Aksi jual bersih investor asing belum mereda. Pada perdagangan kemarin, aksi jual bersih asing tercatat Rp 1,3 triliun. Jadi, sepanjang tiga hari terakhir nilai jual bersih asing telah membukukan Rp 4,43 triliun. Dan, peluang investor asing untuk eksoduse dari lantai bursa masih terbuka pada perdagangan hari ini. Pasalnya, belum ada tanda-tanda Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal rebound. "Pelemahan indeks diperkirakan tetap berlanjut. Sentimen dari dalam negeri belum ada yang memihak indeks," ungkap Pardomoan Sihombing, Kepala Riset Recapital Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (11/1).
Pardomoan menyebutkan, belum munculnya sentimen positif tersebut membuat investor asing bisa tenang. Investor masih tetap diselimuti kekhawatiran melonjaknya angka inflasi. Untuk menangkal eksoduse lanjutan itu sabut Pardomoan bergantung pada keinginan pemerintah. Kata dia, pemerintah harus bisa menggaransi melalui inplementasi kebijakan dan peraturan serta perbaikan infrastruktur. Tiga peranti inilah sambung Pardomoan, diperkirakan bisa membuat investor tetap bertahan dan tidak melarikan dananya pada negara lain. "Saya rasa pemerintah menaikkan suku bunga. Tetapi, itu juga akan berhadapan dengan hotmoney yang mengambang tidak karuan sehingga aliran dana asing tersebut kurang memberi efek lebih kepada sektor riil," imbuhnya.
Pemerintah dan pengamat sambung Pardomoan jangan terlalu optimistis dan berkoar keluarnya investor asing hanya bersipat sementara. Faktanya, meski kenaikan tariff dasar listrik (TDL) ditunda, tidak memberi dampak nyata bagi masyarakat. ”Pemerintah Tiongkok lebih cerdas dan sejak November lalu menaikkan suku bunga. Dan, itu cukup efektif meredam gejolak,” tukasnya.
Pada perdagangan hari ini sambung Pardomoan, indeks akan bergerak negatif dikisaran 3380 dan 3440 untuk resistence. Sejumlah saham dari sektor pertambangan, infrastruktur dan dan perkebunan masih laik untuk dikoleksi. Tetapi, pola berdagangnya tidak boleh berlama-lama dan memilih keluar masuk dari bursa. ”Kalau sudah ada gain sebaiknya langsung realisasikan keuntungan,” sarannya. ”Saya perkirakan indeks akan terus mengalami koreksi sepanjang pekan mendatang. Puncaknya akan terjadi pada 19 Januari mendatang,” tambah Gema Merdeka Goeyardi, Analis UOB Kay Hian Securities ketika dihubungi terpisah.
Menutup perdagangan, Selasa (11/1), Indeks turun 23,422 poin (0,68 persen) ke level 3.455,127. Sementara Indeks LQ45 melemah 6,376 poin (1,04 persen) ke level 605,369. Perdagangan berjalan ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 124.206 kali pada volume 4,362 miliar lembar saham senilai Rp 7,235 triliun. Sebanyak 65 saham naik, 154 saham turun dan 79 saham stagnan. Transaksi investor asing tidak menggembirakan sama sekali. Sama seperti perdagangan kemarin, pemodal asing masih melakukan penjualan bersih (foreign nett sell), kali ini sebesar Rp 1,344 triliun.
Berikut kondisi bursa-bursa regional. Indeks Komposit Shanghai naik 13,03 poin (0,47 persen) ke level 2.805,40. Indeks Hang Seng menguat 233,08 poin (0,99 persen) ke level 23.760,34. Indeks Nikkei 225 melemah tipis 30,36 poin (0,29 persen) ke level 10.510,68. Indeks Straits Times naik tipis 12,22 poin (0,38 persen) ke level 3.241,49.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Dian Swastatika (DSSA) naik Rp 6.000 ke Rp 36.200, Gudang Garam (GGRM) naik Rp 1.200 ke Rp 37.000, Semen Gresik (SMGR) naik Rp 250 ke Rp 8.850, dan Indo Tambangraya (ITMG) naik Rp 200 ke Rp 52.200. Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam katagori top losers antara lain Scherign Plough (SCPI) turun Rp 8.500 ke Rp 34.000, United Tractor (UNTR) turun Rp 850 ke Rp 21.900, Asra Agro Lestari (AALI) turun Rp 650 ke Rp 23.850, dan Bank Tabungan Pensiunan (BTPN) turun Rp 550 ke Rp 13.150. (*)
No comments:
Post a Comment