknya harga minyak dunia di market," ungkap Willy Sanjaya, analis Lautandana Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (28/12).

Monday, 27 December 2010

Benahi Kualitas, EXCL Alokasikan Rp 4,5 Triliun

Kualitasn pelayanan menjadi prioritas utama PT XL Axiata Tbk (EXCL) sepanjang 2011. Karenanya, untuk keperluan itu, perseroan telah mengalokasikan dana segar senilai Rp 4,5 triliun. Dana itu selain itu untuk meningkatkan kualitas jaringan, juga membangun sejumlah base transceiver station (BTS), dan pembangunan serat optik di sejumlah wilayah di Indonesia.
Dana untuk aksi korporasi itu sepenuhnya berasal dari dana internal. Sebab, perseroan telah memiliki laba cukup untuk merealisasikan rencana tersebut. “ Kami sudah free cash flow positive. Sehingga, tidak membutuhkan suntikan dana dari luar,” ungkap Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur EXCL di Jakarta, Senin (27/12).

2011 Pasar Rights Issue & Obligasi Rp 85 Triliun

Outlook ekonomi 2011 diprediksi mengalami pertumbuhan secara signifikan. Tanda-tanda itu positif itu tecermin dari kuatnya struktur fundamental ekonomi, stabilitas politik terjaga dan secara makro ekonomi sangat prospekstif. Situasi itu bakal memantik pelaku pasar melakukan serangkaian aksi korporasi. ”Saya rasa 2011 momentumnya tepat bagi emiten melakukan serangkaian aksi korporasi. Terutama dalam mencari pendanaan melalui penerbitan obligasi dan right issue,” ungkap Edwin Sebayang, Bhakti Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Senin (27/12).
Peluang itu menjadi moment tepat bagi emiten memaksimalkan dua instrument pendanaan dalam menggenjot kinerja ke depan. Sebab, dibanding mencari pendanaan melalui pinjaman perbankan, dua instrumen pendanaan tersebut dinilai lebih strategis dan murah. Dengan catatan tentunya, suku bunga dan inflasi tidak mengalami lonjakan drastis pada edisi 2011. ”Sejatinya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan pada 2011 mendatang, situasi ekonomi bakal tumbuh dan aliaran dana asing cenderung menguat,” imbuhnya.

Tertolong Rebound Saham Unggulan

Peluang Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan kembali terbuka. Sepinya sentimen regional market dan bursa global yang selama ini selalu menjadi katalisator penguatan indeks, tidak akan menghadang laju penguatan tersebut. Sebab, secara teknikal indeks akan banyak ditopang oleh reboundnya saham-saham dari sektor komuditas macam batubara, metal dan Crude Palm Oil (CPO).
"Harga kamoditas melonjak dengan tajam. Ini mengangkat saham-saham dari sektor tersebut berbalik arah dan menjadi penupang utama penguatan indeks. Itu juga menjadi sentimen utama dalam mengembalikan gerakan indeks menuju level baru," tukas Edwin Sebayang, Head Of Analyst Bhakti Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Senin (27/12).

Friday, 24 December 2010

SMMA Genjot Pertumbuhan Bank Sinarmas

PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) optimistis kinerja Bank Sinarmas (BSIM) bakal tumbuh pesat pada masa mendatang. Sebab, kemunculan BSIM yang merupakan anak usaha Grop Sinarmas itu langsung mendapat respon positif pelaku pasar. Tercatat tiga kali secara beruntun saham BSIM mengalami auto reject atas pasca IPO di lantai bursa beberapa waktu lalu.
”Kami selaku induk usaha dari Bank Sinarmas menaruh harapan besar. Dan, kami percayay Bank Sinarmas akan menjadi perseroan yang sangat konpetitif dan likuid,” ujar Kurniawan Udjaja, Direktur PT Sinar Mas Multiartha, di Jakarta belum lama ini.
Dengan harapan besar itu, pihaknya mengharapkan Bank Sinarmas tumbuh 15 persen pada 2011 mendatang. Dengan target pertumbuhan sebesar itu, maka peluang kontribusi Bank Sinarmas secara konsolidasi pada induk usaha akan meningkat. Sebab, selama ini Bank Sinarmas baru menyumbang 7,5 persen dari keseluruhan pendapatan induk usaha. ”Dengan dana hasil IPO sekitar Rp 240 miliar, target itu tidak akan sulit digapai,” jelasnya.

Bursa Bayar Lunas Target 25 Emiten 2011

Target otoritas bursa menggaet 25 emiten sepanjang 2010 melakukan Initial Public Offering (IPO) dipastikan tidak sesuai ekspektasi. Pasalnya, hingga detik ini baru 22 emiten baru yang sudah mencatatkan diri di lantai bursa. Selain itu, tidak sedikit emiten yang mengundurkan rencana IPO pada 2010 termasuk PT Garuda Indonesia Air (GIA).

Thursday, 23 December 2010

Go Private AQUA Tak Garansi Saham ADES Likuid

PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA) resmi hengkang dari lantai bursa efek indonesia (BEI). Go private itu terjadi menyusul rampungnya transaksi tender offer sisa saham publik sebanyak 716.387 saham (5,44 persen) oleh PT Tirta Investama. Dengan aksi tersebut, Tirta Investama menguasai 13.135.477 saham (99,79 persen) dari total saham AQUA sebanyak 13.162.473 saham.

Wednesday, 22 December 2010

Kimia Farma Bidik Pendapatan Rp 3,4 triliun

PT Kimia Farma Tbk (KAEF) membidik pendapatan sepanjang 2011 sebesar Rp 3,4 triliun. Kondisi itu mengalami peningkatkan proyeksi dari 2010 yang dipatok pada level Rp 3,1 triliun. Target tersebut klaim perseroan akan tercapai mengingat pangsa pasar farmasi ke depan akan membaik. Di samping itu, kondisi ekonomi dalam negeri terus mengalami pertumbuhan secara signifikan. ”Kalau melihat situasi yang ada sepertinya akan sangat mendukung industry farmasi yang dari tahun ke tahun terus mengalami kemajuan,” ungkap Syamsul Arifin, Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk (KAEF) di Jakarta, Rabu (22/12).

Transaksi Menipis, Investor Berlibur

Aroma libur panjang perlahan mulai menyelimuti pelaku pasar. Itu terlihat dari menipisnya nilai transaksi perdagangan di lantai bursa. Window Dressing yang diharap mampu mengangkat performa indeks juga tidak membuahkan hasil. Pasalnya, investor mulai malas-malasan melakukan serangkan aksi beli dan malah menyiapkan liburan. Karena itu, indeks harga saham gabuangan (IHSG) pada perdagangan hari ini diprediksi akan bergerak mixed.
"Menilik perkembangan bursa regional yang fluktuatif dan investor yang cenderung menunggu, indeks akan bergerak mix. Belum ada indikator yang bisa membawa indeks ke level lebih baik dari hari kemarin," ungkap Pardomoan Sihombing, Kepala Riset Recapital Sekurities, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (22/12).

Adhi Karya Bukukan Kontrak Baru Rp 3,938 Triliun

BUMN konstruksi PT Adhi Karya Tbk (ADHI) membukukan perolehan kontrak baru sepanjang kuartal empat sebesar Rp 3,938 triliun. kontrak baru itu diantaranya pembangunan PLTU Balikpapan 2x100 MW senilai Rp 2,3 triliun, pembangunan Apron Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta senilai Rp 156 miliar dan pembangunan Jalan Layang Non-Tol Kampung Melayu–Tanah Abang sebesar Rp 214 miliar. ”Tambahan kontrak baru tersebut membaut target kami terlampau dikisaran Rp 8 triliun,” ungkap Kurnadi Gularso,
Corporate Secretary ADHI di Jakarta, Rabu (22/12).

Harga CPO Naik, TBLA Bidik Pendapatan Rp 3 triliun

PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) menginvestasikan belanja modal (capex) sepanjang 2011 senilai Rp 559 miliar. Dana tersebut akan dialokasikan untuk melanjutkan ekspansi perseroan tahun depan. Ekspansi itu ditujukan pada perluasan lahan baru sekitar 10 ribu hektare. ”Kami alokasikan dana tersebut sebesar Rp 259 miliar untuk keperluan ekspansi lahan tersebut,” ujar Sudarmo Tasmin, Deputy President Direktur TBLA di Gedung Bursa Jakarta, Rabu (22/12).

Tuesday, 21 December 2010

Masa Transisi MKBD 2 Tahun

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) bakal meluncurkan aturan baru modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) dipengujung tahun ini. Nota keberatan pelaku pasar soal MKBD sebesar Rp 25 miliar telah tuntas. Kini draft aturan tersebut menunggu ditandatangani pentolan Bapepam-LK.
Nurhaida, Kepala Biro Transaksi Lembaga Efek Bapepam-LK menyebutkan aturan MKBD dapat direalisasikan tahun ini. Saat ini, aturan MKBD telah berada di bagian Kepala Biro Perundang-undangan dan Hukum Bapepam-LK. "Setelah draft itu diluncurkan kami akan sosialisasi secara komfrehensif mengenai aturan terbaru tersebut. Sebab, membutuhkan waktu untuk bisa menerapkan aturan itu secara sistematis," tandas Nurhaida.

Indofood Buyback Obligasi Rp 36 Miliar

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) telah selesai melaksanakan pembelian kembali (buyback) obligasi senilai Rp 36 miliar. Buyback tersebut atas pembelian obligasi Indofood Sukses Makmur IV tahun 2007 yang jatuh tempo pada 15 Mei 2012. Selain itu, buyback tersebut dibanderol dengan tingkat bunga tetap dan jumlah pokok sebesar Rp 2 triliun."Obligasi yang kami buyback itu diberlakukan sebagi pelunasan," tandas Werianty Setawan, direktur & Corporate Secretary Indofood Sukses Makmur, di Jakarta, Senin (20/12). Dengan buyback tersebut, maka jumlah obligasi indofood IV yang masih outstanding di Bursa Efek Indonesia (BEI) per 17 Desember 2010 tercatat sebesar Rp 1,96 triliun.

Lego Aset Anak Usaha Rp 23 Miliar

PT Ever Shine Tex Tbk (ESTI) berencana mengakuisisi PT Indo Yongtex Jaya dan PT Primarajuli Sukses. Pascaakuisisi dua anak usaha itu, perseroan bakal menjual aset perusahaan berupa gedung dan tanah miliki PT Indo Yongtex Jaya senilai Rp 23 miliar. Aksi korporasi itu diharap rampung pada kuartal pertama 2011 mendatang.
Direktur ESTI Erlien Lindawati Surianto, memaparkan akuisisi itu dilakukan untuk mengefisiensikan kinerja perusahaan. Sebab, selama ini kapasitas produksi PT Indo Yongtex Jaya tidak terlalu besar yakni hanya 4,3 TGR. ”Dengan akuisisi itu, setidak kami bisa berhemat pada kisaran Rp 900 juta hingga Rp 1 miliar per bulan,” ungkap Erlien Lindawati, di Gedung Bursa Jakarta, Selasa (21/12).

Danareksa Terbitkan Obligasi Rp 500 Miliar

PT Danareksa bakal menerbitkan obligasi V sebesar Rp 500 miliar. Obligasi Danareksa V tersebut dibanderol dengan bunga atau kupon dikisaran 8,875-10,375 persen. Obligasi yang dibagi dalam dua seri tersebut akan digunakan untuk pembayaran utang jatuh tempo.
Obligasi yang diterbitkan itu memiliki tenor tiga dan lima tahun. Obligasi seri A tenor tiga tahun, kisaran kupon bunganya ditetapkan 8,875-9,625 persen. Untuk seri B tenor lima tahun, indikasi kupon bunga adalah sebesar 9,625-10,375 persen per tahun.

Indeks Reduksi Sentimen Negatif

Potensi indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali pada jalur positif sangat terbuka. Sentimen bursa global dan regional sudah mendukung. Di samping itu, investor sudah relatif stabil dan tahan dengan berita buruk. Alhasil, indeks hari ini akan dipenuhi aksi beli oleh para investor yang sedang menyiapkan fortopolio 2011. "Kemarin indeks menguat karena memang berita buruk sudah tereduksi. Jadi, kemungkinan indek kembali pada jalur positif sangat terbuka," ungkap Edwin Sebayang, analis Bhakti Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (21/12).

Fitch Ragu Naikkan Rating Investasi Indonesia

Fitch Rating tidak percaya diri (PD) menaikkan peringkat investasi Indonesia pada level tujuan investasi (investment grade). Pasalnya, emiten belum mampu mempercantik diri secara maksimal. Efeknya, para pemodal belum bisa menjangkau dan mengakses emiten secara konfrehensif.
Tragisnya, investor yang mengakses pasar modal domestik tidak lebih dari kalangan spekulan. Ini yang membuat biaya investasi (cost of fund) membengkak dan menjadi beban investor. Karena itu, Fitch hanya menempatkan outlook investasi dalam kategori stabil. “Mungkin kondisi itu akan tetap bertahan hingga dua tiga tahun ke depan,” ungkap Baradita Katoppo, Country Head Indonesia Fitch Ratings, di Jakarta, Selasa (21/12).

Friday, 17 December 2010

Investor Masih Ragu-ragu

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang sukses mengakhir paceklik dengan mengalami penguatan kemarin. Tetapi, itu bukan garansi indeks pada pekan mendatang akan berjalan mulus. Sebab, penguatan indeks tersebut hanya bersipat teknikal rebound dan penguatannya tidak terlalu signifikan. "Indeks belum stabil. Pengaruh buruk bursa global dan market regional belum sepenuhnya menjauh dari pergerakan indeks," ucap Willy Sanjaya, analis Lautandana Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (17/12).

Eks Menhub Jabat Komut TLKM

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) tengah melakukan pembicaraan intensif dengan operator GSM di Kamboja. Dalam aksi tersebut perseroan berusaha keras untuk menjadi mayoritas dengan minimal 51 persen saham. Target akuisisi tersebut diharap rampung pada 2011. "Sejak dari awal kita mematok untuk menjadi mayoritas. Artinya, paling minimal melakukan akuisisi 51 persen saham," ujar Rinaldi Firmansyah, Dirut TLKM, di Jakarta, Jumat (17/12).

Indopoly Kantongi Pinjaman USD 24 juta

Perusahaan penghasil plastik kemasan PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL) mengantongi fasilitas pinjaman senilai USD 24 juta. Pinjaman dari pemerintah Jerman lewat UniCredit Bank AG tersebut berjangka 8 tahun dengan tambahan 1 tahun. Selain jangka waktu yang relatif panjang, bunga yang dikenakan juga ringan yaitu sebesar 3,3-3,9 persen.
”Ini sebuah kebanggaan bagi kami bisa mendapat kepercayaan dari pihak asing. Tidak mudah mendapat fasilitas kredit ekspor macam ini, mengingat perseroan tercatat baru melantai di bursa efek Indonesia (BEI) pada Juli lalu,” ungkap Henry Halim, President Direktur PT Indopoly Swakarsa, di Jakarta, Jumat (17/12).

Merger Molor, Bidik Penjualan Rp 1,4 triliun

Rencana merger dua perusahaan farmasi BUMN PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) kembali diundur. Rencana yang semula direncanakan terealisasi pada pengujung tahun 2010, diperpanjang hingga pertengahan 2011. Pasalnya, hingga saat ini rencana tersebut masih dalam proses penunjukan konsultan keuangan.
”Kami serahkan sepenuhnya kepada Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Untuk lebih jelasnya sebaiknya anda komfirmasi kepada pemerintah selaku pemilik kedua perusahaan,” ungkap Djakfarudin Junus, Director Finance, di Jakarta, Jumat (17/12).

Thursday, 16 December 2010

Piaggio Bangun Pabrik USD 6 Juta

Produsen sepeda motor (skuter) asal Italia, Piaggio&C. S.p.a, menganggarkan dana senilai USD 6 juta untuk memperkuat jaringan bisnisnya di Indonesia. Dana segar itu akan dipakai untuk mendirikan PT Piaggio Indonesia (PTPI) pada 2011 mendatang. Maklum, pasar motor Indonesia diprediksi berkembang pesat di masa mendatang. ”Kucuran dana tersebut sudah termasuk perekrutan tenaga kerja, pembangunan jaringan pemasaran, marketing dan promosi,” ungkap Sergio Mosca, Vice President Indonesia Business Development Asia 2 Wheeler Piaggio, di Jakarta, Kamis (16/12).

Bank Sinarmas Auto Riject Beruntun

Kinerja saham PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) cukup mencengangkan. Sejak listing perdana saham pada Senin (13/12) lalu, saham perseroan terus merangsek naik. Bahkan, pada perdagangan kemarin, saham tersebut nangkring di top gainer di tengah rontoknya saham-saham unggulan.
Tidak hanya itu, investor rupanya mengabaikan sentiment market yang terus memburuk sejak saham perseroan listing di lantai bursa. Sebab, tercatat secara beruntun saham perseroan mengalami auto riject (batas atas) boleh tidaknya suatu saham diperdagangkan. Padahal, sepanjang tiga hari terakhir indeks harga saham gabungan (IHSG) diterpa gejolak koreksi dan paling terpuruk pada penutupan perdagangan kemarin.

Wednesday, 15 December 2010

SMGR Sabet BUMN Terbaik, Ekspansi ke Negeri Jiran

PT Semen Gresik Tbk (SMGR) sepanjang 2011 bakal melakukan serangkaian aksi korporasi Aksi itu mulai akuisisi produsen semen Malaysia dan menerbitkan obligasi senilai USD 300 juta. Tidak hanya itu, Perseroan berencana melakukan penambahan kapasitas produksi dengan debottlenecking dan optimalisasi produksi. ”Itu dilakukan sebagai kelanjutan raihan kinerja positif perseroan sepanjang 2010,” ungkap Dwi Sutjipto, Direktur Utama SMGR di Jakarta, Rabu (15/12).

Astra Resmi Rampungkan Akuisisi GES

PT Astra International Tbk (ASII) telah menuntaskan transaksi pembelian saham PT General Electric Service (GES) sebanyak 100 persen saham perseroan. Tuntasnya transaksi pembelian itu ditandai dengan dilakukannya Conditional Share Sale and Purchaes Agreement antara PT Astra sebagai pembeli dengan PT General Electric Capital Corporation (GECC) selaku penjual. "Dengan penandatangan kesepakatan tersebut GES tercatat efektif sejak 10 Desember lalu berada sepenuhnya dalam kendali perseroan," ungkap Aminuddin, sekretaris perusahaan Astra International di Jakarta, Rabu (15/12).

Tuesday, 14 December 2010

Bapepam-LK Harus Tindak Underwriter

Kesalahan pemesanan ganda dalam proses penjatahan saham perdana (initial public Offering/IPO) PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menjadi tanggungjawab penjamin pelaksana emisi (underwriter). Sebab, urusan penjatahan dan pendistribusian saham perdana itu sepenuhnya di bawah kendali underwriter. Karena itu, aneh jika kesalahan tersebut dilimpahkan atau ditimpakan pada pihak lain. ”Mereka kok (Underwriter, Red) yang punya wewenang penuh. Kalau ada kesalahan harus berada di garda terdepan dan tidak cuci tangan dengan melimpahkan kesalahan pada pihak lain,” ungkap Adler Haymans Manurung, Guru Besar Bidang Pasar Modal ABFI Institute Perbanas ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (14/12).

CKRA Bidik Pendapatan USD 11,25 Juta

PT Citra Kebun Raya Agri Tbk (CKRA) menargetkan penjualan sepanjang 2011 sebesar USD 11,250 juta. Pemasukan tersebut akan berasal dari mulai berproduksinya pabrik starch cassava (pati singkong) di Tanjung Ratu, Lampung, Kalimantan Selatan (Kalsel) milik anak usaha PT Horizon Agro Industry pada April 2011. Di mana penyelesaian pembangunan pabrik, dengan kapasitas produksi 45 ribu metrik ton (MT) itu sudah mencapai 90 persen. “Penjualan itu berasal dari total produksi 2011 sebanyak 22.500 ton atau 50 persen dari total kapasitas, dengan harga jual USD 500 per ton,” tandas Socrates Rudy Sirait, Financial Advisor CKRA, di Jakarta, Selasa (14/12).

Group Astra Bawa Indeks Stabil

Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi berpeluang untuk rebound. Potensi itu cukup terbuka meski diwarnai bumbu aksi profit taking yang sepenuhnya belum mereda. Apalagi, pada perdagangan kemarin indeks hanya ditutup terkoreksi tipis. "Peluangnya masih ada meski tipis. saham-saham group Astra akan mencoba menyokong berbaliknya indeks pada trek positif," ungkap Aji Martono, Direktur Capital Bridge Indonesia, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (14/12).

Ciputra Proyeksikan Laba Bersih Rp 400 Miliar

PT Ciputra Property Tbk (CTRP) mengincar pertumbuhan pendapatan bersih pada 2011 mencapai Rp 400 miliar atau tumbuh sebesar 15 persen dibanding pendapatan akhir tahun ini yang diprediksi senilai Rp 348 miliar. Perseroan optimistis hal itu bisa terealisir mengingat kinerja perseroan cukup menjanjikan. Di samping itu, membaiknya perekonomian akan memacu pencapaian tahun mendatang. ”Kami selalu optimistis dengan apa yang telah direncanakan,” ungkap Artadinata Djangkar, Direktur Ciputra Properti, di Jakarta, Selasa (14/12).

Friday, 10 December 2010

Astra Bangun Kompresor USD 23,7 juta

PT Astra Otoparts Tbk (Auto), mendirikan pabrik kompresor AC mobil senilai total USD 23,7 juta. Pabrik hasil perusahaan patungan tersebut dibangun guna mendukung produksi kendaraan di bawah panji Astra Group. Di samping itu, guna meningkatkan keuntungan Astra dari sektor otomotif.
Dalam perusahaan patungan bernama PT TD Automotive Compressor Indonesia (Taci) melibatkan empat perusahaan. Diantaranya Auto, Toyota Industries Corporation (Tico), Denso International Asia Pte Ltd, dan PT Toyota Tusho Indonesia. Pabrik baru berlokasi di kawasan industri MM2100, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (Jabar) di atas lahan seluas 10 ribu meter persegi.

Indeks Terpangkas Profit Taking

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpaksa harus mengakhiri pengembaraan di zona hijau. Indeks tidak mampu melanjutkan tren positifnya setelah didera aksi profit taking. Padahal, indeks selama dua hari terakhir begitu perkasa menunjukkan penguatan dan sempat bertengger di level baru. ”Koreksi yang terjadi pada indeks bersifat wajar. Apalagi ini momennya bertepatan dengan akhir pekan dimana pelaku pasar memilih berlibur,” ungkap Deddy Ertanto, analis Capital Price ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (10/12).

Roda Garap Properti Bali dan Menteng

PT Royal Oak Development Tbk (RODA) berencana mengembangkan aset usaha property di kawasan Pulau Dewata, Bali. Mereka telah menggandeng sejumlah investor asing, guna menyulap Wilayah Canggu, Pecatu; Jimbaran, Kuta dan area strategis Pejeng, Ubud. Untuk rencana pengembangan itu perseroan menyiapkan dana investasi sebesar Rp 250 miliar. “Untuk nilai keseluruhan proyek itu bisa kita disclosed. Kita masih menunggu investor asing baik dari Malaysa, Singapura dan investor manca lainnya,” tutur Subianto Satmaka, Direktur Utama RODA, di Jakarta, Jumat (10/12).

Thursday, 9 December 2010

Indeks Tatap Level 3800

Penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pedagangan kemarin diprediksi berlanjut. Raihan positif dan menyentuh rekor baru belum mampu mengerem gerakan indeks menuju rekor baru. Investor pun diprediksi tetap antusias melakukan transaksi di lantai bursa menjelang akhir tahun ini.
"Hari ini indeks akan melenggang ke posisi 3800. Dan, pada pengujung tahun tidak susah menuju puncak dilevel 3900," ungkap Gema Merdeka goeyaradi, analis UOB Kay Hian Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (9/12).

Wednesday, 8 December 2010

Saham LSIP Lebih Likuid

PT Indofood Agri Resources Ltd (IAR), anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) melepas kepemilikan 8 persen saham PT London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP). Pelepasan itu, diyakini dapat meningkatkan likuiditas saham LSIP. Sebab, dengan pelepasan itu kepemilikan publik akan meningkat menjadi 40,5 persen.
Berdasar keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) disebutkan, direksi IAR bersama anak-anak perusahaannya telah menjual sebanyak 109.521.000 lembar saham biasa LSIP atau mewakili 8 persen dari total saham. Nilainya mencapai Rp 1,27 triliun atau setara USD 183,8 juta seharga Rp 11.600 per lembar saham yang dijual.
Dari total saham yang dijual, 42.111.000 lembar atau 3,1 persen diantaranya akan dijual kepada PT Salim Ivomas Pratama (SIMP), anak perusahaan yang 90 persen sahamnya dimiliki IAR senilai Rp 488,5 miliar. Sisanya, sebanyak 67.410.000 lembar saham yang dijual atau mewakili 4,9 persen dari total saham yang diterbitkan LSIP dijual kepada sejumlah investor tertentu melalui penjualan langsung senilai Rp 782 miliar.

Martina Hadang Dominasi Mustika Ratu

PT Martina Berto, dipastikan akan mengikuti jejak seniornya menjejakkan sahamnya di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI). Anak usaha Martha Tilaar Group itu optimistis rencana Initial Public Offering (IPO) 355 juta lembar saham atau 30 persen dari modal disetor, tidak akan meleset. Apalagi, perseroan sudah mengantongi pernyataan pra efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) terkait rencana IPO tersebut. ”Momennya kami rasa tepat. Market fee saat ini bisa 17 kali dibanding Tiongkok yang bisa sampai 25 kali dan di India 29,4 kali, harga saham yang kami tentukan tidak kemahalan. Dan, listing di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 13 Januari 2011," ungkap Bryan David Emil, Direktur Utama Martina Berto, di Jakarta, Rabu (8/12).

Elnusa Terbitkan MTN USD 50 Juta

PT Elnusa Tbk (ELSA) akan menerbitkan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) pada kuartal kedua 2011. Nilai emisinya mencapai USD 50 juta dan dana yang diperoleh akan digunakan untuk kebutuhan sebagian biaya investasi perseroan pada 2011 dilevel USD 100 juta.
"Awalnya kita akan terbitkan tahun ini. Tapi karena banyak proyek-proyek kami yang mundur, maka diputuskan penerbitan debt itu pada 2011," ujar Suharyanto, Dirut Elnusa dalam paparan publik di Gedung Bursa Efek, Jakarta, Rabu (8/12).

Tuesday, 7 December 2010

Fundamental Kuat, Calon Macan Ekonomi Asean

Prospek ekonomi dunia pada masa mendatang tetap disokong kalangan negara-negara berkembang (emerging market). Fluktuasi ekonomi global yang terjadi belakangan ini membawa dampak signifikan bagi kolapnya ekonomi negara-negara maju. Karena itu, sejumlah negara maju yang terpuruk tersebut masih disibukkan dengan recoverry.
Di samping itu, saat ini muncul kekhawatiran baru dengan kemunculan China sebagai raksasa ekonomi. Sejumlah pengamat menilai China yang digadang-gadang sebagai tulang punggung atas keterpurukan ekonomi global berada di gerbang bubble (gelembung) yang sewaktu-waktu meledak. Artinya, dalam jangka pendek situasi China belum aman untuk ladang investasi. "Baik China dan India sudah tidak menguntungkan untuk investasi. Saat ini suku bunga dan inflasi pada kedua negara itu sudah sedemikian rupa tinggi. Efeknya, investor mulai menghitung ulang untuk mencari negara yang bisa memberi keuntungan investasi lebih besar," ungkap Michael Tjaojadi, Direktur Utama Schroder Invesment di Jakarta, belum lama ini.

Sinarmas Perkuat Network FREN

Rencana Group Sinarmas mengambil alih PT Mobil-8 Tbk (FREN) dinilai kurang menguntungkan. Pasalnya, FREN terbelit utang besar dan berkinerja buruk. Bahkan, hingga detik ini saham FREN masih belum keluar dari deraan suspen otoritas bursa efek Indonesia. ”FREN perusahaan bangkrut. Saya rasa Sinarmas tidak akan gegabah sebelum mengambil keputusan masuk dalam lingkaran FREN,” ungkap Nico J Omer, analis Valbury Securities, ketika ditemui di Gedung Bursa Jakarta, beberapa waktu lalu.
Rumor bakal masuknya sinarmas tersebut sebenarnya telah lama. Tetapi, sebut Nico setelah pihak Sinarmas mengetahui kondisi internal FREN, mereka menuntut adanya suatu syarat sebelum aksi korporasi tersebut dilakukan. Salah satunya adalah utang FREN terlebih dahulu harus masuk dalam bentuk saham. ”Inilah kejelian manajemen Sinarmas. Sebab, kalau langsung mengambilalih maka secara otomatis seluruh hutang FREN menjadi tanggungan Sinarmas. Dan, kalau itu terjadi bukan untung yang didapat tetapi malah buntung,” imbuh Nico.

Sinarmas Incar Network FREN

Rencana Group Sinarmas mengambil alih PT Mobil-8 Tbk (FREN) dinilai kurang menguntungkan. Pasalnya, FREN terbelit utang besar dan berkinerja buruk. Bahkan, hingga detik ini saham FREN masih belum keluar dari deraan suspen otoritas bursa efek Indonesia. ”FREN perusahaan bangkrut. Saya rasa Sinarmas tidak akan gegabah sebelum mengambil keputusan masuk dalam lingkaran FREN,” ungkap Nico J Omer, analis Valbury Securities, ketika ditemui di Gedung Bursa Jakarta, beberapa waktu lalu.
Rumor bakal masuknya sinarmas tersebut sebenarnya telah lama. Tetapi, sebut Nico setelah pihak Sinarmas mengetahui kondisi internal FREN, mereka menuntut adanya suatu syarat sebelum aksi korporasi tersebut dilakukan. Salah satunya adalah utang FREN terlebih dahulu harus masuk dalam bentuk saham. ”Inilah kejelian manajemen Sinarmas. Sebab, kalau langsung mengambilalih maka secara otomatis seluruh hutang FREN menjadi tanggungan Sinarmas. Dan, kalau itu terjadi bukan untung yang didapat tetapi malah buntung,” imbuh Nico.

BRMS the Next Saham Sejuta Umat

Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mengalami kelebihan permintaan (oversubscribe) sebanyak 29,89 kali. Kelebihan itu membuktikan kehadiran perseroan di lantai bursa bakal mendapat sambutan positif pelaku pasar. Tidak hanya itu, saham perseroan disebut-sebut sebagai the next saham sejuta umat, mengikuti jejak induk usahanya PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Saham perdana BRMS yang dibanderol Rp 635 itu, dalam durasi 3 hari tercatat diburu oleh lebih dari 2,200 investor publik. "Kami tentu bangga dengan antusiasme investor terhadap saham BRMS. Ini akan menambah spirit manajemen untuk bekerja taktis dan strategis," ungkap Vicky Ganda Saputra, Executive Director of Investment Bank PT Danatama Makmur sebagai lead underwriter pelaksanaan Go Public BRMS, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Bank Sinarmas Ramaikan Lantai Bursa

PT Bank Sinarmas akan mencatatkan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) pada Senin (13/12) mendatang. Dalam hajatan itu, perseroan bakal melepas 1,6 miliar saham atau 21,97 persen. Dengan banderol Rp 150 dan nominal Rp 100 per lembar saham, perseroan bakal meraup dana IPO sebesar Rp 240 miliar.
Dalam perspektus perseroan juga disebutkan dana hasil IPO akan dipakai untuk ekspansi perseroan. Diantaranya adalah untuk memperkuat di sektor kredit. Maklum, berdasar ramalan sejumlah analis pada tahun mendatang potensi perbankan untuk berkibar sangat terbuka. ”Sektor perbankan masih sangat potensial ke depan,” tandas Edwin Sebayang, analis Bhakti Secuties, belum lama ini.

BSDE Menjelma Sebagai Raksasa Properti

Prospek dunia properti pada masa mendatang diprediksi makin cemerlang. Itu sejalan dengan regulasi kepemilikan asing yang terus dipertegas. Karena itu, sejumlah perusahaan yang bergulat dalam urusan perumahan bakal meraup untung besar.
"Saya rasa properti masih bagus ke depan. Siapa yang tidak butuh tempat tinggal. Sepanjang manusia hidup kebutuhan akan hunian yang asri tidak akan pernah ada matinya," ungkap Nico J Omer, Vice President Valbury Securities, di Gedung Bursa Jakarta, belum lama ini.
Nico menyebutkan salah satu perusahaan properti yang bakal tumbuh pesat adalah PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Penguasa properti di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tersebut dinilai paling siap. Itu bukan saja karena baru saja menuntaskan akuisisi saham PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) senilai Rp 3,472 triliun. Tetapi lebih disebabkan oleh kepercayaan dan pengalaman perseroan dalam mengelola dunia properti. "Secara manajerial BSDE tidak perlu diragukan. Mereka sangat berpengalaman dalam menghadirkan hunian berkelas," tandas Nico.

Sarankan Bapepam-LK Buka Data Mencurigaka

Tim Pengawas Independen penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), mendukung penutupan data rekening efek kepada publik. Itu dilakukan dengan misi utama menyelamatkan dan menciptakan kepercayaan investor. Sebab, situasi pasar modal telah menunjukkan perkembangan positif. "Jadi begini, kalau mau menangkap tikus, jangan yang diobok-obok lumbungnya. Tangkap saja oknumnya tanpa merusak pasar modal yang sudah di bangun dengan susap payah," tutur Mas Achmad Daniri, Ketua Tim Pengawas Independen pelaksana IPO KRAS, di Jakarta, Senin malam (6/12) lalu setelah dialog Mengungkap Fakta di Balik IPO KRAS.

Friday, 22 October 2010

Yanuar: Regulator Jangan Menunggu Laporan

Regulator pasar modal harus memperketat pengawasan terhadap pelaku industri. Itu penting guna menangkal penyalagunaan dana oleh manajer investasi (MI). Karenanya, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) harus menjadi wasit dengan tindakan tegas.
Mengacu pada UU No 8 tahun 1995 tentang pasar modal, seluruh perusahaan efek, sekuritas dan MI sepenuhnya berada di bawah tanggung jawab dan kendali Bapepam-LK. "Jadi, tidak ada alasan Bapepam-LK mengelak dan tidak mengetahui aktifitas yang dilakukan pelaku pasar,” ungkap Yanuar Rizky, pengamat pasar modal di Jakarta, Jumat (22/10).

Thursday, 21 October 2010

Beban Bunga Pangkas Laba Indosat

Laba bersih PT Indosat Tbk (ISAT) pada kuartal tiga pada 2010 tercatat Rp 530,9 miliar, atau turun 63,4 persen dari periode sama tahun 2009 sebesar Rp 1,44 triliun. Membengkaknya beban bunga surat utang sebagai aktor utama memburuknya kinerja perseroan. Sebab, beban utang yang mendera jauh meningkat dibanding edisi 2009. ”Utang itu sebagai dampak penambahan investasi,” tutur Harry Sasongko, Direktur Indosat di Jakarta, Kamis (21/10).

Selain itu, terpangkasnya laba bersih Indosat juga akibat pergerakan nilai tukar yang pada periode tersebut rupiah menguat signfikan. Sementara utang perseroan dalam bentuk denominasi dolar. Di mana utang perseroan pada kuartal tiga 2010 meningkat 11,8 persen dari Rp 24,4 triliun menjadi Rp 27,3 triliun pada September 2010.

Duet SBY-Budiono Gagal Kelola Harapan Masyarakat


Performa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wapres Budiono tidak sesuai ekspektasi masyarakat. Sejumlah pencapaian yang ditorehkan pada fase pertama tidak menular dalam edisi setahun terakhir. Sebaliknya, duet kepemimpinan SBY-Budiono menampakkan wajah kurang sedap dan monoton. Itu setelah serangkaian problem pelik dan suara ketidakpuasan mencuat kepermukaan.

Efeknya bisa ditebak. Bukan kemakmuran yang merebak disekujur tubuh anak negeri. Tetapi, prahara dan ketimpangan yang mendera. Masyarakat yang tidak tahan dengan kondisi tersebut tidak bisa berdamai lagi. Lebih-lebih kalangan pengusaha. Sebagai pelaku usaha dan bergelut dengan sektor riil, mereka memvonis pemerintah gagal mengangkat dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Parahnya, pelaku usaha terbebani dengan biaya tinggi yang terus membengkak.

ADES Colek Bisnis Kosmetika

PT Akhasa Wira International Tbk (ADES) berencana mengembangkan sayap bisnis ke jalur usaha kosmetik. Untuk keperluan itu, perseroan menyiapkan dana segar senilai USD 5 juta. Langkah awal aksi korporasi tersebut menuntaskan akuisisi PT Damai Sejahtera Mulia (DSM). ”Rencananya, kami lakukan terhadap DMS adalah transaksi material, yaitu mengakuisisi seluruh asetnya dan bukan sahamnya," jelas Wisnu Adji, Direktur dan Sekretaris Perusahaan ADES di Jakarta, Kamis (21/10).

Wednesday, 20 October 2010

Indeks Berpotensi Rebound

Performa indeks harga saham gabungan (IHSG) memang belum beranjak dari jurang degradasi. Hanya saja, koreksi yang mendera indeks tersebut sedikit mulai tereduksi. Karenanya, analis memperkirakan indeks pada perdagangan hari ini akan mencoba berbalik arah (Robound, Red) meski kecenderungannya amat terbatas. ”Melihat situasinya ada kemungkinan indeks bisa berbalik arah,” ungkap Viviet S Putri, analis Anugerah Securindo Indah, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (20/10).

Viviet menyebutkan, koreksi yang terjadi dan menyergap indeks masih dalam taraf wajar. Apalagi, koreksi yang terjadi belakangan tersebut dibarengi dengan situasi global dan regional yang berkinerja buruk. Artinya, kemerosotan indeks tersebut tidak serta merta lepas dari situasi yang melingkupi, baik dari eksternal dan internal. ”Tapi, potensi penguatan indeks tersebut lebih terbuka karena indeks Dow Jones yang sempat anjlok pada akhirnya ditutup dengan koreksi amat tipis,” imbuhnya.

Dan, saat ini kondisi dalam negeri sedang membaik. Aksi demo berlangsung aman, disusul kondisi ekonomi dalam negeri masuk kategori investment grade dan capital inflow terjaga. Dengan kondisi itu, investor asing sedang menunggu kebijakan pemerintah untuk melanjutkan kebijakan investasi. ”Investor asing masih menunggu,” tukasnya. ”Saya melihatnya, indeks masih akan menguat dalam jangka pendek. Indeks dalam jangka panjang akan bisa menapaki level 4000,” tambah Gema Merdeka Goeyardi, analis UOB Kay Hian Securities, ketika dihubungi terpisah.

Saham Syariah Operasi 2011

Otoritas bursa efek Indonesia (BEI) tengah mengkaji penyusunan indeks bebasiss syariah. Sebab, keberadaan saham syariah terus mengalami perkembangan cukup signifikan. Selain itu, keberadaan efek syariah dalam Jakarta Islami Index (JII) belum mencerminskan saham syariah yang terus meluas. ”Sedikitnya, terdapat 198 saham syariah di lantai bursa. Nantinya, saham-saham ini akan dijadikan saham syariah,” tukas Frederica Widyasari Dewi, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia, di Jakarta, Rabu (20/10).
Memang hingga detik ini terdapat 198 saham syariah dari total efek bursa mencapai 409 saham. Kapitalisasi pasar saham syariah per 15 Oktober 2010 sebesar 45 persen dari seluruh saham atau sekitar Rp 1.368 triliun. Di mana saat ini, kapitalisasi pasar bursa efek Indonesia berada di level Rp 3.048 triliun. ”Ini variasi produk dan sekaligus memberi pilihan investasi kepada pelaku pasar,” imbuh Frederica.
Saham syariah itu terdiri dari sektor industri sebesar 27 persen, sektor perdagangan 26 persen, serta properti 18 persen. Syarat saham syariah adalah tidak melakukan usaha jasa keuangan berbasis bunga, asuransi konvensional, dan perjudian. Rasio utang berbasis bunga dibanding total ekuitas tidak lebih dari 82 persen. Pendapatan bunga dibanding total pendapatan usaha tidak lebih dari 10 persen. Selain itu, otoritas juga akan mengklasifikasi seluruh daftar efek syariah (DES) di bursa dalam kelompok indeks saham syariah. “Pasarnya menunjukkan perkembangan luar biasa,” imbuh Ito Warsito, Direktur Utama BEI.

Pasar Respon Positif Aksi Korporasi GGRM

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) memperluas kerajaan bisnisnya dengan merambah bidang pengangkutan udara. Karena itu, perseroan mendirikan anak usaha berbendera PT Surya Air. Lewat PT Surya Air inilah usaha dibidang pengangkutan akan dimaksimalkan.
"Perseroan mendirikan anak bernama PT Surya Air yang bergerak dalam bidang usaha pengangkutan udara niaga tidak terjadwal," ungkap Heru Budiman, Sekretaris Perusahaan dalam keterangan tertulis kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, Rabu (20/10).
Guna mendirikan perusahaan baru itu, perseroan mengalokasikan modal disetor penuh sebesar Rp 74,99 miliar. Nilai tersebut setara dengan 74,9 ribu lembar saham dengan harga nominal Rp 1000. Dengan demikian, PT Gudang Garam memiliki kepemilikan sebesar 99,99 persen dari total saham PT Surya Air senilai Rp 75 miliar. ”Kita masih tercatat sebagai pengendali utama,” ungkap Heru dengan penuh optimis.

Tuesday, 19 October 2010

Bapepam Ancam Depak Izin Natpac

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengancam mencabut izin manager investasi PT Natpac Asset Management (NAM). Itu jika NAM tidak segera melengkapi jajaran direksi yang hingga kini masih kosong. Selain itu, Bapepam tidak segan mendepak NAM yang belum memindahkan efek kontrak pengelolaan dana (KPD) pada Bank Kustodian (BK).
Babapem_LK mencatat efek yang ditempatkan NAM pada BK sebesar Rp 53 miliar dari jumlah total nilai KPD Rp 407 miliar. Berdasar peraturan V.G.6 soal Pedoman Pengelolaan Dana Nasabah Berdasarkan Perjanjian Pengelolaan Dana Yang Bersifat Bilateral Dan Individual Oleh Manajer Investasi, NAM setidaknya punya jangka waktu hingga 15 April 2011 untuk pemindahan efek tersebut. Kalau masih tetap belum ada etikat baik, maka NAM secara otomatis keluar dari industry tersebut. ”Ya, tidak ada toleransi. Regulasinya memang begitu. Kita lihat saja mereka mau melakukan restrukturisasi sesuai peraturan atau apa,” ucap Djoko Hendratto, Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK di Jakarta, Rabu (20/10).

Monday, 18 October 2010

Bapepam Belum Terima Pengaduan Nasabah Natpac

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) belum menerima pengaduan dari nasabah PT Natpac Asset Management (NAM) terkait dugaan penyelewengan Kontrak Pengelolaan Dana (KPD). Bapepam-LK menegaskan suspensi yang dilakukan terhadap Manajer Investasi (MI) ini terkait masalah kekosongan posisi direksi dan tidak melaporkan kondisi Kontrak Pengelolaan Dana (KPD).
“Kita tidak tahu masalah penyelewengan itu. Saya tidak tahu itu sumbernya dari mana. Sampai sekarang belum ada pengaduan nasabah Natpac ke kita. Kalaupun ada penyelewengan nasabah, maka MI-nya sendiri yang harus menuntaskan,” tukas Djoko Hendratto, Kepala Biro Pengelolaan Investor di Jakarta, Senin (18/10).

NAM Diduga Selewengkan Dana Nasabah Rp 291,2 Miliar

Perusahaan Manajer investasi PT Natpac Asset Management (NAM) diduga telah menyelewengkan dana kelolaan nasabahnya sebesar Rp 291,2 miliar. Itu setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan menuding pemiliknya telah melakukan penyelewengan dana kelolaan perusahaan.
Berdasarkan dokumen perseroan dari sumber internal Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), total nilai dana kelolaan yang disalahgunakan mencapai Rp 291,2 miliar. Bedasarkan dokumen itu, terdapat pinjaman NAM kepada PT Marga Hanurata Intrinsic (MHI) sebesar total Rp 139,2 miliar dan pembelian obligasi konversi dengan nilai total Rp 152 miliar. Dengan demikian, total pinjaman mencapai Rp 291,2 miliar.

Investor Lokal Makin Terpinggirkan

Dominasi investor asing di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak terbantahkan. Fakta itu bisa dibaca dari proporsi kepemilikan jumlah saham yang beredar di lantai bursa. Dari data yang tersaji itu, setidaknya investor asing menguasi sebesar 66,7 persen. Sementara investor lokal hanya bisa mengikat sebanyak 33,3 persen.
Memang dari total USD 188,79 juta nilai saham yang tercatat, asing menjadi pengendali mayoritas dengan menguasai sebesar USD 125,89 juta. Sementara investor lokal hanya memiliki porsi senilai USD 62,90 juta atau 33,3 persen. Parahnya, dari USD 62,90 juta kepemilikan pemodal domestik itu, investor ritel hanya memiliki peran sebesar USD 11,70 juta. “Dominasi asing ini yang menyebabkan domestic tertekan. Apalagi, investor ritel tentu jauh tertinggal,” tutur Felix Shindunata Pengamat Pasar Modal, di Jakarta, Senin (18/10).

Friday, 15 October 2010

Penjualan Hypermart Tunggu Rekomendasi Merill Lynch

Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) optimistis target penjualan divisi matahari Food Bussiness Rp 7-8 triliun tidak akan meleset. Keyakinan itu didasari fakta pencapaian penjualan dari sektor yang mengoperasikan Hypermart dan Foodmart itu telah menyentuh level Rp 6 triliun. Dengan membaiknya perekonomian nasional, kinerja perseroan akan tetap positif.
”Di era modern ini bisnis berbasis konsumer akan berkembang pesat. Karena itu, kami sepenuhnya yakin dan telah mempersiapkan segalanya,” ungkap Benjamin J. Mailool, President Director, PT Matahari Putra Prima, di Jakarta, Jumat (15/10).
Benjamin menyebutkan, ekonomi Indonesia sedang tumbuh dengan pesat. Dan, investor asing pun berlomba mengalihkan investasinya ke Negara emerging market. Indonesia menjadi salah satu pavorit tujuan investor untuk segala sektor. Sektor retail modern misalnya, sejumlah investor telah masuk. Taruhlah sebut Benjamin macam Lotte Mart yang sudah menancapkan sayap bisnisnya di tanah air. ”Memang ke depan orientasi bisnis beralih ke retail modern. Tapi, ini bukan berarti pasar dan ritail berbasis tradisional mati suri,” tambahnya.

Thursday, 14 October 2010

Transaksi Quote Stuffing Kacaukan Bursa

Efek buruk implementasi sistem transaksi berkecepatan tinggi mulai menghantui perdagangan di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI). Itu setelah salah satu investor asing PT Trimegah Securities tbk (TRIM) melakukan praktik Quote Stuffing (order semu). Otoritas bursa pun langsung memberikan sanksi peringatan tertulis kepada TRIM selaku broker.
Nasabah Trimegah tersebut melakukan praktik seolah-olah akan melakukan order beli dalam jumlah besar. Tetapi, praktik yang dikenal dengan sebutan Quote Stuffing tersebut mendadak secara tiba-tiba transaksi dibatalkan. Efeknya, aksi itu memberikan gambaran semu terhadap supply dan demand di pasar. “Berdasarkan pantauan kami, perseroan terdeteksi melakukan order dengan pola tak wajar. Akibatnya, jelas terindikasi sebagai upaya mempengaruhi pasar dan manipulasi transaksi,” ungkap Wan Wei Yiong, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, di Jakarta, Selasa (14/10).

November, Agung Podomoro Jejaki Lantai Bursa

PT Agung Podomoro Land Tbk optimistis target pendapatan Rp 2,18 triliun pada penghujung tahun sesuai dengan ekspektasi. Pasalnya, hingga Juni tahun ini, pencapaiannya telah menyentuh di level Rp 1,096 trilun. Di samping itu, juga ditopang capaian laba bersih yang telah berada dikisaran Rp 156,6 miliar. ”Belum ada perubahan target. Kami yakin rancangan itu sesuai dengan harapan manajemen,” ungkap Cesar M dela Cruz, Direktur Agung Podomoro Land, di Jakarta, Kamis (14/10).
Cesar menyebutkan, saat ini perseroan memiliki proyek kawasan terpadu Kuningan City. Dan, hingga paruh pertengahan tahun, perseroan memiliki nilai aset bersih (net asset value) sebesar Rp 8,5 triliun. Sementara total utang perseroan hingga Juni 2010 tercatat Rp 2,1 triliun. Dengan ekuitas dikisaran Rp 1,6 triliun, maka rasio utang terhadap modal (Debt to Equity Ratio/DER) tercatat sebesar 1,33 persen. DER perseroan itu pada akhir tahun akan turun menjadi 1,04 persen. ”Skemanya kita bayar utang dari dana hasil IPO sebesar 30 persen,” tukasnya.

LPKR Rampungkan Private Placement Rp 2,25 T

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) merampungkan pelepasan 4,1 miliar saham (private placement) kepada 30 investor global senilai Rp 2,25 triliun. Selanjutnya, perseroan akan melakukan penerbitan saham baru (right issue) senilai Rp 2,25 triliun. Hasil dana right issue akan digunakan untuk kebutuhan ekspansi usaha. "Kombinasi pelepasan saham dan right issue untuk keperluan pertumbuhan usaha,” ungkap Ketut Budi WIjaya, Presiden Direktur Lippo Karawaci di Jakarta, Kamis (14/10).
Dia mengatakan, saham senilai Rp 2,25 triliun yang diserap 30 investor global papan atas ditempatkan dan dikelola empat bank investasi berskala internasional. Bank investasi itu antara lain Bank of America Merryll Lynch, CLSA Asia-Pacific Markets, PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas. Saham itu berasal dari pemegang saham yang saat ini menguasai Lippo Karawaci. Sayangnya, dia tidak menyebutkan detil pemegang saham private placement. ”Yang jelas Lippo juga termasuk yang melepas,” tambah Ketut.

Wednesday, 13 October 2010

Ciputra Group Angkat Indeks

Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi bergerak mulus. Saham-saham properti group Ciputra diperkirakan akan menyanggah indeks bertahan di level 3600. Selain itu, saham dari sektor pertambangan dan perbankan akan ikut menyokong penguatan indeks sepanjang perdagangan hari ini.

”Aroma profit taking memang masih cukup kuat. Tetapi, tekanan dan dorongan dari sektor properti, perbankan dan pertambangan lebih kuat,” ungkap Cece Ridlwan, analis Eco Capital, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (13/10).

Monday, 11 October 2010

UOB Kay Hian Securities Garap Investor Stress

PT UOB Kay Hian Securities optimistis bisa menggaet transaksi senilai Rp 500 miliar per bulan. Potensi itu sangat terbuka mengingat pasar modal dalam negeri sedang berada dalam top perform. Selain itu, secara fundamental pasar modal dalam negeri cukup kuat plus dukungan dana asing yang terus merangkak naik.
”Kami tentu sangat optimistis. Jangan anda lihat jumlah investornya tetapi, coba lihat berapa nilai yang mereka investasikan untuk bertransaksi di sini,” ujar Gema Merdeka Goeryadi, Owner PT UOB Kay Hian Securities Cabang, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (10/10).
Gema menyebutkan setidaknya, untuk mencapai target itu, pihaknya membutuhkan 400 nasabah. Maklum saat ini, jumlah nasabah di kantor cabang baru itu baru menyentuh level 100 nasabah. Dengan limpahan nasabah baru nanti, skenario transaksi harian dikisaran Rp 6-7 miliar tidak akan sulit tercapai. ”Kita lakukan pembinaan kepada nasabah. Kita dari awal membidik nasabah sakit hati, bangkrut dan kecewa atas pasar modal,” tambahnya.

Indofood Terjunkan Tim ke Taiwan

Produsen mie terbesar dunia PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mengklaim mi instan yang diekspor ke Taiwan sesuai regulasi Departemen Kesehatan Biro Keamanan negara setempat. Manajemen berkeyakinan dan percaya produk yang mengandung bahan pengawet E218 (Methyl P-Hydroxybenzoate) bukanlah produk perseroan. ”Kami tegaskan produk yang kami ekspor ke Taiwan sudah memenuhi peraturan Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan,” ungkap Taufik Wiraatmadja, Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, di Jakarta, Senin (11/10).

Selain itu, perseroan punya reputasi bagus dan berpengalaman mengekspor produk mi instan ke berbagai negara seluruh dunia lebih dari 20 tahun. Indofood juga senantiasa berupaya dan memastikan bahwa produknya telah memenuhi peraturan, keselamatan makanan Negara tujuan ekspor. Dan, pastinya memenuhi panduan secara global yang ditetapkan CODEX Alimentarius Commission, sebuah badan internasional yang mengatur standar makanan. “Kami tengah meninjau situasi Taiwan. Kami akan mengambil langkah taktis guna melindungi kepentingan konsumen Taiwan dan negara lainnya," tambahnya.