PT Ciputra Property Tbk (CTRP) mengincar pertumbuhan pendapatan bersih pada 2011 mencapai Rp 400 miliar atau tumbuh sebesar 15 persen dibanding pendapatan akhir tahun ini yang diprediksi senilai Rp 348 miliar. Perseroan optimistis hal itu bisa terealisir mengingat kinerja perseroan cukup menjanjikan. Di samping itu, membaiknya perekonomian akan memacu pencapaian tahun mendatang. ”Kami selalu optimistis dengan apa yang telah direncanakan,” ungkap Artadinata Djangkar, Direktur Ciputra Properti, di Jakarta, Selasa (14/12).
Di sisi lain, perseroan juga optimistis laba bersih hingga pengujung tahun mencapai Rp 171 miliar atau meningkat 130 persen dibanding akhir tahun lalu dikisaran Rp 74 miliar. Hal itu akan didukung sektor bisnis penyewaan (recurring income) sebagain besar pendapatan sedangkan penjualan apartemen (development) stagnan. Pendapatan itu dari meningkatnya kinerja 5 proyek yang sudah beroperasi; Mal Ciputra Jakarta Rp 146 miliar 42 persen, hotel Ciputra Jakarta Rp 81 miliar 21 persen, Mal Ciputra Semarang Rp 75 miliar 21 persen, hotel Ciputra Semarang Rp 30 miliar 9 persen, dan apartemen My Home di Ciputra World Jakarta Rp 17 miliar 5 persen. ”Pendapatan dari My Home belum ada perubahan sekitar Rp 17 miliar,” imbuhnya.
Sedangkan mayoritas sumber recurring income lainnya mengalami peningkatan, kecuali mal Ciputra Jakarta yang berkurang Rp 1 juta. Alasannya, tahun ini terlihat bisnis properti mulai tumbuh ditandai dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan bisnis itu seiring dengan pertumbuhan ekonomi. ”Properti tidak aka nada matinya ke depan. Dan, pastinya kontribusi development bakal meningkat 30 persen,” tukas Artadinata.
Sementara CTRP menyiapkan capex Rp 1 Triliun dimana 90 persen digunakan pembangunan apartemen Ciputra World Jakarta. Sedangkan sisanya untuk pengembangan yang sudah ada. Selain itu juga, perseroan meningkatkan profitabilitas dengan membukukan pendapatan bersih Rp 348 miliar naik 3 persen dibanding tahun lalu Rp 337 miliar. Laba kotor diperkirakan Rp 217 miliar atau naik 3 persen dibanding tahun sebelumnya Rp 210 miliar.
Peningkatan tersebut tidak lepas dari perubahan dana simpanan yang sebelumnya dalam bentuk Dollar Amerika Serikat (USD) ke rupiah. Tahun lalu, pendapatan lebih kecil karena rupiah menguat sehingga terjadi book lost. Sementara tahun ini semua sudah diubah dalam bentuk rupiah sehingga turut menyumbang pendapatan secara keseluruhan. Ditambah lagi dengan adanya pendapatan dari bunga deposito. ”Ke depan Book lost tidak akan terulang,” pungkasnya. (*)
No comments:
Post a Comment