Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) optimistis target penjualan divisi matahari Food Bussiness Rp 7-8 triliun tidak akan meleset. Keyakinan itu didasari fakta pencapaian penjualan dari sektor yang mengoperasikan Hypermart dan Foodmart itu telah menyentuh level Rp 6 triliun. Dengan membaiknya perekonomian nasional, kinerja perseroan akan tetap positif.
”Di era modern ini bisnis berbasis konsumer akan berkembang pesat. Karena itu, kami sepenuhnya yakin dan telah mempersiapkan segalanya,” ungkap Benjamin J. Mailool, President Director, PT Matahari Putra Prima, di Jakarta, Jumat (15/10).
Benjamin menyebutkan, ekonomi Indonesia sedang tumbuh dengan pesat. Dan, investor asing pun berlomba mengalihkan investasinya ke Negara emerging market. Indonesia menjadi salah satu pavorit tujuan investor untuk segala sektor. Sektor retail modern misalnya, sejumlah investor telah masuk. Taruhlah sebut Benjamin macam Lotte Mart yang sudah menancapkan sayap bisnisnya di tanah air. ”Memang ke depan orientasi bisnis beralih ke retail modern. Tapi, ini bukan berarti pasar dan ritail berbasis tradisional mati suri,” tambahnya.
Menyitir hasil riset Nielsen Banjamin menjelaskan, retail modern dan tradisional tidak terjadi kontra produktif. Keduanya sebut Benjamin, tetap tumbuh dan berkembang sesuai dengan zaman. Segmen dan target pasar antara retail modern dan tradisional sudah ada masing-masing. Hanya saja, infrastruktur retail memang harus ditingkatkan. ”Nah, di sinilah pemerintah harus bertindak cerdas,” jelasnya.
Dengan arah bisnis baru itu, ada beberapa tantangan yang menghadang pertumbuhan Hypermart. Salah satunya adalah infrastruktur berupa ketersediaan shopping mall. Maklum, Hypermart memang menempel pada tersedia pusat belanja. Selanjutnya, soal perijinan dan segala macamnya. ”Sebenarnya, kita telah siap tetapi kalau pengelola Shopping Mall tidak siap, ya terpaksa menunggu. Itu pula yang membuat target membuka 13 toko per tahun terganjal,” ungkap Benjamin.
Sementara fokus ekspansi ke depan tertuju pada dua wilayah yaitu Pulau Jawa dan luar Jawa. Satu-dua tahun mendatang Indonesia bagian barat dan luar Jawa. Sementara untuk tiga hingga lima tahun berikutnya mengarah bagian timur dan luar Pulau Jawa. ”Sejumlah gerai tahun ini telah beroperasi. Selanjutnya, tiga menyusul,” imbuh Danny Kojongian, Direktur Matahari Putra Prima.
Ketika disinggung rumor tentang penjualan Hypermart, Benjamin menjawab simpul. Kabar tersebut memang sempat beredar luas di tengah pelaku pasar. Untuk soal itu, pihaknya tidak punya kewenangan untuk mengambil keputusan. Kalau pun memang ada pihak yang tertarik untuk melego Hypermart, tentu harus dibicarakan lebih lanjut dengan pemegang saham. ”November rekomendasi Merrill Lynch Pte Ltd, yang kami tunjuk selaku penasehat keuangan kelar. Kalau memang Merrill Lynch merekomendasikan penjualan Hypermart, harus ada pembicaraan lebih lanjut,” tukas Benjamin. (*)
”Di era modern ini bisnis berbasis konsumer akan berkembang pesat. Karena itu, kami sepenuhnya yakin dan telah mempersiapkan segalanya,” ungkap Benjamin J. Mailool, President Director, PT Matahari Putra Prima, di Jakarta, Jumat (15/10).
Benjamin menyebutkan, ekonomi Indonesia sedang tumbuh dengan pesat. Dan, investor asing pun berlomba mengalihkan investasinya ke Negara emerging market. Indonesia menjadi salah satu pavorit tujuan investor untuk segala sektor. Sektor retail modern misalnya, sejumlah investor telah masuk. Taruhlah sebut Benjamin macam Lotte Mart yang sudah menancapkan sayap bisnisnya di tanah air. ”Memang ke depan orientasi bisnis beralih ke retail modern. Tapi, ini bukan berarti pasar dan ritail berbasis tradisional mati suri,” tambahnya.
Menyitir hasil riset Nielsen Banjamin menjelaskan, retail modern dan tradisional tidak terjadi kontra produktif. Keduanya sebut Benjamin, tetap tumbuh dan berkembang sesuai dengan zaman. Segmen dan target pasar antara retail modern dan tradisional sudah ada masing-masing. Hanya saja, infrastruktur retail memang harus ditingkatkan. ”Nah, di sinilah pemerintah harus bertindak cerdas,” jelasnya.
Dengan arah bisnis baru itu, ada beberapa tantangan yang menghadang pertumbuhan Hypermart. Salah satunya adalah infrastruktur berupa ketersediaan shopping mall. Maklum, Hypermart memang menempel pada tersedia pusat belanja. Selanjutnya, soal perijinan dan segala macamnya. ”Sebenarnya, kita telah siap tetapi kalau pengelola Shopping Mall tidak siap, ya terpaksa menunggu. Itu pula yang membuat target membuka 13 toko per tahun terganjal,” ungkap Benjamin.
Sementara fokus ekspansi ke depan tertuju pada dua wilayah yaitu Pulau Jawa dan luar Jawa. Satu-dua tahun mendatang Indonesia bagian barat dan luar Jawa. Sementara untuk tiga hingga lima tahun berikutnya mengarah bagian timur dan luar Pulau Jawa. ”Sejumlah gerai tahun ini telah beroperasi. Selanjutnya, tiga menyusul,” imbuh Danny Kojongian, Direktur Matahari Putra Prima.
Ketika disinggung rumor tentang penjualan Hypermart, Benjamin menjawab simpul. Kabar tersebut memang sempat beredar luas di tengah pelaku pasar. Untuk soal itu, pihaknya tidak punya kewenangan untuk mengambil keputusan. Kalau pun memang ada pihak yang tertarik untuk melego Hypermart, tentu harus dibicarakan lebih lanjut dengan pemegang saham. ”November rekomendasi Merrill Lynch Pte Ltd, yang kami tunjuk selaku penasehat keuangan kelar. Kalau memang Merrill Lynch merekomendasikan penjualan Hypermart, harus ada pembicaraan lebih lanjut,” tukas Benjamin. (*)
No comments:
Post a Comment