Indeks harga saham gabungan (IHSG) menghadapi Jenuh beli (overbought). Kondisi tersebut diperkirakan akan terus melanda indeks hingga sepekan mendatang. Karena itu, investor untuk sementara ini akan berhitung untuk kembali masuk pasar. ”Kondisinya belum menguntungkan untuk masuk pasar. Investor saat ini belum ada yang berani untuk melakukan koleksi pada sejumlah saham yang memang rata-rata mengalami koreksi,” ungkap Cece Ridlwan, Analis Eko Capital Securities ketika dihubungi di Jakarta, Senin (24/1).
Cece menyebutkan, penurunan indeks sudah terlihat sejak sepekan terakhir. Tekanan jual itu berlanjut dan tampaknya semakin menguat. Apalagi, belum muncul sentimen positif yang dapat mendorong indeks bangkit dari keterpurukan. "Situasi tersebut akan mendorong indeks terus berada dalam tekanan,” imbuh Cece.
Sementara indeks belum akan mengalami rebound dalam jangka waktu sepekan mendatang. Seiring dengan kondisi indeks yang mengalami jenuh beli, peluang untuk rebound masih tersisa sekitar 70 persen. Itu pun kemungkinannya baru terjadi pada 26 Januari mendatang. Di mana saat itu, planet saturnus akan memasuki moment retrograde pada zodiac virgo. Imbasnya, akan meningkatkan volatilitas pasar saham dan komoditas yang cenderung menguat. ”Tapi, balik arah sesungguhnya terjadi pada 3 Februari. Untuk 26 Januari itu baru sebatas emberio,” ungkap Gema Merdeka Goeyardi, Analis UOB Kay Hian Securities.
Gema menyebutkan dalam fase itu, indeks akan mencoba bergerak dikisaran support 3270 dan resistence 3300. Di sama saham-saham unggulan yang sudah terkoreksi dengan intensitas dalam akan berbalik arah. Saham tersebut seperti Astra International (ASII), Indocement Tunggal Prakasa (INTP), Semen Gresik (SMGR), Semen Cibinong (SMCB), Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA), Bank Jabar Banten (BJBR), BankTabungan Negara (BBTN), Perusahaan Gas Negara (PGAS), Jasa Marga (JSMR), Indofood Sukses Makmur (INDF), Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), Kalbe Farma (KLBF), Aneka Tambang (ANTM), Adaro Energy (ADRO) dan International Nickle (INCO). ”Untuk sementara ini saya sarankan investor untuk melakukan pola long term. Masuk dan segera keluar setelah ada peluang merogoh keuntungan,” saran Gema.
Sementara aksi jual abersih diprediksi juga belum akan mereda. Melanjutkan apa yang terjadi kemarin, dimana investor asing tercatat melakukan jual bersih (netsell foreign) senilai Rp 249,452 miliar. Asing masih melakukan 'netsell' pada saham unggulan. Pada perdagangan Senin (24/1), indeks melemah sebesar 33,48 poin (0,99 persen) ke posisi 3.346,06 poin dan LQ45 juga molorot 5,02 poin (0,85 persen) ke level 585,22 poin. Terjerembabnya indeks mendorong saham-saham mendominasi pelemahan sebanyak 163 saham, 72 saham menguat, dan 75 saham belum bergerak harganya. Transaksi seluruh pasar tercatat dengan volume mencapai 2,350 miliar saham senilai Rp 3,538 triliun pada 99.440 kali transaksi.
Saham-saham yang mengalami pelemahan antara lain saham Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) turun Rp 110 ke Rp 1,430, Tambang Batubara Bukit Asam (ANTM) turun Rp 850 ke Rp 19.700, Bank Mandiri (BMRI) turun Rp 100 ke Rp 5.500. Sementara bursa Regional seperti Indeks Hang Seng melemah 18,58 poin (0,68 persen) ke level 23.789,09, Indeks Nikkei-225 naik 70,59 poin (0,69 persen) ke level 10.345,11, dan Indeks Straits Times menguat 9,75 poin (0,31 persen) ke level 3.194,35. (*)
No comments:
Post a Comment