Wednesday, 5 January 2011

Genjot 2,3 juta Investor Domestik, Lancarkan Program Finance for Kids

Pasca Bursa Efek Indonesia (BEI) Tampil Sebagai The Best Performer Se-Asia Pasific
Genjot 2,3 juta Investor Domestik, Lancarkan Program Finance for Kids

Manajemen PT Bursa Eek Indonesia (BEI) pantas bersuka cita. Itu setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyudahi tahun 2010 dengan mencatat performa terbaik se-Asia Pasific. Dengan hasil itu, indeks sekaligus mengkudeta jawara tahun 2009, Shenzhen Stock Exchange (SZSE) China.

Jakfar Shodik
Selain itu, indeks juga berhasil meruntuhkan dominasi salah satu indeks terbesar emerging market, yaitu Sensex30 India. Di mana Sensex30 India, hanya berhasil mengemas 15,98 persen ke posisi 20.265,03. Praktis, satu-satunya bursa yang menempel ketat indeks hanya Bangkok Stock Exchange Thailand, setelah membukukan kenaikan 40,85 persen ke level 1.034,59. Sementara Indeks finis pada urutan teratas dengan menguat 46,13 persen ke posisi 3.703,51.
Fakta ini memaksa punggawa otoritas bursa bekerja ekstra. Pencapaian terbaik itu harus bisa dipertahankan dan sebisa mungkin selanjutnya mencetak rekor baru. Apalagi, berdasar outlook ekonomi 2011, fundamental ekonomi Indonesia diklaim paling kuat. Dan, itu sekaligus menjadi garansi bagi investor asing untuk membelokkan modalnya ke dalam negeri.
Menyadari tantangan berat itu, jajaran direksi bursa merapatkan barisan. Bahagia sudah pasti dalam menikmati hasil yang ditoreh. Tetapi cepat puas dan larut dalam euforia dengan membusungkan dada dirasa tidak tepat. Kerja kreatif dan kolektif harus segera digelar. Itu penting agar tersajinya pasar yang teratur, wajar dan efisien tetap terjaga dan tidak sia-sia.
Ketika Koran ini bertandang ke markas direksi manajemen di lantai 6 tower 1, tepatnya ruangan pentolan bursa ngantor, keadaannya sudah sepi. Maklum, saat itu jarum jam menunjuk pukul 18.00 WIB dan masuk jam pulang. Lalu lalang pegawai yang biasanya mondar-mandir tidak lagi terlihat. Sejurus kemudian, suara pecah dari sebuah ruang pertemuan. Rupanya, jajaran direksi baru saja melangsungkan meeting melayani permintaan emiten. ”Maaf telah menunggu lama. Maklum sedang padat,” sapa Ito Warsito, Dirut BEI mendahului.
Mengenakan baju batik, Ito terlihat tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Senyum selalu mengembang mempertegas guratan cerah pada wajahnya atas keberhasilan bursa. Meski begitu, dia tidak mau diklaim sebagai sosok yang paling berjasa dalam pencapaian tersebut. Terlalu naïf aku Ito, kalau sukses itu hanya disandangkan pada dirinya seorang. ”Pencapaian ini buah kerja keras secara kolektif. Baik pemerintah, Bapepam-LK, Self Regulatory Organisations (SRO), investor, manajer investasi (MI) dan seluruh rakyat Indonesia,” tambah mantan Direktur Bahana Securities itu dengan nada merendah.
Bapak dua anak itu melanjutkan, keberhasilan tersebut merupakan akumulasi dari serangkaian kerja taktis yang dilakukan bersama. Sejak dirinya aktif sebagai Dirut bursa pada 1 juli 2009, menggantikan Erry Firmasyah, bersama timnya Ito, melanjutkan program peninggalan rezim lama. Hasilnya, cukup membanggakan karena bursa sukses dibawa pada jalur positif. Pada penutupan penghujung 2009 itu, indeks menjadi yang terbaik di daratan Asean dan tercatat sebagai runner-up untuk kawasan Asia Pasific. ”Waktu saya menutup perdagangan tahun 2008, wajah-wajah investor pada murung. Sekarang situasinya berbalik 180 derajat, di mana muka-muka pelaku pasar sumringah,” ujar Ito mengutip ucapan Sri Mulyani, Menteri Keuangan (Menkeu) saat memberi sambutan penutupan perdagangan 2009 silam.
Sejak saat itu, Ito berpegang pada program terus melakukan perubahan. Mulai dari menambah jumlah investor, meningkatkan perlindungan investor, meningktakan nilai transaksi, nilai kapitalisasi pasar, mempermudah regulasi sebagai piranti calon emiten masuk bursa, mendorong perusahaan-perusahaan go public, mendorong BUMN listing, memperkuat basis investor lokal, membuka pusat informasi pasar modal, membuka sekolah pasar modal, membuka pojok bursa pada kampus seluruh Indonesia, mengajak kalangan artis terjun dalam pasar modal, mempercanggih teknologi informasi (IT), meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) salah satunya dengan mendirikan The Indonesa Capital Market Institute (TICMI) yang berada di Universitas Indonesia (UI), Salemba, Jakarta Pusat (Jakpus) dan tidak ketinggalan juga meluncurkan program Finance for Kids. ”Program-program ini terus kita kembangkan sesuai dengan target. Dan, dalam perjalanannya hingga saat ini telah anda lihat sendiri,” tutur penggondol MBA dari Harvard Business School Boston, Amerika Serikat tersebut.
Pria kelahiran tahun 1961 tersebut melontarkan saat ini yang menjadi konsen adalah peningkatan jumlah investor lokal. Sebab, diakui atau tidak hingga saat ini jumlah investor lokal masih jauh dari harapan. Hingga detik ini tercatat jumlah investor baru tercatat 321 ribu. Dari jumlah itu, jumlah investor domestik hanya 37 persen dan 63 persen sisanya dikuasai investor asing. Kata Ito, pihaknya menarget pada 2013 mendatang, jumlah investor domestik bisa ditingkatkan ke level 2,3 juta. ”Peluang itu sangat terbuka dengan infrastruktur yang kami miliki. Jumlah penduduk yang begitu besar, menjadi modal berharga dalam menggairahkan pasar. Kami optimistis bisa membalik keadaan dengan menempatkan investor domestik lebih dominan,” tukasnya.
Roadshow dan sosialisasi serta edukasi tentang pasar modal tetap digalakkan. Karena hanya dengan mengubah mindset masyarakat, pasar modal akan berkembang pesat. Sebab, diakui atau tidak selama ini pasar modal lekat dan akrab dengan kalangan the have. Kondisi ini juga harus dirubah dengan cermat dan cerdik. Merujuk kondisi bursa lain, pendidikan pasar modalnya sudah menyentuh kalangan akar rumput. Bahkan, di bursa Korea anak TK-pun sudah diperkenalkan mengenai pasar modal. ”Faktor ini pula yang akan kita kikis. Makanya, program edukasi dan pengenalan paar modal untuk anak-anak usia dini (Finance for kids) juga sudah kita luncurkan,” tandas Ito.
Sementara untuk meningkatkan proteksi investor, bursa sebut Ito juga telah mengeluarkan kartu acuan kepemilikan sekuritas (AkSes). AkSes didesain sebagai piranti dan pengamanan investor. Dengan kartu tersebut, nantinya nasabah bisa mengecek langsung dananya pada sub rekening yang disediakan. AkSes juga merupakan terobosan dan modernisasi dalam membentengi investor dengan mewajibkan broker membuka rekening khusus untuk masing-masing investor. ”Kita juga sedang menggodok undang-undang Investor Protection Fund/IPF. Dan, pastinya penegakan sanksi tegas bagi pelaku pasar dan Anggota Bursa (AB) yang coba-coba menerabas regulasi,” ucap mantan Direktur Invesment Banking Danareksa Sekuritas itu.
Proteksi investor guna mereduksi ketakutan investor yang resistence mana kala melihat fakta banyak kekisruhan di pasar modal. Penegakan hukuman dan sanksi diterapkan dengan ketat. Tercatat sepanjang 2010, dua anggota bursa (AB) yaitu Optima Sekuritas dan Djakarta Sekuritas dikenai hukuman maksimal yaitu suspen (Penghentian sementara). Dan, satu lagi sedang dalam proses yaitu PT Katarina Utama (RINA). Selain itu, bursa juga telah menjatuhkan sanksi denda maksimal masing-masing Rp 500 juta kepada empat emiten yang mbalelo. Denda tersebut dikenakan kepada masing-masing PT Benakat Petroleum (BIPI), PT Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), PT Energy Persada (ENRG) dan Bakrie & Brothers (BNBR), tiga dari emiten yang terkena sanksi adalah group usaha Bakrie. Denda ini diberikan menyusul kelalaian dan manipulai dalam menyajikan laporan keuangan ke publik. ”Sudah saya tegaskan law enforcement tidak bisa ditawar. Pastinya, regulasi kita kedepankan demi kepentingan dan keselamatan investor,” jelas Ito.
Sejalan dengan cetatan positif indeks itu, Ito menambahkan nilai kapitalisasi pasar terus membaik. Saat ini nilai kapitalisasi pasar tercatat Rp 3.243,77 triliun, meningkat 60,63 persen dibanding edisi sebelumnya dikisaran Rp 2.019,38 triliun. Sementara nilai total transaksi sepanjang 2010 mencapai Rp 1.249,27 triliun meningkat 28,10 persen dibanding 2009 dikisaran Rp 975,21 triliun. Nilai transaksi rata-rata harian tercatat Rp 5,12 triliun melonjak dari sebelumnya Rp 4,05 triliun. Sedangkan nilai bersih transaksi asing Rp 26,74 triliun meroket jauh dari edisi 2009 yang hanya Rp 13,78 triliun. ”Kita target transaksi rata-rata harian dilevel Rp 4,86 triliun pada 2011,” imbuhnya.
Sementara sepanjang 2010, sebanyak 23 emiten melakukan initial public offering/IPO di lantai bursa. Itu mengalami sedikit penurunan dari 25 target emiten baru yang mencatatkan sahamnya di bursa. Karena itu, pada 2011 bursa kembali menetapkan target sebanyak 25 emiten baru melakukan penawaran saham perdana (IPO). Dan, tanda-tandanya mulai kelihatan. Pada medio Januari ini, setidaknya dua emiten baru siap menjadi penghuni baru bursa. Mereka adalah PT Megapolitan Development dan Martina Berto. Sementara calon emitennya baik dari swasta dan BUMN juga sudah mulai pasang kuda-kuda. ”PT Garuda Indonesia Air (GIA) dipastikan akan mencatatkan saham perdana pada tahun ini juga,” papar Ito.
Tidak berhenti disitu, pihaknya sambung Ito berencana memperpanjang masa operasional perdagangan di lantai bursa. Itu dilakukan guna meningkatkan likuiditas pasar dan nilai transaksi. Selain itu, menyesuaikan jam operasional bursa dengan bursa-bursa utama global dan regional. Kemungkinan penambahan jam 'tayang' itu ada beberapa skenario. Menambah beberapa jam dengan cara memajukan pembukaan atau memundurkan jam penutupan. Kalau opsi yang diambil adalah menambah jam operasional, maka pelaksanaan perdagangan akan dimajukan. "Sekarang masih dipertimbangkan,” jelasnya.
Berdasar kalkulasi kasar, perpanjangan jam operasional ditambah satu jam. Praktiknya, pembukaan perdagangan dimajukan setengah jam dan penutupannya ditambah setengah jam. Dengan model macam itu, perdagangan yang awalnya pukul 09.30 WIB dimajukan menjadi pukul 09.00 WIB. Dan, penutupan yang semula pukul 16.00 WIB mundur ke jam 16.30 WIB. "Belum bisa dipastikan kapan dimulai dan berapa jam penambahan tersebut," imbuh Ito.
Sementara menyangkut integrasi perdagangan pada tingkat Asean (Asean Linkage), Ito mengaku tidak terlalu fokus system perdagangan lintas bursa Asean tersebut. Pihaknya, diakui Ito untuk saat ini lebih menekankan pada penggarapan investor lokal. Sebab, pangsa pasar dalam negeri lebih menjanjikan ketimbang pasar luar negari. ”Yang perlu kita lakukan adalah menjaga kondisi ekonomi tetap stabil agar investor asing anteng menanamkan modalnya. Dan, pengusaha lokal jangan mau kalah mari kita manfaatkan jaringan pasar modal supaya bisa menikmati melimpahnya dana yang mengalir deras,” pungkasnya. (*)

No comments:

Post a Comment