Outlook ekonomi 2011 diprediksi mengalami pertumbuhan secara signifikan. Tanda-tanda itu positif itu tecermin dari kuatnya struktur fundamental ekonomi, stabilitas politik terjaga dan secara makro ekonomi sangat prospekstif. Situasi itu bakal memantik pelaku pasar melakukan serangkaian aksi korporasi. ”Saya rasa 2011 momentumnya tepat bagi emiten melakukan serangkaian aksi korporasi. Terutama dalam mencari pendanaan melalui penerbitan obligasi dan right issue,” ungkap Edwin Sebayang, Bhakti Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Senin (27/12).
Peluang itu menjadi moment tepat bagi emiten memaksimalkan dua instrument pendanaan dalam menggenjot kinerja ke depan. Sebab, dibanding mencari pendanaan melalui pinjaman perbankan, dua instrumen pendanaan tersebut dinilai lebih strategis dan murah. Dengan catatan tentunya, suku bunga dan inflasi tidak mengalami lonjakan drastis pada edisi 2011. ”Sejatinya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan pada 2011 mendatang, situasi ekonomi bakal tumbuh dan aliaran dana asing cenderung menguat,” imbuhnya.
Kalau pada 2010, dua instrument pembiayaan macam right issue dan obligasi menjadi pilihan utama yang diambil kalangan korporasi, setuasi lebih gemuruh akan terjadi pada 2011. Sebab, berdasar data kata Edwin, emiten yang menerbitkan dua instrument tersebut sedikit yang mempunyai rating bagus. Dan, pada 2011, emiten dengan rating-rating bagus akan menerbitkan dua instrument tersebut. “Sebenarnya, pada 2010 belum mengalami puncaknya. Kemungkinan pada 2011 bakal mengalami ledakan sesungguhnya,” tukas Edwin.
Karenanya sebut Edwin, pada 2011 potensi penerbitan obligasi dan right issue bakal menyentuh level Rp 81,5 triliun hingga Rp 85 triliun. emiten akan menggunakan pendanaan tersebut untuk berbagai kebutuhan terutama untuk hal-hal produktif macam financing, capital expenditure (Capex), bridging dan bukan untuk membayar utang. ”Kalau hanya untuk bayar utang kontraproduktif,” jelasnya.
Sementara berdasar bursa efek Indonesia (BEI), sepanjang 2010 sejumlah emiten melakukan rights issue dan penerbitan obligasi senilai total Rp 74 triliun. Rights issue mencapai Rp 38,563 triliun dari 27 emiten atau meningkat dibanding tahun lalu hanya 13 emiten. Angka totalnya juga melesat jauh atau empat kali dibanding tahun 2009 senilai Rp 9,325 triliun. Penerbitan saham baru terbesar sepanjang 2010 menjadi milik PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan nilai emisi mencapai Rp 10,461 triliun. Setelah itu ada dua anak usaha Grup Bakrie; PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) Rp 4,963 triliun dan PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) senilai Rp 3,193 triliun.
Peningkatan juga terlihat dari penerbitan obligasi Rp 35,897 triliun. Angka ini meningkat 31,9 persen dibanding pencapaian tahun lalu Rp 27,215 triliun. Penerbitan obligasi terbesar milik PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Lembaga Pembiayaan Ekspor (LPEI) masing-masing senilai Rp 3 triliun. Di susul kemudian PT Bank Danamon Tbk (BDMN) Rp 2,8 triliun dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) senilai Rp 2,5 triliun. Meski nilainya meningkat, total emiten yang menerbitkan obligasi tahun ini sebanyak 25 perusahaan justru menurun dibandingkan tahun lalu sebanyak 27 perusahaan.
Vice President Research Analysis Valbury Asia, Nico J Omer Jonckheere, mengatakan jika melihat sejarah peningkatan penerbitan saham baru dan obligasi tidak terlepas dari membaiknya kondisi pasar modal itu sendiri. Selain untuk meraih pendanaan, kata Nico, aksi itu juga sebagai upaya untuk meningkatkan likuiditas saham. ”Semakin banyak saham yang beredar dan tentunya diserap pasar,” ucapnya. (*)
Data Emiten yang melakukan Rights Issue 2010:
1. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Rp 539,79 miliar
2. PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) Rp 4,963 triliun
3. PT Citra Mineral Investindo Rp 224,72 miliar
4. PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI) Rp 123,6 miliar
5. PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII) Rp 1,407 triliun
6. PT Intiland Development Tbk (DILD) Rp 2,073 triliun
7. PT Multipolar Tbk (MLPL) Rp 753,91 miliar
8. PT First Media Tb (KBLV) Rp 456,21 miliar
9. PT Inovisi Infracom Tbk (INVS) Rp 97,75 miliar
10. PT Asiaplast Industries Tbk (APLI) Rp 50 miliar
11. PT Bank ICB Bumiputera Tbk (BABP) Rp 150 miliar
12. PT Dayaindo Resources International (KARK) Rp 1,984 triliun
13. PT Bank Windu Kentjana International Tbk (MCOR) Rp 202,93 miliar
14. PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) Rp 3,193 triliun
15. PT Bank Muamalat Indonesia Rp 952,31 miliar
16. PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) Rp 1,225 triliun
17. PT Mahaka Media Tbk (ABBA) Rp 139,98 miliar
18. PT Bank Eksekutif Internasional Tbk (BEKS) Rp 512,25 miliar
19. PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) Rp 748,7 miliar
20. PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP) Rp 99,96 miliar
21. PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) Rp 401,94 miliar
22. PT Bank Permata Tbk (BNLI) Rp 1,999 triliun
23. PT Kertas Basuki Rahmat Tbk (KBRI) Rp 604,29 miliar
24. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 10,461 triliun
25. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) Rp 1,321 triliun
26. PT Lippo Karawaci (LPKR) Rp 2,379 triliun
27. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Rp 1,495 triliun
Perusahaan penerbit emisi obligasi tahun 2010:
1. PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) Rp 200 miliar.
2. PT Astra Sedaya Finance (ASF) Rp 1,5 triliun.
3. PT BCA Finance Rp 500 miliar dan Obligasi Subordinasi Rp 100 miliar.
4. PT BPD Sulawesi Utara Rp 450 miliar dan Obligasi Subordinasi Rp 50 miliar
5. PT Federal International Finance (FIF) Rp 1,5 triliun.
6. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) Rp 1,3 triliun.
7. PT Titan Petrokimia Nusantara Tbk (FPNI) Rp 100 miliar dan Sukuk Ijarah Rp 200 miliar.
8. PT Oto Multiartha Rp 1,3 triliun.
9. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Rp 1,65 triliun.
10. PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) Rp 1 triliun.
11. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp 3 triliun.
12. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Rp 1,38 triliun.
13. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero Rp 2,5 triliun dan Sukuk Ijarah Rp 500 miliar.
14. PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) Rp 727 miliar.
15. Lembaga Pembiayaan Ekspor (LPEI) Indonesia Rp 3 triliun.
16. PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) Rp 240 miliar.
17. PT Jasa Marga Tbk (JSMR) Rp 1 triliun dan Obligasi tanpa bunga Rp 500 miliar.
18. PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) Rp 2 triliun.
19. PT Summit Oto Finance Rp 1,5 triliun.
20. PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) Rp 540 miliar dan Obligasi Subordinasi Rp 2,46 triliun.
21. PT BW Plantation Tbk (BWPT) Rp 700 miliar.
22. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) Rp 2,8 triliun.
23. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) Rp 1,1 triliun.
24. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Obligasi Subordinasi Rp 1,6 triliun.
25. PT Danareksa (Persero) Rp 500 miliar.
No comments:
Post a Comment