Indeks harga saham gabungan (IHSG) terus melaju di dataran sona merah. Belum berpihaknya sentimen positif membuat tekanan jual terus menguat. Bahkan, aksi jual itu diprediksi masih membayangi langkah indeks dalam perdagangan hari ini. "Pelaku pasar belum punya modal keberanian untuk masuk arena pasar. Mereka masih mencari kemungkinan munculnya sentimen positif dari berbagai sudut," ungkap Cece Ridwan, Analis Eko Kapital ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (20/1).
Lebih lanjut Cece mengungkapkan, sepanjang belum ada kebijakan BI untuk mengimbangi laju inflasi dengan manaikkan suku bunga acuan, indeks belum akan menemukan langkah pasti. Sebab, merujuk negara-negara belahan Asia lainnya, apabila angka inflasi melonjak selalu dibarengi dengan menaikkan suku bunga. "Tapi, tanda-tandanya pemerintah segera melakukan hal serupa dengan menaikkan suku bunga acuan," imbuhnya.
Pemerintah sebut Cece punya motif dan kepentingan untuk menjaga indeks tidak bergerak di bawah angka 3400. Pertama dengan rights issue Bank Mandiri (BMRI) dan kedua rencana Initial Public Offering (IPO) PT Garuda Indonesia. Dua agenda ini mendorong pemerintah melakukan langkah penyelamatan dengan menjaga pasar tetap stabil. Tujuannya, jelas agar rights issue Mandiri dan IPO Garuda terserap oleh pasar. "Ini sedikit menjadi angin segar bagi gerakan indeks ke depan," tutur Cece.
Sementara dari regional, investor menunggu rilis laporan keuangan sejumlah emiten bursa wall street Amerika Serikat (AS). Kalau laporan tersebut menghasilkan hal positif maka kemungkinan indeks terkena imbasnya. Tetapi, kalau sebaliknya yang terjadi, bisa jadi indeks akan terpuruk kembali. "Indeks akan bergerak dikisaran 3400 untuk support dan 3500 untuk resistence," ucapnya.
Apalagi laporan keuangan emiten menunjukkan perbaikan, saham-saham unggulan dalam negeri akan mengalami rebound. Saham-saham itu seperti Astra International (ASII), Astra Agro Lestari (AALI), Telkom (TLKM), PT Bukit Asam (PTBA), Aneka Tambang (ANTM), Bank Danamon (BDMN), Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Indofood Sukses Makmur (INDF) dan PT Uni Lever (UNVR), akan bereaksi dan selanjutnya mengangkat indeks. "Saham-saham unggulan ini sudah mengalami koreksi relatif tajam," imbuhnya.
Menutup perdagangan, Kamis (20/1), Indeks anjlok 80,166 poin (2,27 persen) ke level 3.454,118. Sementara Indeks LQ45 turun 16,018 poin (2,57 persen) ke level 605,717. Perdagangan berjalan moderat dengan frekuensi transaksi mencapai 93.452 kali pada volume 3,567 miliar lembar saham senilai Rp 5,034 triliun. Sebanyak 34 saham naik, 225 saham turun dan 49 saham stagnan. Transaksi investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (foreign nett sell) tipis sebanyak Rp 38,605 miliar.
Berikut kondisi bursa-bursa regional. Indeks Komposit Shanghai terpuruk 79,64 poin (2,89 persen) ke level 2.678,45. Indeks Hang Seng ambruk 415,92 poin (1,70 persen) ke level 24.003,70. Indeks Nikkei 225 terkoreksi 119,79 poin (1,13 persen) ke level 10.437,31. Indeks Straits Times anjlok 38,99 poin (1,20 persen) ke level 3.202,97.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Maskapai Reasuransi (MREI) naik Rp 130 ke Rp 680, Ace Hardware (ACES) naik Rp 100 ke Rp 2.575, Bank Danamon (BDMN) naik Rp 100 ke Rp 5.850, dan Pioneerindo (PTSP) naik Rp 90 ke Rp 465. Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam katagori top losers antara lain Indo Tambangraya (ITM) turun Rp 2.100 ke Rp 48.850, Schering Plough (SCPI) turun Rp 2.000 ke Rp 32.000, Gudang Garam (GGRM) tuurn Rp 1.350 ke Rp 36.200, dan Astra Internasional (ASII) turun Rp 1.200 ke Rp 47.800. (*)
No comments:
Post a Comment