Kualitasn pelayanan menjadi prioritas utama PT XL Axiata Tbk (EXCL) sepanjang 2011. Karenanya, untuk keperluan itu, perseroan telah mengalokasikan dana segar senilai Rp 4,5 triliun. Dana itu selain itu untuk meningkatkan kualitas jaringan, juga membangun sejumlah base transceiver station (BTS), dan pembangunan serat optik di sejumlah wilayah di Indonesia.
Dana untuk aksi korporasi itu sepenuhnya berasal dari dana internal. Sebab, perseroan telah memiliki laba cukup untuk merealisasikan rencana tersebut. “ Kami sudah free cash flow positive. Sehingga, tidak membutuhkan suntikan dana dari luar,” ungkap Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur EXCL di Jakarta, Senin (27/12).
Hingga saat ini, jumlah BTS perseroan tercatat lebih dari 20.888 (2G/3G). Itu menjangkau sekitar 90 persen populasi dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia mulai dari Sabang hingga Merauke. Sedangkan jumlah menara mencapai 8.000 unit. Di mana kurang dari setengahnya, sebanyak 4.300 menara diperuntukkan untuk operator lain, dengan sistem sewa. Aktivitas itu diharap bisa meningkatkan pertumbuhan perusahaan antara 9-10 persen dari total industri. ”Kami masih melakukan kalkulasi, Minggu depan mungkin sudah bisa didisclosed,” imbuhnya.
Hingga November lalu, sebut Hasnul, jumlah pelanggan EXCL telah mencapai 40 juta orang. Jumlah itu meningkat dibanding Agustus lalu dikisaran 38,5 juta pelanggan. Target awal EXCL sebenarnya hanya sekitar 37-38 juta pelanggan. Pada 2011 mendatang, Hasnul memprediksi jumlah pelanggan EXCL akan naik 9-10 persen dibandingkan tahun ini.
Sementara kontribusi pendapatan EXCL selama ini sebagian besar berasal dari voice dan sms sekitar 92 persen. Sedangkan sisanya sebesar 8 persen berasal dari pelayanan data. Tahun depan, perseroan berharap pendapatan dari pelayanan data akan menjadi 10 persen. ”Ya, harapannya seperti itu,” jelasnya.
Sedangkan sepanjang kuartal tiga 2010, perseroan mencetak laba sebesar Rp 2,1 triliun. Naik 73 persen dibanding periode sama tahun lalu. Ini didorong pendapatan usaha yang menembus Rp 13 triliun atau meningkat 32 persen dibanding periode sama tahun lalu. Hingga September, perseroan telah melakukan pembayaran pinjaman baik jatuh tempo maupun yang belum jatuh tempo senilai USD 233,9 juta dan Rp 3,2 triliun menggunakan sebagian besar arus kas internal. Selain itu, perseroan juga telah menandatangani pinjaman baru sejumlah Rp 6,5 triliun. Di mana telah dilakukan penarikan sejumlah Rp 3 triliun. Pada akhir bulan September, saldo utang perseroan menjadi Rp 10,9 triliun dengan ratio utang bersih (utang berbunga dikurangi kas) atau EBITDA sebesar 1,2x.
Sementara, Ketut Tri Bayuna, analis pasar modal menilai, pertumbuhan kinerja perseroan memang luar biasa. Terutama didukung strategi perseroan dalam menggaet pelanggan baru. Strategi perseroan yang sudah diterapkan sejak akhir tahun lalu, cukup mengenai sasaran. Itu terlihat dengan signifikannya pertumbuhan dikemudian hari.
Ketut melihat potensi di industri telekomunikasi masih sangat besar. Tetapi, ketatnya persaingan menjadi tantangan terbesar yang dihadapi. “Disinilah strategi jitu menentukan dalam meraup dan memperbesar marjin. Industri tersebut menyerap modal tidak sedikit,” pungkasnya. (*)
No comments:
Post a Comment