PT Akhasa Wira International Tbk (ADES) berencana mengembangkan sayap bisnis ke jalur usaha kosmetik. Untuk keperluan itu, perseroan menyiapkan dana segar senilai USD 5 juta. Langkah awal aksi korporasi tersebut menuntaskan akuisisi PT Damai Sejahtera Mulia (DSM). ”Rencananya, kami lakukan terhadap DMS adalah transaksi material, yaitu mengakuisisi seluruh asetnya dan bukan sahamnya," jelas Wisnu Adji, Direktur dan Sekretaris Perusahaan ADES di Jakarta, Kamis (21/10).
Pilihan perseroan jatuh pada DSM bukan tanpa sebab. Maklum, DSM perusahaan yang memproduksi beberapa merek kosmetika terutama produk perawatan rambut antara lain Makarizo, Vorsatz, Spa, Creator, T1, dan MK3, sudah lama malang melintang dalam dunia kosmetika. Dengan ketatnya persaingan dan potensi yang luar biasa, pilihan tersebut sangat tepat. ”Perjanjian dasar akuisisi (basic agreement) aset sudah dilaksanakan pada awal September lalu,” ujarnya.
Wisnu menyebutkan, perihal sumber dana akuisisi tersebut berasal dari pinjaman pihak perbankan. Bank-bank yang sudah berkomitmen memberi pinjaman tersebut diantaranya May Bank dan Bank International Indonesia (BII). Pinjaman itu memiliki tenor selama lima tahun dan berbunga sebesar 13 persen per tahun. ”Dengan aksi itu, perseroan berharap DSM memberi nilai tambah pada pendapatan sebelum bunga dan depresiasi (EBITDA) sebesar Rp 324 miliar sepanjang 2011-2015,” tukas Wisnu.
Proyeksi EBITDA itu, sambung Wisnu dengan asumsi perseroan mampu meningkatkan kapasitas terpasang mesin produksi kosmetik dari 29 persen menjadi 35 persen pada 2011. Di mana kapasitas terpasang diharap bertambah 40 persen pada tahun mendatang dengan payback period diperkirakan kurang dari 4 tahun.
Nilai ekuitas ADES tahun lalu mencapai Rp 68,2 miliar. Sementara nilai akuisisi mencapai Rp 45 miliar, sehingga nilai akuisisi lebih dari 50 persen dari ekuitas perseroan. Karenanya, dibutuhkan persetujuan pemegang saham untuk akuisisi yang masuk dalam kategori transaksi tersebut. "Kami mendapat persetujuan setidaknya dari 92 persen dari peserta rapat dan setuju mengubah anggaran dasar,” lanjut Wisnu.
Hingga semester pertama 2010, perseroan membukukan laba bersih Rp 9,08 miliar, melonjak hingga 2.200 persen dibanding dengan Rp 395 juta pada periode sama tahun lalu. Untuk beberapa tahun ke depan hingga 2014, perseroan optimistis bisa mencapai laba bersih sebesar Rp 229 miliar. Dengan proyeksi laba bersih itu, perseroan mengincar penambahan laba bersih sekitar Rp 45,8 miliar per tahun.
”Peluang dan potensi dalam alam kosmetik sangat terbuka lebar. Dan, langkah yang dilakukan perseroan menjadi tonggak dalam mengembangkan bisnis yang semakin ketat persaingannya,” ungkap Deddy Ertanto, analis pasar modal ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (21/10).
Deddy menyebutkan, ke depan perusahaan memang tidak cukup mengandalkan core bisnis semata. Vareasi produk mesti dilakukan untuk menambah pendapatan dari sektor lain. Karenanya, perseroan harus memperkuat bisnis baru tersebut agar dapat dengan produk sejenis yang datang dari China. ”Memang tantangannya produk China. Tetapi, jangan lupa pangsa pasar kita luar biasa. Tinggal segmen yang dipilih macam apa nantinya,” tandasnya. ()
Pilihan perseroan jatuh pada DSM bukan tanpa sebab. Maklum, DSM perusahaan yang memproduksi beberapa merek kosmetika terutama produk perawatan rambut antara lain Makarizo, Vorsatz, Spa, Creator, T1, dan MK3, sudah lama malang melintang dalam dunia kosmetika. Dengan ketatnya persaingan dan potensi yang luar biasa, pilihan tersebut sangat tepat. ”Perjanjian dasar akuisisi (basic agreement) aset sudah dilaksanakan pada awal September lalu,” ujarnya.
Wisnu menyebutkan, perihal sumber dana akuisisi tersebut berasal dari pinjaman pihak perbankan. Bank-bank yang sudah berkomitmen memberi pinjaman tersebut diantaranya May Bank dan Bank International Indonesia (BII). Pinjaman itu memiliki tenor selama lima tahun dan berbunga sebesar 13 persen per tahun. ”Dengan aksi itu, perseroan berharap DSM memberi nilai tambah pada pendapatan sebelum bunga dan depresiasi (EBITDA) sebesar Rp 324 miliar sepanjang 2011-2015,” tukas Wisnu.
Proyeksi EBITDA itu, sambung Wisnu dengan asumsi perseroan mampu meningkatkan kapasitas terpasang mesin produksi kosmetik dari 29 persen menjadi 35 persen pada 2011. Di mana kapasitas terpasang diharap bertambah 40 persen pada tahun mendatang dengan payback period diperkirakan kurang dari 4 tahun.
Nilai ekuitas ADES tahun lalu mencapai Rp 68,2 miliar. Sementara nilai akuisisi mencapai Rp 45 miliar, sehingga nilai akuisisi lebih dari 50 persen dari ekuitas perseroan. Karenanya, dibutuhkan persetujuan pemegang saham untuk akuisisi yang masuk dalam kategori transaksi tersebut. "Kami mendapat persetujuan setidaknya dari 92 persen dari peserta rapat dan setuju mengubah anggaran dasar,” lanjut Wisnu.
Hingga semester pertama 2010, perseroan membukukan laba bersih Rp 9,08 miliar, melonjak hingga 2.200 persen dibanding dengan Rp 395 juta pada periode sama tahun lalu. Untuk beberapa tahun ke depan hingga 2014, perseroan optimistis bisa mencapai laba bersih sebesar Rp 229 miliar. Dengan proyeksi laba bersih itu, perseroan mengincar penambahan laba bersih sekitar Rp 45,8 miliar per tahun.
”Peluang dan potensi dalam alam kosmetik sangat terbuka lebar. Dan, langkah yang dilakukan perseroan menjadi tonggak dalam mengembangkan bisnis yang semakin ketat persaingannya,” ungkap Deddy Ertanto, analis pasar modal ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (21/10).
Deddy menyebutkan, ke depan perusahaan memang tidak cukup mengandalkan core bisnis semata. Vareasi produk mesti dilakukan untuk menambah pendapatan dari sektor lain. Karenanya, perseroan harus memperkuat bisnis baru tersebut agar dapat dengan produk sejenis yang datang dari China. ”Memang tantangannya produk China. Tetapi, jangan lupa pangsa pasar kita luar biasa. Tinggal segmen yang dipilih macam apa nantinya,” tandasnya. ()
No comments:
Post a Comment