Monday, 18 October 2010

Investor Lokal Makin Terpinggirkan

Dominasi investor asing di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak terbantahkan. Fakta itu bisa dibaca dari proporsi kepemilikan jumlah saham yang beredar di lantai bursa. Dari data yang tersaji itu, setidaknya investor asing menguasi sebesar 66,7 persen. Sementara investor lokal hanya bisa mengikat sebanyak 33,3 persen.
Memang dari total USD 188,79 juta nilai saham yang tercatat, asing menjadi pengendali mayoritas dengan menguasai sebesar USD 125,89 juta. Sementara investor lokal hanya memiliki porsi senilai USD 62,90 juta atau 33,3 persen. Parahnya, dari USD 62,90 juta kepemilikan pemodal domestik itu, investor ritel hanya memiliki peran sebesar USD 11,70 juta. “Dominasi asing ini yang menyebabkan domestic tertekan. Apalagi, investor ritel tentu jauh tertinggal,” tutur Felix Shindunata Pengamat Pasar Modal, di Jakarta, Senin (18/10).
Artinya, jumlah itu hanya sekitar 9,58 persen dari keseluruhan dana yang masuk ke lantai bursa. Jika ditilik lebih lanjut, nilai itu bergerak sedikit dibanding nilai tahun 2007, yakni sebesar USD 6,59 juta. Sebaliknya, investor institusi, terutama asing mendominasi dengan mencatatkan kepemilikan sebesar USD 90,73 juta. “Fakta tersebut menegaskan besarnya nilai beli bersih asing (nett foreign buy), yang sepanjang tahun ini telah mencapai Rp 23 triliun,” tambah Ahmad Riyadi analis Millenium Danatama Securities.
Rendahnya kepemilikan investor ritel dalam negeri itu tidak terlepas dari beberapa faktor. Salah satunya, minimnya jumlah sub rekening efek yang terdaftar di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Berdasar data bursa, baru mencapai 1 juta investor. Angka itu sangat kecil dibanding jumlah penduduk yang melebihi angka 200 juta jiwa.
Lambatnya perkembangan investor lokal terjadi menyusul minimnya sosialiasi dan insentif yang diberikan pihak regulator. Sejumlah kemudahan investasi juga tidak diberikan kepada investor ritel. Padahal, bagi mereka peranti kemudahan tersebut sangat dibutuhkan. Efeknya, investor relative kurang tertarik untuk masuk lantai bursa. “Selama ini investor direpotkan aturan Pajak Penghasilan (PPh). Selain itu mereka juga harus memiliki rekening efek,”cetus Yanuar Rizky Pengamat Pasar Modal, lainnya.
Menariknya, fakta dan data itu dibantah habis-habisan pihak bursa. Otoritas menyebut pihaknya telah melakukan serangkaian sosialisasi. Termasuk optimalisasi dengan memperbanyak edukasi serta roadshow ke kota-kota besar di seluruh Indonesia. Selain itu juga, telah membuka sekolah pasar modal khusus perorangan. “Sejauh ini responsnya, saya rasa cukup bagus. Bahkan setiap edukasi selalu dipenuhi peminat dan melebihi kapasitas yang tersedia,” tangkis Ito Warsito Direktur Utama BEI.
Sekolah yang sedianya akan dibuka pada akhir 2010 itu, rencananya akan menggandeng Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan sejumlah praktisi dari kalangan pasar modal. Maklum, selama ini pihak bursa selalu kesulitan jika akan melakukan ekspansi ke daerah. ”Karenanya, kami mencoba guna memfasilitasi dengan adanya sekolah ini. Jika pasarnya semakin meluas, otomatis jumlah investornya juga bisa semakin bertumbuh,” tutup Friderica Widyasari Direktur Pengembangan Bursa. (*)

No comments:

Post a Comment