Thursday, 28 April 2011

Bapepam Belum Rancang Sanksi


Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) memilih opsi menunggu kelanjutan kasus pembobolan deposito Elnusa yang ditempatkan di Bank Mega. Itu dilakukan menyusul kasus tersebut tengah diperiksa aparat ke polisian. ”Kita tunggu hasil pemeriksaan kepolisian. Aparat tengah mendalami kasus itu hingga tuntas,” tutur Nurhaida, Ketua Bapepam-LK di Jakarta, Kamis (28/4).
Selain itu, Bapepam juga tidak akan melakukan pemanggilan kepada Bank Mega (MEGA) selaku emiten, terkait penggelapan dana deposito Elnusa ELSA sindikat senilai Rp 111 miliar. Sebagai gantinya, Bapepam hanya menantikan hasil pemeriksaan kepolisian. ”Skema sanksi bisa kita jatuhkan kalau hasil pemeriksaan kepolisian sudha rampung,” ulasnya.

Tuesday, 26 April 2011

Metland Bangun Condotel Rp 88 Miliar


PT Metropolitan Land bakal membangun hunian berbintang tiga di Seminyak, Bali. Hotel Horison yang dibangun di tengah keramaian wisata pantai double six itu diklaim sangat ditunggu-tunggu konsumen. Karena itu, perseroan telah menyiapkan dana segar senilai Rp 88 miliar guna memuluskan rencana besar tersebut. ”Sumber pendanaan kami ambil dari hasil Initial Public Offering (IPO) yang dilakukan dalam waktu dekat,” ungkap Wahyu Sulistio, General Manager Corporate Communication Metland, di Jakarta, Selasa (26/4).
Harga kondotel seminyak dibanderol mulai dari Rp 600 jutaan. Dengan harga itu, pengembang memberikan income guarantee sebesar 24 persen untuk masa 3 tahun pertama sejak masa operasional. Selain Hotel Horison Seminyak, pada 2011 Metropolitan Land memiliki enam proyek baru lainnya seperti pusat perbelanjaan, hotel bintang tiga dan bintang empat serta beberapa properti yang berstatus strata-title. Semua proyek baru itu sudah mulai dikembangkan dan dalam tahap konstruksi. ”Metland juga memiliki komitmen untuk menyelesaikan proyek-proyeknya tepat waktu,” imbuh Wahyu.

Bapepam-LK Pantau Kasus Elnusa-MEGA


Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) terus memantau seputar kasus PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT Bank Mega (MEGA). Sebab, hilangnya dana Rp 111 miliar itu tidak sekadar merugikan kedua pihak tetapi mencoreng citra perusahaan terbuka yang dikesankan profesional dan transparan. "Kami terus pantau kasus ini secara intensif khususnya terkait dengan penerapan prinsip keterbukaan informasi," ungkap Nurhaida, Ketua Bapepam-LK, di Jakarta, Selasa (26/4).
Merujuk regulasi Bapepam LK nomor X.K.1 tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik, emiten tidak boleh main-main. Apalagi, kedua emiten yang dibekap kasus itu merupakan perusahaan ternama dan ELSA adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Ya, mereka harus patuh pada regulasi," tukas Nurhaida.
Sementara mengenai Bank Mega yang tidak mau bertanggungjawab, Nurhaida menandaskan Bank Mega harus memberi alasan yang tegas dan kuat. Itu penting agar tidak memperkeruh situasi di tengah-tengah masyarakat. "Hari ini kami desak MEGA mempertegas penjelasan tertulis lebih rinci," imbuhnya.

Indeks Jalani Episode Negatif


Episode buruk terus membayangi Indeks harga saham gabungan (IHSG). Tercatat dua hari beruntun indeks dipaksa parkir di zona negatif. Itu terjadi menyusul eksodusnya investor asing setelah market global bergerak volatile. ”Indeks berada di bawah tekanan dan bergerak tidak pasti. Itu wajar karena sudah mengalami apresiasi beberapa hari terakhir,” ungkap Reza Priyambada, Managing Research PT Indosurya Asset Management, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (26/4).
Selanjutnya sebut Reza, indeks masih akan mengalami koreksi sepanjang 2-3 hari ke depan. Deraan pelemahan itu akan dimanfaatkan investor untuk mengatur strategi sebelum melakukan aksi beli. Setelah ada indikasi membaik, secara bergelombang investor akan enyerbu pasar dan memberondong saham bluechip sebagai objek koleksi. ”Saat itulah, indeks akan terkena efek domino dan berpotensi mengalami rebound,” tandas Reza.

Tuesday, 19 April 2011

Selangkah Lagi Metropolitan Ramaikan Bursa


PT Metropolitan Land, anak usaha Grup Ciputra dipastikan menjejak lantai Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam hajatan Initial Public Offering (IPO) itu, perseroan bakal melepas sebanyak 2,273 miliar lembar (30 persen) saham ke publik. Dan, rencana itu akan dilangsungkan pada 13 Mei mendatang.
Dengan rencana itu, Metropolitan Land diperkirakan meraup dana sebanyak Rp 800 miliar hingga Rp 1 triliun. Dana hasil penawaran umum itu akan dipakai untuk sejumlah aksi korporasi. Misalnya, sebanyak 48,5 persen akan dipakai untuk pembangunan Metropolitan Grand Mall, sebanyak 5,25 persen untuk pembangunan M-Gold Residence, sekitar 13 persen untuk pembangunan Hotel Horison Bekasi Ekstension, sementara sisanya 10 persen untuk penyertaan modal pada PT Sumbersentosa Guna Lestari.

Cermati Emiten Tebar Pesona


Tidak sedikit emiten yang tercatat di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya giat membangun pencitraan. Pembangunan pencitraan ini sejatinya tidak begitu jelek tetapi juga tidak baik. Karenanya, investor agar lebih cermat menilai hal itu karena belum tentu komitmen dan kesehatan emiten tersebut sesuai dengan yang dicitrakan.
Indikator tebar pesona itu terlihat dari riset yang dilakukan perusahaan Risk Management, Reinsurance, dan Human Capital Consulting, AON Corporation, pada 2010 dan 2011. ”Kurang lebih sama hasil risetnya,” ungkap Deddy Jacobus, Sekretaris Jenderal Asosiasi Praktisi Manajemen Resiko (APMR), di Jakarta, Selasa (19/4).
Hasilnya adalah bahwa rata-rata beberapa perusahaan yang menjadi responden di Indonesia dari total 200 responden perusahaan global, levelnya masih jauh dari harapan. Rata-rata perusahaan baru level satu dan dua yaitu Inisiasi dan Involving dari lima level yang ada. ”Perusahaan luar sudah banyak yang sampai level 5 atau advance,” imbuhnya.

Indeks Seksi, Investor Asing Mati Gaya


Memburuknya ekonomi AS membuat pasar domestik semakin seksi. Itu menyusul sejumlah investor asing membelokkan modalnya ke dalam negeri. Mereka mengambil opsi eksodus dari negara asalnya untuk menyelematkan portofolio tetap likuid.
Bergelombangnya investor asing masuk pasar domestik cukup beralasan. Itu sejalan dengan keputusan standard & poor's (S&P) menurunkan peringkat AS. Hal tersebut memicu dana masuk ke kawasan emerging market (negara berkembang) semakin deras. "Ini yang membuat market Indonesia semakin menarik dan menjadi tujuan investasi,” ungkap Billy Budiman, Head Of Tecnical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (19/4).

Monday, 18 April 2011

Kupon Obligasi MTF Tak Terjebak Benchmark


Perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor, PT Mandiri Tunas Finance (MTF), menerbitkan obligasi senilai Rp 600 Miliar. Obligasi yang terbagi dalam empat seri itu dibanderol dengan kupon bunga dikisaran 8-11,15 persen. Sementara tenornya ditetapkan mulai 370 hari hingga 4 tahun. “Kami tidak menggunakan benchmark dan spread. Itu karena bergerak sangat fluktuatif,” tutur Dadang Suryanto, Direktur Investment Banking PT Mandiri Sekuritas, selaku penjamin emisi, di Jakarta, Senin (18/4).
Empat seri obligasi MTF itu antara lain seri A bertenor selama 370 hari dengan kupon bunga berkisar 8-8,75 persen per tahun. Sementara seri B bertenor 2 tahun dengan kupon bunga 9-9,75 persen per tahun. Kemudian seri C, bertenor 3 tahun memiliki kisaran kupon bunga 9,25-10,25 ersen per tahun. Sedangkan seri D bertenor 4 tahun, memiliki kupon 10,5-11,15 persen per tahun.

Indeks Coba Keluar Tekanan


Indeks harga saham gabungan (IHSG) tidak bisa mengelak dari arus negatif bursa global. Indeks yang pada akhir pekan lalu sukses bertengger di area positif, dipaksa parkir di zona merah. Sentimen negatif market global itu diramalkan masih akan membayangi gerakan indek pada perdagangan hari ini. ”Paling banter indeks akan bergerak mixed sambil menunggu gairah bursa global,” ungkap Ukie Jaya Mahendra, Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), ketika dihubungi di Jakarta, Senin (18/4).
Ukie menyebutkan laporan keuangan emiten kuartal pertama diharapkan mencatatkan hasil positif. Itu akan memberi dampak signifikan pada akselerasi indeks. Indeks masih akan mix (fluktuasi). Market wait and see. Karenanya, UKie memerediksi, pada perdagangan hari ini indeks akan bergerak fluktuatif dengan kisaran support-resistance 3.697-3.745. ”Saham Asra International (ASII) masih menjadi penyumbang utama indeks,” imbuhnya.

Jaya Agra Bidik Dana IPO Rp 1 Triliun


Rencana go public PT Jaya Agra Wattie terus dimatangkan. Itu sejalan dengan penunjukan underwriter guna memuluskan langkah melantai di bursa efek indonesia (BEI). Kalau tak ada aral melintang, perseroan dipastikan menuju ke papan pencatatan pada Juni mendatang. "Masih dalam pembahasan rencana itu. Tetapi, paling banter Juni," ungkap Bambang S Ibrahim, Direktur Keuangan PT Jaya Agra Wattie, di Jakarta, Senin (18/4).
Bersama OSK Nusadana Securities dan Mandiri Sekuritas (CC) yang ditunjuk merancang rencana initial public offering (IPO) itu, perseroan sudah memasukkan proposal ke badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan (Bapepam-LK). Dan, pernyataan efektif dari Bapepam-LK itu diperkirakan meluncur pada 18 Mei mendatang. "Sepertinya begitu. Mudah-mudahan cepat tuntas," lanjut Bambang.

Holcim Maksimalkan Pasar Domestik


PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) bakal meningkatkan kapasitas produksi hingga ke level 10 juta ton. Peningkatan itu dilakukan menyusul membeludaknya permintaan akan semen nasional. Meningkatnya permintaan itu seiring membaiknya perekonomian nasional.
”Permintaan semen terus meningkat. Sementara suplay tidak memedai untuk memenuhi permintaan tersebut,” ungkap Rusli Setiawan, Relationship Management Director PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB), di Jakarta, Senin (18/4).

Friday, 15 April 2011

Investor MNCN Ketar-ketir


Investor PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) menghadapi ketidakpastian. Itu menyusul babak baru sengketa dua pihak yang menghadirkan Siti Hardianti Rukmana (Tutut) sebagai pemilik MNC TV (TPI) atas Hary Tanoesoedibjo. Mereka khawatir konflik dua bos tersebut berdampak pada keutuhan aset perseroan.
Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Haryajid Ramelan, mengatakan kemenangan Tutut di sidang tahap awal, mulai dikhawatirkan pada penarikan aset atau tidak lagi terkonsolidasi kepada MNCN. Sehingga, pelaku pasar mulai menilai aspek fundamental, teknikal, dan juga dari sisi hukum untuk menentukan arah investasi selanjutnya. Dalam jangka pendek, saham MNCN masuk kategori penuh ketidakpastian. ”Ya, dampaknya dalam jangka pendek saham perseroan diperkirakan akan terjadi koreksi signifikan,” tutur Haryajid, di Jakarta, Jumat (15/4).

Wednesday, 13 April 2011

Tambah Kapasitas Produksi 90 ribu Ton


PT International Nickel Tbk (INCO) bakal meningkatkan kapasitas produksi nikel menjadi 90 ribu metrik ton per tahun. Penambahan kapasitas itu, sejalan dengan proses optimalisasi fasilitas produksi Sorowako yang dimulai akhir 2011. Dalam tempo lima tahun ke depan, rencana itu bakal melebihi angka saat ini dikisaran 73 ribu metrik ton per tahun. "Proses produksi ini akan kami lancarkan dalam waktu dekat. Harapannya, bisa terwujud pada 2015 mendatang," ujar Tony Wenas, Direktur Utama INCO, di Jakarta, Rabu (13/4).
Tony menjelaskan, proses peningkatan produksi itu meliputi optimalisasi fasilitas produksi Sorowako. Di mana di dalam proses itu termasuk peningkatan pekerjaan tungku pembakaran (furnace) yang akan dimulai pada akhir 2011. Perseroan juga akan melakukan penambangan nikel di semua lokasi. Tidak terkecuali pada lokasi tambang baru dengan cara bersamaan atau simultan, tidak secara konvensional seperti yang dilakukan saat ini. "Proyek ini sudah dalam tahap akhir, implementasinya tahun ini dan tinggal menunggu persetujuan pemerintah," ulasnya.

Mandiri Sekuritas Rambah Online Trading


Sepanjang 2011 PT Mandiri Sekuritas (CC) membidik 4 perusahaan sebagai penjamin emisi Initial Public Offering (IPO). Targget itu masih sangat realistis mengingat situasi market masih memungkin. Apalagi, sepanjang kuartal pertama, perseroan telah menjadi penjamin emisi IPO PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS)."Kita targetkan bisa menghandle 3-4 perusahaan lagi,” ungkap Ridwan Pranata, Direktur Head of Online Trading, di Jakarta, (13/4).
Selain IPO, sambung Ridwan, Mandiri Sekuritas juga akan menangani beberapa obligasi. Hanya saja, pihaknya belum bisa mengatakan berapa jumlah obligasi yang dihandle dan berapa banyak. "Terakhir yang kami tangani obligasi PT Federal International Finance (FIF)," ujarnya.

Fluktuasi Market Sandera Gerak Indeks


Fluktuasi masih akan menyandera gerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada lanjutan perdagangan hari ini. Itu yang membuat indeks tidak terlalu bergerak impresif. Indeks akan bergerak mixed dengan kecenderungan menguat, mengantisipasi keluarnya data-data ekonomi global. “Secara teknikal penguatan masih akan berlangsung. Namun, indeks masih akan bergerak volatile dengan kecenderungan menguat,” ungkap Purwoko Sartono, analis PT Panin Sekuritas, di Jakarta, Rabu (13/4).
Sejumlah data-data ekonomi global, terutama AS telah mulai dirilis. Pelaku pasar akan cenderung mengambil opsi wait and see, sebelum menentukan langkah lanjutan apakah akan kembali melakukan pembelian atau penjualan. Jika melihat secara teknikal, beberapa saham-saham unggulan memang masih berada pada level harga yang dianggap murah, paska penurunan beberapa hari lalu.

Tuesday, 12 April 2011

Kantongi Izin, BTEL Serbu GSM


PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) mengantongi izin prinsip penyelenggaraan seluler (GSM). Itu terjadi setelah perseroan mendapat persetujuan melalui Kepmenkominfo No. 130/KEP/M.KOMINFO/4/2011. Dengan fakta itu, BTEL memastikan diri terjun dalam ranah bisnis dengan segmen GSM.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenkominfo Gatot S. Dewa Broto mengatakan pemberian izin pengoperasian GSM kepada BTEL disertai pengenaan kewajiban pembangunan kepada operator tersebut. Diantaranya, BTEL diminta menyediakan kantor dan instalasi perangkat, pusat pengendali jaringan minimal satu unit, dan prasarana pendukungnya. Operator seluler baru itu juga harus menggunakan produk dalam negeri bersertifikasi Kemenkominfo, dan menyediakan infrastruktur pendukung yang terkait dengan pihak ketiga. ”Ini sebagai konsekuensi logis dari terbitnya izin itu kepada perseroan," ujar Gatot.

Volatile, Investor Under Pressure


Gerak Indeks harga saham gabungan (IHSG) menemui batu sandungan. Pelaku pasar pun mulai menyadari kemungkinan terburuk yang bakal menyeruak dari market. Opsi aksi profit taking menjadi jalan terbaik untuk menghindari memburuknya pasar. Apalagi, indeks belakangan telah mengalami apresiasi signifikan. "Saya ramalkan indeks bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah," ucap Purwoko Sartono, Research Analyst Panin Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (12/4).
Kecenderungan melempemnya indeks itu diperkuat dengan lembeknya harga minyak mentah dunia. Efeknya, saham-saham berbasis komoditas akan tersudut dan terkoreksi. Selanjutnya, pelaku pasar akan melakukan aksi profit taking sebelum indeks anjlok di bawah posisi 3700. "Jeratan aksi profit taking kemarin lumayan deras. Netsell asing juga relatif tinggi," imbuhnya.

Laba Tergerus, Saham Tempo Media Jadi Obyek Gorengan


Saham PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) mulai digoreng hingga melonjak naik 10 persen pada perdagangan di bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (12/4). Saham TMPO pada perdagangan hari ini sempat menyentuh harga tertinggi Rp 99 per saham dari harga sebelumnya Rp 85 per saham. Sedangkan hingga penutupan perdagangan hari ini bertengger di level Rp 90 per saham alias naik 5 poin.

Luncurkan Indeks Syariah, Edukasi Kyai


Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali merevisi rencana penerbitan indeks syariah. Sebelumnya digadang-gdang bakal mentas pada medio April, ternyata diundurkan ke penghujung April. Itu dilakukan menyusul belum rampungnya persiapan peluncuran tersebut. Dan, hingga saat ini rencana itu telah mencapai 90 persen.
Dakam peluncuran pada 27 April 2011, setidaknya berisi 209 saham berkatagori syariah. Meluncurnya indeks syariah ini, diharap mendobrak dan memperjelas pandangan investor yang masih terbelah antara halal dan haram. Sebab, jamak berkembang di tengah masyarakat, investor memandang bermain saham sevara hitam putih. "Kita telah mengambil waktu yang tepat dan tidak akan mundur lagi,” tukas Friderica Widyasari Dewi, Direktur Pengembangan BEI di Jakarta, Selasa (12/4).

Sunday, 10 April 2011

BSDE Incar Penjualan Rp 4 Triliun


PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), sepanjang 2011 mematok marketing sales sebesar Rp 4 triliun. Guna memuluskan langkah itu, perseroan bakal meluncurkan 10 sub-cluster. Peluncurkan hunian teranyar itu merupakan bagian integral pengembangan BSDE City tahap dua.
Sub-Kluster yang akan diluncurkan itu menyasar segmen menengah. Dimana harganya dibanderol di kisaran Rp 600 jutaan hingga Rp 3 miliaran per unit. “Kami tetap memberikan yang terbaik bagi kalangan menengah. Di mana mereka selalu mencari nilai lebih dari investasi termasuk rumah,” ungkap Harry Budi Hartanto, Direktur Utama, BSDE di Jakarta, akhir pecan lalu.

Serbuan Investor Asing Menguat


Tren kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan berlanjut pada periode triwulan kedua 2011. Berbagai indikator domestik maupun global masih menunjukkan tanda-tanda penguatan (uptrend).
Analisa berbasis makro ekonomi, fundamental maupun teknikal tampaknya masih cukup kuat untuk mendorong Indeks terus menanjak pada periode April-Juni 2011. Bahkan, hingga ppenghujung tahun. "Dari sudut pandang makro ekonomi, tren penguatan di pasar modal kelihatannya masih uptrend, belum menunjukkan tanda-tanda pembalikan arah," ujar Siswa Rizali, analis pasar modal di Jakarta, akhir pekan lalu.
Salah satu indikator yang digunakan Rizali adalah terus meningkatnya porsi investasi asing pada produk Surat Utang Negara (SUN). Saat ini, kepemilikan asing pada SUN mencapai lebih dari Rp 200 triliun. "Jumlah itu jauh lebih besar dari kepemilikan investor domestik. Kepemilikan institusi perbankan terus menurun ke sekitar Rp 50 triliun, hampir sama dengan nilai kepemilikan mutual fund padaSUN. Kepemilikan asuransi dan dana pensiun berkisar pada kisaran Rp 120-125 triliun. Data ini menunjukkan asing masih mempercayai peluang investasi di Indonesia," tambahnya.

Saturday, 9 April 2011

Marak Aksi Goreng Saham, Jumlah Investor Stagnan


Judul Who Wants To Be A Smiling Investor
Penulis Lukas Setia Atmaja dan Thomdean
Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan Pertama Februari 2011
Tebal VII +229 Hal
Dunia investasi khususnya saham masih asing di tengah masyarakat. Jangankan masyarakat awam, kalangan berduit pun tidak dijamin mengerti dan paham betul praktik industri pasar modal. Ini yang membuat dunia saham masih dipandang sebelah mata. Efek turunannya, jumlah investor domestik masih jauh dari ekspektasi. Di mana hingga detik ini, jumlah investor yang tercatat belum menyentuh angka 1 juta. Alih-alih mencapai angka 1 juta investor, setengahnya saja masih jauh panggang dari api. Jumlah investor domestik itu, masih ketinggalan jauh bila dibanding dengan Negara tetangga.
Dengan Malaysia dan Singapura misalnya. Malaysia dan Singapura sudah menyentuh angka jutaan investor. Padahal, dilihat dari sumber daya manusia (SDM), kedua Negara tersebut kalah jauh. Tetapi, mereka efektif dan aktif serta melek akan dunia pasar modal.
Di samping itu, jumlah emiten di Negara-negara tetangga juga lebih bergairah melantai di bursa. Jumlah emiten di lantai bursa dalam negeri berada di urutan kedua terendah di Asia sebanyak 421 emiten di atas bursa Filipina sebanyak 254 emiten. Jumlah emiten di negara tetangga, Malaysia, bahkan sudah lebih dari 900 perusahaan dan Jepang mencapai 2 ribu perusahaan. Bursa India menduduki peringkat pertama dihuni oleh 5 ribu emiten.

Thursday, 7 April 2011

Siap Pasok Baja Ke Jepang


Jejak rekam saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) di lantai bursa efek indonesia (BEI) sangat positif. Terbukti kemunculan emiten pelat merah itu terus menjadi buruan investor. Bahkan, sejak kali pertama listing di lantai bursa sudah membikin ‘heboh’ pelaku pasar.
Berkaca dari sukses itu, manajemen sudah merancang strategi baru. Mereka menyiapkan skema dan berancang-ancang untuk melakukan hal serupa. Kali ini perseroan menyiapkan salah satu anak usahanya untuk melakukan initial public offering (IPO). Rencana IPO anak usaha itu, ditarget meluncur pada tahun ini. ”Tunggu saja paling November bisa diwujudkan,” ujar Fazwar Bujang, Direktur Utama KRAS, di Jakarta, Kamis (7/4).

PTPP Kantongi Kontrak Baru Rp 3,087 Triliun


PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) meraih kontrak baru senilai Rp 3,087 triliun hingga akhir Maret 2011. Tahun ini, perseroan menargetkan total order book Rp 22,360 triliun. Kontrak baru tersebut berasal dari 7 proyek. ”Memang betul kami telah mencapai progres demikian,” ucap Tumiyana, Direktur Keuangan PTPP, di Jakarta, Kamis (7/4).
Tujuh proyek baru itu sambung Tumiyana, diantaranya berasal dari Combine Cycle Power Plant 3x40 MW Rp 890 miliar, Hydroelectric Power Plant 88 MW Rp 1,150 triliun, Gas Turbine Power Plant 65 MW Rp 600 miliar, Tol Rp 117 miliar, Donggi-Senoro Rp 220 miliar, Terrace Hotel Bali Rp 42 miliar, Siloam Hospital Rp 41 miliar dan proyek Drainase di Aceh Rp 27 miliar.

Monday, 4 April 2011

Giliran Mandiri Depak Pos Telkom


PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) terlempar dari zona tiga besar. Memburuknya kinerja perseroan sepanjang 2010, dituding sebagai biang kerok. Efeknya, nilai kapitalisasi pasar perseroan tergerus ke level terendah. Alih-alih berduel dengan PT Astra International Tbk (ASII) sebagai penguasa nilai kapitalisasi pasar terbesar, mengamankan peringkat tiga terbesar tidak becus.
Telkom pun harus out dari peta persaingan setelah di take over PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). BMRI menempati pos yang ditinggal Telkom setelah mengantongi nilai kapitalisasi pasar senilai Rp 157,08 triliun. Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), juga melangkahi Telkom dan kini bersaing dengan Astra. BCA membukukan nilai kapitalisasi pasar terbesar senilai Rp 169,63 triliun. BCA oleh sebagian analis disebut-sebut sebagai satu-satunya petarung yang bakal bersaing dan menguntit posisi Astra. Meski begitu, Astra yang kini kukuh dipuncak kapitalisasi pasar tersohor posisinya tidak akan tergusur. Bahkan, sepanjang 2011, diprediksi posisi Astra akan aman. "Ini memang tahunnya Astra saya kira. Meski bencana gempa dan Tzunami menerpa Jepang tak memengaruhi otomotif Astra Grup," ujar Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst, di Jakarta, Senin (4/4).

Sunday, 3 April 2011

Ledakan Aksi Profit Taking Mengintai


Performa indeks harga saham gabungan (IHSG) pada akhir pekan lalu negitu impresif. Kala itu indeks di luar ramalan mampu menembus level psikologis 3700 yang menjadi pertaruhan pada analis. Tidak sekadar menerabas angka keramat itu, tetapi lebih dari itu indeks digadang-gadang menapak angka 3770 pada pekan-pekan mendatang. "Sepertinya indeks masih akan melanjutkan keperkasaannya. Setidaknya sepanjang pekan ini," ujar salah seorang analis pasar modal akhir pekan lalu.
Sementara pihak menyebutkan indeks hari ini akan cenderung bergerak mixed. Itu akibat sentimen negatif bursa global terutama datangnya dari daratan Amerika Serikat (AS). Di mana AS melansir data pengangguran yang kurang bersahabat dengan kondisi pasar. "Ini yang kemungkinan menahan laju indeks pada perdagangan hari ini," tutur Jeff Tan, analis Sinarmas, ketika dihubungi di Jakarta.

Emiten Halo-halo Berdarah-darah


Industri telekomunikasi benar-benar berada di bawah titik nadir. Itu setidaknya bila menilik kinerja sejumlah emiten yang bergerak bidang halo-halo itu sepanjang 2010. Di mana mayoritas emiten dibekap rugi dan mengkhawatirkan.
PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) misalnya merilis rugi bersih Rp 1,401 triliun pada 2010, dibadning periode sama tahun lalu dikisaran Rp 724,39 miliar. Pendapatan berkurang ditambah beban usaha meningkat menambah penderitaan perseroan. Pendaptan anjlok ke level Rp 376,511 miliar, turun 25,36 persen dari periode sebelumnya, Rp 504,49 miliar. Beban usaha naik menjadi Rp 1,243 triliun menjadikan rugi usaha operator FREN ini mencapai Rp 867,386 miliar.

Bapepam-LK Rancang Regulasi Bank Guarantte


Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) bakal membuat peraturan baru terkait ’bank guarantte’. Itu dilakukan guna memastikan dan memudahkan perusahaan efek yang menjadi underwriter perusahaan penjamin emisi (underwriter). Dengan ‘Bank Guarantte’ underwriter tidak perlu mencantumkan raking liabilities. ”Nantinya, underwriter dalam penghitungan Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) tidak perlu rangking,” ucap Wawan Supriyanto, Kepala Sub Bagian Perusahaan Efek, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Indeks Syariah Gugah Hasrat Investor


Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) mematangkan rencana peluncuran indeks Syariah terbaru. Kalau tak ada aral melintang, peluncuran itu bakal dilakukan pada medio April mendatang. Saat ini, manajemen bursa sedang memaksimalkan rencana itu pasca menerima fatwa syariah soal mekanisme perdagangan efek bersifat ekuitas di pasar regular. ”Segera setelah menerima sertifikasi Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) beberapa waktu lalu, kami langsung kebut peluncurannya,” ungkap Friderica Widyasari Dewi, Direktur Pengembangan BEI, belum lama ini di Jakarta.
Kiki –sapaan akrab Friderica Widyasari Dewi- menjelaskan sertifikasi itu diberikan menyusul mekanisme perdagangan saham telah memenuhi kaidah-kaidah syariah. Hal tersebut sesuai dengan unsur perdagangan pada umumnya yang menganut falsafah berkelanjutan (continous option). “Kita tinggal penguatan sosialisasi kepada masyarakat luas,” imbuhnya.

Saturday, 2 April 2011

Kubur Luka Lama, Mari Menyulam Masa Depan


Judul Ceritalah Indonesia
Penulis Karim Raslan
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama September 2010
Tebal XIV + 135 Hal

Pasang surut hubungan Indonesia dengan negeri Jiran Malaysia ternyata sudah berlangsung lama. Dan, kalau dikatakan sebagai luka lama, maka benih-benih ketidakharmonisan itu masih tetap tumbuh dan berkecambah. Tidak aneh jika kemudian, pada perjalanannya, hubungan itu diwarnai ketegangan-ketegangan yang menjurus kontak senjata. Mulai kasus blok Ambalat, Laut Sulawesi, mengambangnya garis batas kedua negara, klaim budaya oleh Malaysia dan penyiksaan Tenaga Kerja Indoneisa (TKI) serta sejumlah kasus lain yang tentu lebih fenomenal macam Manohara.
Konflik-konflik itu juga tidak sepenuhnya berdiri sendiri. Kalau menilik sejarah, jauh sebelum Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 silam, sejatinya telah terjalin hubungan antar pejuang Indonesia yang dijajah Belanda dan Malaysia di bawah pengaruh Inggris. Lantas kedua negara serumpun itu bersepakat untuk bersama-sama keluar dari pengaruh penjajah. Pada perjalanannya, niat untuk memproklamirkan kemerdekaan secara serentak itu tidak berjalan sesuai skenario. Indonesia lebih dulu merdeka dan Malaysia menyusul kemudian. Tindakan Indonesia itu, dianggap Malaysia sebagai tindakan tak sportif karena meninggalkan kawan seperjuangan. (Hal XI-XIII)