Thursday, 31 March 2011

Moment Aksi Profit Taking


Tuntas sudah laporan keuangan (Lapkeu) emiten 2010. Rerata emiten menyajikan laporan positif. Itu menunjukkan kondisi ekonomi dalam negeri masih mendukung lanscap dunia usaha. Memang tidak seluruhnya emiten melansir keuangan positif dan bisa tersenyum dengan lebar, tetapi jumlahnya tidak seberapa.
Kondisi itu juga terasa di lantai bursa efek indonesia (BEI), dimana Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin menguat tajam. Itu efek dominu dari kinerja emiten yang secara berkala menguat. "Itu memang tidak bisa dipungkiri di samping market global juga positif," ucap Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (31/3).
Setelah indeks menguat tajam itu, sepertinya hari ini pelaku pasar akan jor-joran melakukan aksi profit taking. Investor melihat ruang gerak indeks mulai terlihat kurang lincah. di sisi lain, indeks sudah masuk area overbought dan memaksa investor ekstra waspada. "Aksi profit taking itu yang akan memangkas indeks hari ini," tuturnya.

Runtuhnya Trading Floor sebagai Simbol Transaksi Bursa Efek Indonesia (BEI)


Modernisasi Sistem, Trading Floor Disulap sebagai Pusat Pendidikan Pasar Modal

Simbol transaksi pasar modal domestik berupa trading floor tinggal kenangan. Sejarah panjang yang mewarnai perjalanan tempat transaksi para pialang itu dirubuhkan. Penghapusan dilakukan karena tidak sesuai semangat zaman. Investor pun tidak sepenuhnya menggunakan trading floor sebagai venue transaksi.

Aktivitas perdagangan di lantai bursa efek indonesia (BEI) berjalan dengan normal. Sejumlah pialang tampak sibuk melayani opsi beli dan jual dari para nasabahnya. suara telepon dan mesin ketik antar pialang saling bersahutan menjadi menu aktivitas harian para broker. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Karenanya, mereka tetap konsentrasi di depan layar monitor.
Gambaran sekelumit di atas terjadi pada pertengahan tahun lalu, tepatnya 30 Agustus 2010. Itulah hari terakhir mereka melayani transaksi dan berintraksi dengan para kliennya di lantai bursa. Bagi investor atau pialang yang mungkin rindu dengan ingar bingar itu, saat ini setidaknya harus gigit jari. Anda yang ingin bernostalgia dengan ruangan berukuran tidak kurang dari 75x50 meter dan dukungan 440 seats tersebut harus dipendam dalam-dalam. Termasuk keinginan untuk melihat dua papan elektronik yang menyajikan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) juga sudah tidak lagi tersedia.

Wednesday, 30 March 2011

BCA Belepotan Terima Simpanan Nasabah


PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dipusingkan dengan tingginya dana masyarakat yang disimpan. Kondisi itu mempersulit keinginan perseroan meningkatkan rasio pendanaan terhadap kredit (LDR/Loan to Deposito Ratio) agar bisa mencapai 78 persen sesuai ketentuan Bank Indonesia (BI).
Pada tahun 2011 ini, BCA memang berkeinginan meningkatkan LDR agar bisa mencapai 60 persen. Tahapan itu sangat penting sebagai upaya menembus angka 78 persen sesuai ketentuan. ”Karena itu kita berusaha tingkatkan pinjaman,” ujar Jahja Setiaadmadja, Wakil Direktur Utama BCA, di Jakarta, Rabu (30/3).
Hambatannya, dana simpanan nasabah yang masuk terus mengalir deras. Seandainya tidak begitu deras, dengan kenaikan portofolio kredit sebesar 24,2 persen pada tahun 2010 maka, LDR saat ini dipastikan di atas 60 persen. Sementara pencapaian LDR BCA tahun lalu harus puas di posisi 55,2 persen atau naik dari 2009 sebesar 50,3 persen. ”Yang susah kita hindari adalah dana masyarakat masuk terus. Dana ini kan tidak bisa kita bilang ‘jangan simpan uang di kita’. Maka kita bingung,” ucap Jahja.

Mengunjungi Rumah Perubahan Besutan Prof Rhenald Kasali


Sulap Areal Sampah sebagai Kawah Candradimuka Entrepreneur

Sebagai akademisi, Rhenald Kasali tidak bisa berdiam diri. Pada dirinya terpatri tanggungjawab sosial yang tidak bisa ditawar. Kegelisahan ditopang kesadaran untuk mengabdi dan berbagi itu, membuat tekadnya berlipat untuk mengangkat kaum pinggiran naik kelas. Ia bercita-cita kelak bisa melahirkan 5 persen entrepreneur.

Jakfar Shodik
Rumah Perubahan Rhenald Kasali berada di Jalan Raya Hankam, Gang Masjid, Gardu Induk Jati Rangon, Jati Murni, Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat. Untuk menjangkau lokasi itu tidak terlalu sulit. Keluar tol Cikampek Jati Warna, tinggal ambil kanan dan menyusuri Jalan Hankam, sekira 5 km. Setelah melalui jalan yang agak rusak, tepatnya Gardu Listrik belok arah kanan masuk Gang Masjid.
Pada jalan yang cukup untuk dilewati mobil itu, terpampang plakat kurang rapi bertulisan Rumah Perubahan. Pada ujung gang masjid, yang kira-kira jaraknya 500 meter dari jalan utama, Rumah Perubahan yang asri nan sejuk tampak terlihat. Sebelum masuk ke gerbang ada tulisan Rumah Perubahan. Pada bangunan utama, di bagian atasnya tertulis Gedung Recode.

Kelebihan Beban, Garuda Terkapar


Kinerja PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) sepanjang 2010 mencatatkan pendapatan senilia Rp 19,53 triliun. Hal tersebut berarti mengalami kenaikan 8,5 persen dari periode sama tahun lalu senilai Rp 17,860 triliun. Namun naiknya pendapatan tersebut tidak dapat menutupi tingginya beban usaha perseroan yang tercatat sebesar Rp 19,60 triliun.
Merujuk laopran keuangan yang dipublikasikan perseroan, Rabu (30/3), tingginya beban usaha perseroan pada 2010 tersebut berdampak pada anjloknya laba bersih. Dimana laba bersih GIAA hanya tercatat sebesar Rp 515,52 miliar atau merosot 49, 39 persen dibanding periode sama tahun lalu dikisaran Rp 1,01 triliun.

Tuesday, 29 March 2011

MNC Skyvision Mantap Tatap Lantai Bursa


PT Global Mediacom Tbk (BMTR) menargetkan pelepasan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) anak usahanya PT MNC Skyvision pada semester kedua 2011. Perseroan rencananya akan melepas 20 persen hingga 30 persen sahamnya kepada publik.
Langkah penawaran umum saham perdana itu dilakukan untuk ekspansi sayap bisnis di industri televisi berbayar. Sebab, industri media visual mengarah pada kompetisi yang lebih seru dan menegangkan ke depan. Dan, lebih menjanjikan dari sisi bisnis. Karena itu, manajemen memantapkan langkah untuk menjadi yang terdepan. ”Hanya saja, kami masih belum tahu berapa dana yang akan berhasil dihimpun,” tutur Harry Tanoesoedibjo, Presiden Direktur Global Mediacom di Jakarta, Selasa (29\3).
Meski begitu, dia menjelaskan dana itu akan dipergunakan untuk rencana ekspansi PT MNC Skyvision. Antara lain memperkuat sistem transmisi jaringan televisi berbayar yaitu migrasi ke jaringan MPEG4 viddeo on demand. Untuk kepentingan itu, perseroan diperkirakan memerlukan dana sekitar USD 50 juta.

Davomas Jatuh Kepangkuan Uniflora


Perusahaan penanaman modal asing asal Kanada, PT Uniflora Prima (Uniflora), sukses mengakuisisi sebanyak 6,43 miliar lembar saham atau sebesar 51,86 persen saham milik PT Davomas Abadi Tbk (DAVO). Transaksi akuisisi senilai USD 77 juta itu dirampungkan belum lama ini.
Hanya saja, untuk pengalihan saham yang dilepas Davomas serta pembayaran pembelian perseroan akan dilakukan setelah seluruh persyaratan dalam Conditional Sale and Purchase of Shares Agrement (CSPA) terpenuhi.
"Tujuan akuisisi ini tentu untuk meningkatkan kapasitas kombinasi produksi perseroan dan menjadi Uniflora sebagai pengolah kakao terkemuka," tukas Johanas Herkiamto, Direktur Utama Uniflora, di Jakarta, Selasa (29/3).

Bursa Persempit Ruang Emiten Delisting


PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah menggodok regulasi delisting. Itu dirancang guna membatasi ruang gerak emiten keluar dari lantai bursa. Maklum, selama ini sudah banyak emiten yang nangkring di bursa mengajukan diri untuk eksodus.
Otoritas tidak main-main dalam memproses rencana itu. Setidaknya manajemen bursa telah mengajukan aturan delisting No I-I point III.2.1.4.2, kepada Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). ”Kita tengah fokus memperketat regulasi itu agar emiten tidak sembarangan keluar dari bursa,” ucap Eddy Sugito, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, di Jakarta, Selasa (29/3).

Sunday, 27 March 2011

Overbought, Investor Galau


Mengawali pekan ini, kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi belum beranjak dari zona merah. Sisa-sisa kekhawatiran akhir pekan lalu diramalkan masih menggelayuti pelaku pasar. Ini sekaligus akan membuat investor lebih banyak menahan diri untuk masuk market.
"Efek sentimen negatif akhir pekan lalu kemungkinan masih setia memayungi indeks. Investor juga akan lebih berhati-hati untuk merangsek market," tutur Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, akhir pekan lalu.
Secara tecnikal indeks pada satu sisi sudah mengalami overbouhts. Di mana sepekan terakhir, indeks tercatat naik 3,24 persen. Dimana pada awal pekan lalu, indeks berada di posisi 3.494,07 dan menyudahi akhir dikisaran 3.607,113. "Valuasi harga saham-saham unggulan sudah relatif mahal," imbuhnya.

Industri Perbankan Kinclong

Industri perbankan sepanjang 2011 diprediksi mengalami puncak-puncaknya. Para analis pun tidak ragu menempatkan potensi itu diurutan terdepan. Dan, terbbukti, belum genap satu semester, pelaku perbankan sudah banyak menangguk untung.
Hampir dalam segala sektor industri perbankan mengalami lonjakan signifikan. Bank Central Asia (BBCA) mengalami ekspansi kredit sebesar 24,57 persen menjadi Rp 153,97 triliun dibanding tahun lalu dikisaran Rp 123,59 triliun. Dan kredit bermasalah turun turun dari level 0,73 ke posisi 0,64 persen. Sementara dana pihak ketiga (DPK) tercatat menjadi Rp 277,52 triliun disbanding dengan tahun sebelumnya Rp 244,66 triliun.

Astra, BCA The Leading Market 2011

PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ditempatkan sebagai The Leading Market 2011. Itu sejalan dengan pencapaian yang ditorehkan dua perusahaan berbeda sektor itu. Posisi itu, membuat pelaku pasar terutama asing menjadikan saham perseroan sebagai jujukan koleksi.
Memang tidak ada keraguan pada dua perusahaan itu. Dimana dari sisi manajemen didisain sangat rapih. Sehingga investor baik sekala besar dan kecil sama-sama tetap tersenyum dengan lebar. Bahkan, saking rapinya manajemen yang diterapkan dua perusahaan itu, dari sisi kapitalisasi pasar tidak tergoyahkan. Astra misalnya membukukan kapital market senilai Rp 234,40 triliun dan pada akhir pedagangan Jumat (25/3) lalu, sahamnya melonjak tajam sebesar 1100 poin (1,94 persen) ke level Rp 57000 per lembar saham. ”Padahal, saat itu pasar sedang remuk,” tandas Billy Budiman, Head of Technical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketikad ihubungi di Jakarta, akhir pekan lalu.

Friday, 25 March 2011

Saham Garuda dilego Rp 550

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dikabarkan mencapai kesepakatan harga dengan investor strategis. Tetapi, rumor yang berkembang dikalangan pelaku pasar tersebut kurang mengembirakan. Pasalnya, harga yang dicapai itu disebut-sebut berada di bawah level Rp 550.
Memang sebelumnya, Grup Dajrum dan Rajawali berebut masuk untuk mengeksekusi saham GIAA. Tetapi, seiring berjalannya waktu, kabar tersebut menghilang tanpa mengasilkan kesepakatan. Saat kabar itu berhembus, saham GIAA sempat menyentuh level tertinggi dikisaran Rp 580, sebelum akhirnya kembali bermain di area Rp 520 per lembar saham.
Sebelumnya, dikabarkan saham perseroan akan tetap dilepas kepada investor strategis dengan skema harga Initial Public Offering/IPO senilai Rp 750 per lembar saham.

Tuesday, 22 March 2011

Jangan Terjebak Euforia

Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan berbalik arah pada perdagangan hari ini. Itu sejalan dengan membaiknya bursa Eropa. Meski begitu, investor disarankan untuk tetap memperhatikan situasi Jepang dan Libya yang terus memanas. ”Kemungkinan indeks hari ini akan mengalami pembalikan arah. Tetapi, investor tidak boleh jumawa dan sembarangan masuk pasar,” ucap Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (22/3).
Billy menyebutkan, sejumlah sentimen positif akan memayungi indeks. Salah satunya adalah situasi Jepang yang perlahan mulai membaik serta tren bullish di bursa saham regional. Investor pun bisa mengoleksi beberapa saham unggulan, baik untuk jangka panjang ataupun pendek. ”Saham sektor consumer bisa menjadi pilihan menarik. Pasalnya, laporan keuangan mereka menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Di sisi lain, pelaku usaha juga optimistis pendapatan perkapita masyarakat akan meningkat,” tambahnya.

Investor Skeptis Kinerja Telkom

Performa saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) terus melorot. Sepanjang pekan ini, para pelaku pasar secara bergelombang melepas saham perseroan. Ini petanda kurang baik mengingat saham perseroan menjadi salah satu pengendali naik turunya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Memburuknya kinerja saham telkom itu seakan mengkonfirmasi tergusurnya posisi nilai kapitalisasi terbesar di lantai bursa efek indonesia (BEI). Nilai kapitalisasi pasar perseroan tergeser oleh Bank Central Asia (BBCA) dan harus puas di posisi ketiga. Sementara posisi pertama tetap dihuni PT Astra International Tbk (ASII).

Go Private, Saham RMBA Auto Reject

Saham PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) menjadi buruan investor sepanjang perdagangan Selasa. Investor sacara bergelombang melakukan koleksi terhadap saham rokok asal Malang, Jawa Timur tersebut. Efeknya, saham perseroan mengalami auto riject (menyentuh batas atas, Red) setelah menguat 170 point (24,28 persen) ke posisi Rp 870.
Melonjaknya saham perseroan sejatinya terjadi sejak perdagangan awal pekan lalu. Kala itu, saham perseroan menguat sebesar 20 point (2,94 persen) ke level Rp 700. Kenaikan itu memang belum signifikan menyusul belum berkembangnya rumor yang menyelimuti kinerja perseroan ke depan.

Friday, 18 March 2011

MBSS Banderol IPO Rp 1600

PT Mitra Bahtera Segara Sejati (MBSS) menetapkan harga saham perdananya (IPO) sebesar Rp 1.600 per saham. Total dana yang akan diraih perseroan sebesar Rp 344 miliar. MBSS melepas 215 juta saham baru atau setara dengan 12,3 persen saham ke publik.
Untuk keperluan itu, perseroan menunjuk PT OSK Nusadana Securities (DR) dan PT Mandiri Sekuritas (CC) sebagai penjamin emisi. Dana perolehan IPO akan digunakan untuk membeli 20-30 kapal tunda, tongkang dan floating crane. Perseroan akan membeli kapal tunda dengan kekuatan 1.200-2.800 HP, kapal tongkang dengan kapasitas 270-365 feet dan floating crane dengan kapasitas 20 ribu-45 ribu ton per hari.

Indocement Bangun Pabrik USD 600 Juta

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berencana membangun pabrik berkapasitas 2-3 juta ton. Pabrik yang menelan dana sebesar USD 150-600 juta itu ditarget rampung sepanjang 3-4 tahun mendatang. Kalau tak ada aral melintang, pabrik tersebut pembangunannya akan dimulai pada 2012 mendatang. "Kita percaya pertumbuhan industri semen dalam negeri akan booming. Kami percaya itu sesuai dengan kalkulasi menilik perkembangan ekonomi yang terus membaik," ungkap Christian Kertawijaya, Direktur Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa di Jakarta, Jumat (18/3).
Pabrik itu akan berlokasi di seputaran Jawa Tengah. Dalam kalkulasi awal, pembangunan pabrik model ground file menelan anggaran senilai USD 150 juta per ton. Sementara kalau pilihan model grand file menelan USD 200 juta. "Iya, kalau ground file tinggal membangun pabriknya saja. Sementara kalau grand file masih kosongan," imbuhnya.

Thursday, 17 March 2011

AISA Tuntaskan Akuisisi 4 Proyek

PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) menyiapkan dana sebesar Rp 1,143 triliun. Dana segar itu akan digunakan perusahaan untuk membiayai 4 proyek akuisisi yang telah direncanakan. Empat proyek itu seperti pabrik makanan, kelapa sawit dan pabrik beras. “Dengan dana segar itu seluruh aksi korporasi tersebut bisa tuntas pada tahun ini juga,” ungkap Sjambiri Lioe, Direktur Keuangan AISA, di Jakarta, Kamis (17/3).
Dengan banyaknya aksi akuisisi tersebut, Sjambiri berharap kinerja perusahaannya bisa tumbh makin signifikan di masa mendatang. Sementara menyoal rencana masing-masing proyek akuisisi itu, diantaranya membidik perusahaan sawit senilai Rp 810 miliar yang akan dibiayai melalui penerbitan obligasi konversi (convertable bond). Obligasi itu akan diterbitkan pada pertengahan 2011 mendatang. “Obligasinya senilai USD 60 juta sampai USD 70 juta. Nanti akan kami tukar dengan saham anak usaha,” tutur Sjambiri.

Pendanaan Kuat Lirik Sektor Perawatan Jalan

PT Jasa Marga Tbk (JSMR) mempunyai komitmen pendanaan sebesar Rp 30 triliun hingga penghujung 2014. Komitmen itu mencakup pembiayaan dan akuisisi jalan tol. Perseroan mengantongi suntikan dana Rp 15 triliun. ”Pendanaan kita kuat dimana totalnya mencapai Rp 45 triliun,” ungkap Frans Sunito di Jakarta, Kamis (17/3).
Dengan komposisi pendanaan yang kuat itu, sepanjang tahun ini perseroan membidik dua ruas jalan tol trans jawa dan jakarta. Perseroan mengincar kepemilikan mayoritas dari investor swasta dalam dua ruas tol tersebut. Meski begitu, Frans belum mau menyebut angka pasti dari dua proyek yang diincar itu. "Kita akan mengambil opsi mayoritas,” imbuhnya.
Memang pemerintah mengutamakan pembangunan 9 ruas tol Trans Jawa dari total 24 ruas yang stagnan. Jalur Trans Jawa 9 ruas tol memiliki panjang 657,86 km. Dan, pembangunan ruas tol itu harus tuntas tahun 2014 mendatang. ”Saat ini pembebaan lahannya masih mencapai 4.761,96 hektar,” ucapnya.

Wednesday, 16 March 2011

Saham Berbasis Komoditas Tersudut

Saham-saham berbasis komoditas tidak bisa mengelak efek buruk bencana gempa dan Tsunami Jepang. Itu menyusul melorotnya harga komoditas mengikuti anjloknya harga minyak dunia. Tetapi, dampak paling buruk akibat bencana gempa dan Tsunami Jepang adalah PT United Tractor dan PT Hexindo Adiprakasa Tbk (HEXA).
"Saya rasa dua perusahaan itu yang terkena dampak langsung. Sebab, keduanya merupakan rujukan utama dalam urusan penjualan alat berat yang selama ini berkiblat ke Jepang. Dan, memang keduanya dari sana," ungkap Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (16/3).

Fluktuatif, Investor Wait and See

Indeks harga saham gabungan (IHSG) memang sukses menyudahi perdagangan di zona positif. Tetapi, perjalanan indeks tidak menggembirakan menyusul momentum penguatan di menit-menit terakhir. Superioritas indeks jelas tidak tersaji seperti perdagangan-perdagangan sebelumnya. "Pasar masih cenderung fluktuatif dan belum sepenuhnya stabil. Itu akan memengaruhi indeks pada perdagangan hari ini yang diprediksi bergerak alot," ungkap Purwoko Sartono, Research Analyst Panin Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (16/3).
Purwoko menyebutkan, dalam kondisi valuasi market tidak menentu, dengan perkiraan pelaku pasar masih wait and see. Pengaruhnya, harga komoditas harga komoditas juga akan ikut terpengaruh negatif. Karena itu, indeks akan bergerak kisasaran support 3510 dan resistence 3563. Saham rekomendasi adalah Charoen Pokphan (CPIN), AKRA, London Sumatera PLantation (LSIP), Wintermars (WINS), BMTR. "Salah satu faktor yang aka menjadi fokus investor adalah laporan kinerja emiten 2010, serta pergerakan harga komoditas yang banyak dipengaruhi kondisi geo politik Timur Tengah (Timteng) serta faktor permintaan dari jepang pasca bencana," tutur Purwoko.

Exxon Mobil Incar Elnusa

Esso, anak usaha Exxon Mobil Corporation dikabarkan tengah melakukan penawaran atas 37,15 persen saham PT Elnusa Tbk (ELSA) milik PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI). Divestasi itu dilakukan menyusul prospek kinerja ELSA di luar ekspektasi. Selain itu, BIPI dibekap utang senilai Rp 894,81 miliar.
Merujuk kabar yang merebak di market, utang yang mendera BIPI melalui penerbitan Promisory Notes kepada PT Indotambang Perkasa, induk usaha BIPI, untuk mengakuisisi 37,15 persen saham ELSA tahun lalu. Utang sejumlah Rp 302,5 miliar telah dilunasi BIPI pada akhir 2010 dengan menjaminkan 12,55 persen saham ELSA kepada Amadia Investment, sehingga tersisa utang sebesar Rp 592,31 miliar berjaminan 24,6 persen saham ELSA. "Promisory Notes telah diperpanjang jatuh temponya dari 12 Maret 2011 menjadi 12 september 2011. Tetapi, BIPI tetap berencana menjual sahamnya di ELSA. Info yang beredar, Esso tengah melakukan penawaran," ujar salah satu investor kawakan.

Monday, 14 March 2011

Saham ASII Muncer, UNTR Terhempas

Kinerja keuangan PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Astra International Tbk (ASII) diperkirakan bakal terkena dampak bencana Tsunami yang menyapu Pantai Timur Jepang pada Jumat (11/3) lalu. Maklum, Komatsu memiliki 11 pabrik di Jepang. Di mana sebanyak 6 pabrik terletak di Pantai Timur dan terkena bencana Tsunami.
Menurut analis CLSA Sarina Lesmina, volume penjualan alat berat merek Komatsu kategori alat besar mencapai 20 persen dari volume penjualan UNTR. Sedangkan nilai pendapatan mencapai 40-50 persen. Sedangkan penjualan alat-alat berat Komatsu kategori kecil dan menengah diperkirakan tidak akan bepengaruh karena diproduksi di Indonesia. Namun kemungkinan UNTR akan kesulitan mendapatkan pasokan komponen dari Jepang.

Djarum dan Rajawali Bersaing Caplok Garuda

Dua konglomerat nasional, Grup Djarum dan Grup Rajawali, bersaing ketat membeli saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Djarum disebut-sebut sebagai pembeli saham milik Danareksa Sekuritas (OD) dan Rajawali mengincar milik Mandiri Sekuritas (CC).
Berdasar keterangan pelaku pasar, Djarum lebih berpeluang masuk karena akan menggandeng Grup Wings. Transaksi itu akan dilakukan Minggu depan sebelum pemilihan Direktur Keuangan (Dirkeu) Garuda. Pembeli saham GIAA berhak menempatkan wakil pada posisi Dirkeu. Hanya saja, belum bisa disebutkan kisaran harga yang diajukan dua gurita bisnis tersebut.

Sunday, 13 March 2011

Investor Lebih Percaya Manajemen Asing

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tercatat 20 hari mendarat di lantai bursa efek indonesia (BEI). Itu terekam sejak menginjakkan rodanya pada 11 Februari lalu. Sepanjang itu pula kinerja saham perseroan tak kunjung berbalik arah.
Alih-alih menguat, sepanjang 20 hari perdagangan itu, saham perseroan dipenuhi catatan buruk. Menilik data muhibah saham perseroan pada pasar skunder, dari total 20 hari perdagangan, itu sebanyak 11 kali saham perseroan berlabuh di zona merah. Koreksi terburuk terjadi saat listing pada 11 Februari. Dimana kala itu, saham GIAA yang dibanderol Rp 750 harus terhempas ke posisi Rp 620 dengan volume 583,479,000 lembar saham. Selanjutnya, volume transaksi terbesar kedua saham perseroan di masa-masa gejolak itu terjadi pada 14 Februari setelah berakhir di level Rp 590 dengan voluem 88,481,500 lembar. Sedang volume terkecil saham GIAA menyentuh level terendah diangka Rp 500 pada volume 6,649,500 pada 10 Maret lalu.

Friday, 11 March 2011

KPEI Kantongi Fasilitas Intraday Rp 1,79 triliun

PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) memperoleh fasilitas pinjaman intraday Rp 300 miliar. Fasilitas pinjaman itu diperoleh dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) selaku Bank Pembayaran. Dengan tambahan itu, maka total pinjaman fasilitas intraday yang diperoleh KPEI adalah Rp 1,79 triliun. ”Ini akan mendukung implementasi penyelesaian transaksi bursa melalui metode continuous settlement,” ungkap Hoesen, Direktur Utama KPEI, di Jakarta, Jumat (11/3).
Hoesen menyebutkan fasilitas intraday itu dipakai untuk mendukung penerapan penyelesaian transaksi bursa melalui metode continuous settlement. Sebab, sebelum adanya metode continuous settlement proses penyelesaian dilakukan dalam dua batch (tahap, Red) yaitu morning settlement dan afternoon settlement. ”Dengan metode continuos settlement proses morning settlement bisa dilakukan dalam beberapa tahap secara otomatis dan berkelanjutan,” imbuhnya.

KPEI Kantongi Fasilitas Intraday Rp 1,79 triliun

PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) memperoleh fasilitas pinjaman intraday Rp 300 miliar. Fasilitas pinjaman itu diperoleh dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) selaku Bank Pembayaran. Dengan tambahan itu, maka total pinjaman fasilitas intraday yang diperoleh KPEI adalah Rp 1,79 triliun. ”Ini akan mendukung implementasi penyelesaian transaksi bursa melalui metode continuous settlement,” ungkap Hoesen, Direktur Utama KPEI, di Jakarta, Jumat (11/3).
Hoesen menyebutkan fasilitas intraday itu dipakai untuk mendukung penerapan penyelesaian transaksi bursa melalui metode continuous settlement. Sebab, sebelum adanya metode continuous settlement proses penyelesaian dilakukan dalam dua batch (tahap, Red) yaitu morning settlement dan afternoon settlement. ”Dengan metode continuos settlement proses morning settlement bisa dilakukan dalam beberapa tahap secara otomasti dan berkelanjutan,” imbuhnya.

SMGR Tingkatkan Kapasitas Produksi 30 Juta ton

PT Semen Gresik Tbk (SMGR) membutuhkan dana sekitar USD 3 miliar untuk mencapai kapasitas 30 juta ton hingga 2015. Dana tersebut akan dipakai untuk membangun pabrik di Sumatera dan Wilayah Pulau Jawa. Dengan penambahan pabrik baru itu, nantinya secara bertahap perseroan juga akan meningkatkan kapasitas produksi.
”itu sesuai dengan rencana jangka panjang perseroan dalam meningkatkan kapasitas produksi hingga ke level 30 juta ton,” ungkap Dwi Sutjipto, President Direktur Semen Gresik Tbk (SMGR) di Jakarta, Jumat (11/3).
Dwi menyebutkan penambahan kapasitas produksi secara bertahap itu, dengan menambah kapasitas 1,5 juta ton pada 2011. Dengan skeman itu, pada 2011 target kapasitas produksi sebanyak 20 juta ton akan tercapai. Selanjutnya, pada 2012 perseroan menargetkan kapasitas produksi mencapai 24 juta ton.

Gempa Jepang Perburuk Market

Koreksi indeks harga saham gabungan (IHSG) benar-benar tak tertahankan. Sejak perdagangan di buka, indeks langsung diterpa aksi profit taking. Itu terjadi menyusul memburuknya bursa global terutama indeks Dow Jones setelah rilis angka pengangguran membengkak.
Ketika indeks mencoba bergerak stabil, sentiment lebih dahsyat mencuat dari daratan negeri Matahari Terbit, Jepang. Negeri kaisar tersebut disapu Gempa bumi 8,9 skala richter (SR) dan segera direspon pasar secara negatif. Indeks Nikkei langsung anjlok dan menjalar secara luas pada bursa-bursa utama regional dan global. ”Double effect saya kira untuk menyebut kondisi pasar kemarin. Investor yang sudah memprediksi indeks tergerus ditambah lagi dengan gempa bumi yang disusul bencana Tsunami,” ungkap Purwoko Sartono, Research Analyst, Panin Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (11/3).

Thursday, 10 March 2011

Group Djarum Cengkram BCA Erat-erat

Performa saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terus menggeliat. Dalam beberapa pekan terakhir penguatan saham salah satu perbankan terbesar itu sangat menggoda investor. Tak ayal, saham perseroan menjadi prioritas utama pelaku pasar untuk dijadikan objek koleksi.
Di sisi lain, kinerja saham perseroan yang dahsyat tersebut didukung manajemen yang sangat rapi. Kondisi ini membuat investor yang rata-rata pelaku pasar asing percaya penuh dengan kinerja BCA. Mereka sepnuhnya percaya kalau BCA bakal memberikan imbal hasil sesuai dengan ekspektasi. Dan, kepercayaan investor ternyata dijawab cukup elegan oleh manajemen.
Dari sisi kapitalisasi pasar misalnya, perseroan telah menunjukkan diri dengan menyalip PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) pada urutan kedua dalam kapitalisasi pasar saham terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) per Februari 2011. Urutan pertama masih milik PT Astra International Tbk (ASII).

Badai Koreksi Bayangi Indeks

Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi belum beranjak dari bayang-bayang badai koreksi. Fluktuasi market yang mulai menyergap indeks rupanya menjadi hantu menakutkan pelaku pasar. Di samping itu, sejumlah valuasi harga sejumlah emiten mulai memasuki jenuh beli. "Indeks akan mengulasi gerakan serupa. Pasar masih bergerak tidak pasti sejalan situasi market global yang mulai labil," tukas Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst PT Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (10/3).
Aksi profit taking diprediksi juga masih akan berlanjut. Investor mulai skeptis dengan gejolak yang melanda Timur Tengah (Timteng). Pasang surut gejolak politik di Timteng itu memengaruhi psikologi investor untuk melanjutkan koleksi pada sejumlah saham. Mereka mengambil keputusan tepat dengan melakukan aksi jual sambil menunggu stabilitas market global. "Aksi jual masih tetap akan terjadi. Investor khawatir karena pola pasar cenderung menurun," imbuhnya.

PGN Percepat Pelunasan Utang USD 246,5 Juta

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) telah melakukan pelunasan utang sebelum masa jatuh tempo (voluntary prepayment) senilai USD 246,5 juta. Pelunasan itu dilakukan setelah mengantongi sindikasi perbankan yang dipimpin Standard Chartered Bank (SCB). Sejatinya, jatuh tempo utang itu terjadi pada 9 Desember 2012 mendatang.
Total pelunasan pinjaman sebesar USD 246,5 juta terdiri dari pembayaran bunga pinjaman sebesar USD 2,079 juta (untuk periode bunga 9 Desember 2010 – 9 Maret 2011) dan sisa pinjaman pokok sebesar USD 244,444 juta. Perseroan dan SCB menandatangani perjanjian Syndication Loan Agreement (SLA) sebesar USD 275 juta pada 25 November 2009 dengan bunga 3,1 persen per tahun plus LIBOR 3 bulan dan tenor selama tiga tahun. Sebanyak 19 bank domestik dan internasional tergabung dalam program sindikasi tersebut. "Sesuai dengan persyaratan perjanjian, kami dapat melakukan voluntary prepayment," ungkap Wahid Sutopo, Sekretaris Perusahaan PGAS di Jakarta, Kamis (10/3).

PTBA Tak Butuh Pinjaman Perbankan

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menargetkan volume penjualan sebesar 16,8 juta ton sepanjang 2011. Kondisi itu mengalami lonjakan proyeksi 23 persen dibanding edisi sebelumnya. Perseroan mengklaim, kondisi tersebut akan tercapai sealur dengan rencana peningkatan volume angkutan Kereta api (KA) dan produksi tambang. ”Ya, proyek kami sedang digarap. Kemungkinan untuk menambah volume tersebut sangat terbuka,” ungkap Sukrisno, President Direktur PTBA di Jakarta, Kamis (10/3).
Di samping itu, perseroan juga telah menandatangani kerjasama dengan PT Indonesia Power untuk PLTU Suralaya, serta PT PLN untuk pasokan PLTU Bukit Asam dan PLTU Tarahan. Total volume pasokan batubara ke PLTU Bukit Asam direncanakan sebesar 1,0 juta ton dengan harga Rp 575 ribu per ton pada kalori 5 ribu kcal per kilogram. Sementara untuk pasokan ke PLTU Tarahan sebesar 0,7 juta ton pada harga Rp 729,325 per ton. ”Kami juga telah menyepakati harga jual untuk kontrak tambahan dengan pihak PT PLN volume 1 juta ton per tahun,” imbuh Sukrisno.

Wednesday, 9 March 2011

Moment Tepat Aksi Profit Taking

Indeks harga saham gabungan (IHSG) nyaris menyudahi perdagangan di level 3600. Apresiasi indeks itu tidak lepas dari kondisi market global dan kondusifnya pasar domestik. Tak ayal, sejumlah sentimen itu membuat konfidensi investor melonjak dan mereka secara berkala masuk bursa.
Di pimpin investor asing, mereka masuk dan menyerbu pasar serta melakukan koleksi pada sejumlah saham unggulan. Ini tercermin dari aksi beli bersih (netbuy) asing mengalir deras ke jantung pasar domestik. Situasi itu menggoda investor lokal yang polanya masih labil dan sepenuhnya mengikuti gerakan trader asing ikut-ikutan melakukan hal serupa. "Merujuk mazhab Astronacci, situasi itu telah terpetakan sejak sebulan lalu. Dan, memang terbukti indeks menyentuh level 3600," tandas Gema Merdeka Goeyardi, Analis UOB Kay Hian Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (9/3).
Berdasar metode Astronacci itu, saat ini moment tepat untuk melakukan serangkaian aksi profit taking. Aksi profit taking bisa dilakukan baik untuk keseluruhan, sebagian untuk pelaku pasar yang menganut aliran short term trader. fluktuasi market akan memengaruhi volatilitas sejumlah saham dan berpeluang menghempaskan indeks meski dalam skema kecil. "Koreksi indeks sepertinya tipis saja. Tapi, sebaiknya trader melakukan profit taking saja," saran Gema.

AEI Jagokan 3 Calon Emiten BUMN IPO

Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) mendorong perusahan berlabel Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan initial public offering (IPO). Peluang subur itu setidaknya mencuat dari sektor PT Perkebunan Nusantara (PTPN), PT Angkasa Pura dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Dan, peluang itu sangat terbuka menyusul dari sektor perkebunan dan infrastruktur belum maksimal. "Masih banyak sektor yang bisa IPO tahun ini. Namun itu tergantng sepenuhnya pada good will pemerintah," tutur Airlangga Hartarto, Ketua Umum AEI, di Jakarta, Rabu (9/3).
Airlangga menyebutkan, calon emiten BUMN yang masuk bursa akan menggairahkan market. Dengan nilai market cap yang besar, tentu akan menyedot investor. Dan, representasi calon emiten yang bakal mendapat sambutan luas pasar itu seperti PT Perkebunan Nusantara, PT Angkasa Pura dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). "Kami berharap makin banyak lagi perusahaan-perusahaan BUMN yang mau listing dan masuk pasar modal. Terutama bagi BUMN di bidang infrastruktur," tambah Airlangga.

AKRA Bangun Terminal BBM USD 110 Juta

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) menginvestasikan belanja modal senilai USD 110 juta sepanjang 2011. Dana sebesar itu akan digunakan untuk mendanai pembangunan lima terminal Bahan Bakar Minyak (BBM). Dana investasinya diperoleh dari kombinasi kas internal dan pinjaman perbankan.
"Dana capex itu sebagian berasal dari dana internal, sementara sebagian dari pinjaman bank," ujar Harianto Adikusumo, Presiden Direktur, di Jakarta, Rabu (9/3).
Ia menambahkan, perseoran akan membangun terminal BBM di wilayah Bunto Baru dan Teluk, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Palembang, dan Bitung. Terminal BBM di Bunto Baru diperkirakan akan selesai pada tahun ini. Sedangkan terminal di Teluk Timbau akan diselesaikan pada tahun 2012. "Proyek-proyek ini sedang dalam penggarapan. Harapannya, tuntas sesuai dengan skenario awal," tambah.

Mudharat, AEI Tolak Asean Linkage

Asosiasi Emiten Indonesia menolak wacana integrasi pasar modal di wilayah ASEAN (ASEAN Linkage). Sikap tegas AEI itu disuarakan menyusul integrasi tidak akan berdampak maslahat bagi sejarah perjalan pasar modal Indonesia. Alih-alih berefek positif, justru dampak mudharatnya dinilai lebih mengancam. "Apa yang kita dapatkan dari Asean Linkage. Lebih banyak negatifnya dari pada positifnya," tukas Airlangga Hartarto, Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) di Jakarta, Rabu (9/3).
Integrasi pasar modal ASEAN itu sebut Airlangga, nantinya berpusat di dataran Singapura. Sebagai kiblat Asean Linkage, tentu negeri singa tersebut akan menangguk sejumlah keuntungan. Selanjutnya, potensi investor dan segala benefit yang dimiliki Indonesia akan eksodus ke negeri pulau tersebut. "Model dan polanya tidak jauh beda dengan pasar bebas yang menguntungkan China," tutur Airlangga.

Monday, 7 March 2011

Investor Asing Serbu Market

Performa indeks harga saham gabungan (IHSG) benar-benar menunjukkan keperkasaannya. Meski diawal-awal perdagangan sempat disapu koreksi, tetapi itu hanya berlangsung sesaat. Setelah itu indeks melenggang dengan mulus melewati angka 3560.
Gerakan indeks yang meyakinkan itu menggoda investor asing untuk turun gunung. Mereka secara perlahan masuk market dan melakukan akumulasi pada sejumlah saham perbankan. Tercatat investor asing melakukan akumulasi beli bersih (netbuy) senilai Rp 585,646 miliar. ”Ini efek domino dari kebijakan Bank Indonesia yang memarkir BI Rate dikisaran 6,75 persen. Makanya, bisa dilihat bagaimana saham-saham perbankan jadi objek aksi beli terutama investor asing,” tukas Cece Ridwan, analis Eko Capital, ketika dihubungi di Jakarta, Senin (7/3).
Cece menyebutkan terdongkraknya indeks memang tidak lepas sepenuhnya dari kondisi dalam negeri yang kondusif. Nilai tukar rupiah juga masih cukup menjanjikan. Ekspektasi laporaran keuangan perusahaan menunjukkan gejala positif. Itu menandakan pertumbuhan indeks sepanjang 2010 yang signifikan dan sepenuhnya lepas dari 'bubble'. "Ekspektasi kinerja emiten telah begitu nyata dan itu mendorong pelaku pasar mulai mengambil kuda-kuda untuk memformulasikan investasi pada saham-saham dengan prospek cerah,” imbuhnya.

Tingkatkan Likuiditas, Lancarkan Aksi Rights Issue

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), berencana menambah saham kepemilikan publik dengan mekanisme rights issue. Perusahaan hasil merger PT Chandra Asri dengan PT Tri Polyta Indonesia Tbk, (POLY) itu dperkirakan menambah porsi saham kepemilikan publik antara 15-25 persen. Peningkatan itu dilakukan guna meningkatkan likuiditas perseroan. ”Skemanya kita masih persiapkan. Entah bentuk finalnya nanti seperti apa belum bisa dijelaskan secara rinci. Yang pasti penambahan itu untuk meningkatkan likuiditas di market,” ujar Suryadi, Direktur Chandra Asri Petrochemical, di Jakarta, Senin (7/3).
Suryadi malanjutkan penambahan saham publik itu siap digeber tahun ini. Manajemen tengah mematangkan rencana penambahan saham ke publik tersebut. Nanti, kalau rencana itu telah jelas maka akan diikuti dengan tahapan berikutnya. ”Ya, tunggu saja. Pasti kita infokan,” imbuhnya.

Thursday, 3 March 2011

BCA Gusur Telkom

Posisi PT Astra International Tbk (ASII) belum tergoyahkan sebagai pemangku kapitalisasi pasar terbesar di lantai bursa efek indoensia (BEI). Justru posisi PT Telekomonikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang selama ini tercatat sebagai seteru abadi Astra harus tergeser. TLKM harus puas di posisi ketiga setelah disalip oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Berdasarkan data dari BEI, saham BBCA mencatatkan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 153,77 triliun di bawah ASII senilai Rp 210,71 triliun. Sementara TLKM di tempat ketiga senilai Rp 150,19 triliun diikuti PT Unilever Tbk (UNVR) senilai Rp 123,60 triliun dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 120,56 triliun.
Lengsernya Telkom memang sudah bisa ditebak. Sebab, dari sisi kondisi industri itu berseberangan dengan industri perbankan. Di mana pada 2011, sektor perbankan secara indutri lebih menjanjikan. ”Ini efek membaiknya kondisi perbankan dari pada industri telekomunikasi,” tandas Jeff Tan, Analis Sinarmas Sekuritas, di Jakarta, Kamis (3/3).
Industri telekomunikasi sedang mengalami dilusi menyusul persaingan ketat. Hal itu sudah tercermin dari minimnya pertumbuhan kinerja Telkom sepanjang 2010 dan laba Indosat yang tergerus cukup dalam. ”Indosat kelabakan. Labanya terkoreksi sangat tajam,” imbuh Jeff Tan.

Air Asia Siap Mengikuti Jejak Garuda

Pendaratan kurang mulus PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tak menyurutkan perusahaan sejenis menuju lantai bursa efek indonesia (BEI). Buktinya, PT Indonesia Air Asia (IAA) bakal melakukan langkah serupa. IAA memantapkan diri melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada kuartal empat 2011.
Dalam hajatan itu, perseroan menargetkan meraup dana antara USD 150–200 juta. Dana hasil IPO itu akan digunakan untuk ekspansi. Diantaranya pembelian pesawat baru, memperkuat modal dan kegiatan operasional jangka panjang, meningkatkan modal kerja perusahaan, dan memberikan kesempatan bagi karyawan dan public untuk menjadi pemegang saham. ”Rencana ini sudah matang,” ujar Dharmadi, Direktur Utama IAA, di Jakarta, Kamis (3/3).
Saat ini IAA memiliki 20 pesawat mayoritas sewa dan sedang dalam tahap pembelian 5 pesawat baru mulai awal tahun 2011 ini. Dari 20 pesawat yang ada, 16 unit di antaranya jenis Airbus dan sisanya Boeing. Perseroan menargetkan 30 pesawat hingga 2015. ”Perseroan telah menunjuk lead underwriter atau penjamin emisi yaitu Credit Suisse dan CIMB Sekuritas untuk membantu dalam aksi perseroan ini,” imbuh Dharmadi.

Tunggu Skema BI Rate

Indeks harga saham gabungan (IHSG) sukses parkir di zona hijau. Penguatan indeks itu sekaligus membalik prediksi analis yang menyebut indeks sepenuhnya berada di bawah kungkungan badai koreksi. Bahkan, rebound yang dialami indeks tersebut melebihi ekspektasi pelaku pasar setelah bertengger nyaris di atas level 3500.
Indeks pun diprediksi pada perdagangan hari ini digadang-gadang bakal mengulangi hal serupa. Peluang itu sangat terbuka menyusul sejumlah sentiment positif yang diramalkan bakal menyuburkan penguatan indeks. Salah satu sentiment terkuat adalah ekspektasi pengumuman suku bunga acuan (BI Rate) yang bakal dirilis hari ini. Ekspektasinya BI Rate sesuai dengan keinginan investor dan tidak kontraproduktif dangan fakta.
”Secara teknikal indeks masih akan melanjutkan penguatan. Itu menyusul sentiment positif yang masih memihak perjalanan indeks sepanjang perdagangan,” ungkap Jeff Tan, analis Sinarmas Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (3/3).

Wednesday, 2 March 2011

Investor Tanggalkan Transaksi

Indeks harga saham gabungan (IHSG) terlempar dari level 3500. Itu terjadi setelah dalam perdagangan kemarin, investor secara bergelombang melenggang meninggalkan lantai bursa. Mereka memilih menahan diri sambil menunggu situasi normal. "Melihat gejala yang mencuat sepertinya investor disergap rasa cemas. Karena itu, kemungkinan besar indeks hari ini akan tetap melanjutkan koreksi," ungkap Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst Prosperindo Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (2/3).
Billy menyebutkan pelemahan indeks itu terlihat dari performa sepanjang perdagangan kemarin yang berlangsung kurang meyakinkan. Efeknya, indeks tidak bisa mempertahankan rekor baru diangka 3500. Alih-alih melewati angka 3500, mengamankan posisi resistence di bawah level itu indeks tidak sukses. "Ini yang membuat investor pikir untuk kembali pasar," imbuh Billy.

Bursa Opitimistis Kinerja Emiten Positif

Otoritas bursa mengklaim laporan keuangan emiten sepanjang 2010 bakal positif. Itu sejalan dengan kondisi perekonomian yang mengalami pertumbuhan secara signifikan. Dengan fakta itu, pihak bursa meramalkan kinerja emiten-emiten 2010 yang segera tuntas bulan ini akan lebih baik dibanding laporan keuangan 2009.
"Anda bisa melihat bagaimana Astra sukses mencetak sejarah dalam laporan keuangan 2010. Itu akan diikuti oleh emiten lain yang punya potensi sama,” ungkap Ito Warsito, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Rabu (2/3).
Ito menjelaskan membaiknya kinerja laporan keuangan emiten memantik pertumbuhan pasar domestic. Itu terlihat dari kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mengalami apresiasi hingga 46 persen. Fakta itu sekaligus mementahkan ramalan yang menyebut kenaikan indeks bersifat 'bubble'. ”Fakta ini cukup jelas memberi gambaran kepada investor untuk memasuki pasar dalam negeri dengan mantap,” imbuh Ito.

Investor Bingung Urus Saham Telantar

PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) mengantongi koleksi saham telantar sebesar 29,826 juta lembar atau 0,12 persen. Saham sebesar itu berarti 25,13 miliar lembar dari total saham yang ditempatkan dan disetor penuh. Dengan harga saham BNGA Rp 1.730 per lembar, maka total saham tak bertuan itu mencapai Rp 51,598 miliar.
Saham BNGA yang terlantar secara kepemilikan jumlahnya dominan, setara 6.779 pemilik (60,88 persen) dari total investor Bank CIMB Niaga yang tercatat, 11.135 pemilik. "Persoalan ini sejatinya tidak perlu terjadi kalau terjadi dialog antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Kami sudah melakukan upaya untuk mengatasi itu, tetapi respon dari investor yang bersangkutan tidak sesuai ekspektasi,” ungkap Lydia Wulan Tumbelaka, Compliance, Corporate Affairs & legal Director Bank CIMB Niaga (BNGA), di Jakarta, Rabu (2/3).

Tuesday, 1 March 2011

Awas, Garuda Jatuh Kepangkuan Asing

Kinerja saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) terus melorot. Pada penutupan perdagangan kemarin kembali terkoreksi 10 poin (1,89 persen) ke posisi Rp 520. Itu artinya, hingga detik ini saham GIAA telah tergerus 30 persen sejak listing perdana pada harga Rp 750 per lembar awal Februari lalu.
Kondisi tersebut menyimpan bahaya. Salah satunya adalah rawan dikuasai asing. Itu terjadi apabila tidak ada aksi penyelamatan dari semua pihak. Asing akan masuk sebagai pengendali kalau saham GIAA terus terjun hingga ke titik terendah. ”Sedih saya membayangkannya kalau emiten BUMN jatuh ke pangkuan tangan asing. Ini harus ada skema penyelamatan,” ujar Faisal Basri lewat akun twitternya @faisalbasri belum lama ini.

Indika Caplok MBSS Pasca Listing

PT Indika Energy Tbk (INDY) dipastikan mencaplok PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS). Itu terjadi menyusul option agreement yang telah disepakati pada 26 November 2010 lalu. Merujuk perjanjian itu, INDY akan melakukan eksekusi 180 hari atau enam bulan pasca MBSS listing di lantai bursa efek Indonesia (BEI).
Berdasar option agreement itu, INDY menguasai dan membeli 51 persen saham milik PT Patin Resources, Patricia Pratiwi Suwati Prasatya, dan Ingrid Ade Sundari Prasatya. Pembelian dilakukan melalui eksekusi hak (opsi beli), Indika akan membeli saham pada harga 5 persen lebih tinggi atau rendah dari harga perdana saham (IPO) MBSS. ”Perjanjiannya telah ditandatangani. Saat ini kami sedang fokus IPO,” ucap Patricia Pratiwi Suwati Prasatya, Direktur Utama MBSS, di Jakarta, Selasa (1/3).
Patricia menambahkan, membeli saham milik Patin Resources sebanyak 981,265 juta lembar. Indika juga membeli saham milik Patricia Pratiwi Suwati Prasatya dan dan Ingrid Ade Sundari Prasatya punya masing-masing 275 juta lembar. "Ini menjadi petanda baik bagi kelangsungan perusahaan ke depan. Apalagi tantangannya tidak ringan pasca listing,” tukasnya.

Banderol IPO MBSS Tak Ramah Investor Ritel

PT Mitra Bahtera Segara Sejati (MBSS) menawarkan harga saham perdana (Initial Public Offering/IPO) sebesar Rp 1.500-1.900 per saham. Total dana yang akan diperoleh dari IPO itu antara Rp 322,5 miliar hingga Rp 408,5 miliar. Dalam hajatan itu, MBSS akan melepas 215 juta saham ke publik atau setara dengan 12,3 persen dari total saham perseroan.
Dana perolehan IPO akan digunakan untuk membeli 20-30 kapal tunda, tokang dan floating crane. Perseroan akan membeli kapal tunda dengan kekuatan 1.200-2.800 HP, kapal tongkang dengan kapasitas 270-365 feet dan floating crane dengan kapasitas 20 ribu-45 ribu ton per hari. ”Saya rasa harga tersebut terlalu kemahalan melihat fluktuasi pasar saat ini,” ungkap Reza Priyambada, Managing Research PT Indosurya Asset Managemet, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (1/3).
Reza menyebutkan harga penawaran saham perdana yang ditawarkan sekitar Rp 1.500-Rp1.900 juga tergolong berani untuk industri pelayaran. Selain itu, pelaku pasar juga kadang kurang yakin dengan industri pelayaaran. ”Jelas melihat kondisi saat ini, investor ritel tidak akan mampu menyerap harga IPO tersebut,” ucapnya.