Proses Initial Public Offering (IPO) saham perdana PT Garuda Indonesia (GI) penuh dengan kejanggalan dan ketidakwajaran. Penetapan harga IPO dikisaran Rp 750 tidak mencerminakan harga pasar. Karenanya, banyak prediksi berseliweran kalau saham perseroan tidak punya prospeks cerah ke depan.
Selain tidak tepat waktu dan market memburuk, Garuda juga tidak didukung dengan kinerja yang menjanjikan. Efeknya, hutang Garuda membengkak dan diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan akan tetap berkutat dengan penyelesaian hutang. Di samping itu, industri penerbangan tidak termasuk dalam daftar sektor unggulan. "Ini jelas-jelas dipaksakan. kalau ngomong tataran ideal, saat ini tidak tepat untuk proses IPO," ungkap Billy Budiman, Head of Tecnical Analyst Batavia Presporindo Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (27/1).
Friday, 28 January 2011
Thursday, 27 January 2011
Konspirasi Bumbui Penetapan Harga IPO Garuda
Penetapan harga Saham Perdana PT Garuda Indonesia melalui mekanisme IPO (initial public offering) dikisaran Rp 750 berbuntut panjang. Kecurigaan pun merebak atas rendahnya penetapan harga IPO dari banderol range harga Rp 750-1.100. Bau konspirasi semakin menguat karena pada saat berbarengan pemerintah juga mengumumkan harga penawaran saham terbatas (right issue) PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada harga Rp 5.000. Padahal, harga pasar BMRI berada di level Rp 5.800-5.900.
Kecurigaan pelaku pasar atas dua aksi korporasi sangat beralasan. Pemerintah jelas punya kepentingan dan motif tertentu dibalik semua langkah tersebut. Sebab, sebagaimana diketahui, dalam rencana pelepasan saham perdana Garuda sebanyak 6,335 miliar lembar saham, tercatat 1,9 miliar lembar saham adalah milik BMRI. Dengan aksi tersebut, pembeli saham right issue BMRI, secara tidak langsung akan mendapat saham Garuda. “Ini bukan soal murah atau tidak. Pasti ada yang tidak beres dan skenario besar dibalik ini semua. Di sisi lain, right issue saham BMRI juga mengalami diskon yang sangat besar dari harga pasar saat ini,” ujar Yanuar Rizky, Pengamat Pasar Modal, ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (27/1).
Kecurigaan pelaku pasar atas dua aksi korporasi sangat beralasan. Pemerintah jelas punya kepentingan dan motif tertentu dibalik semua langkah tersebut. Sebab, sebagaimana diketahui, dalam rencana pelepasan saham perdana Garuda sebanyak 6,335 miliar lembar saham, tercatat 1,9 miliar lembar saham adalah milik BMRI. Dengan aksi tersebut, pembeli saham right issue BMRI, secara tidak langsung akan mendapat saham Garuda. “Ini bukan soal murah atau tidak. Pasti ada yang tidak beres dan skenario besar dibalik ini semua. Di sisi lain, right issue saham BMRI juga mengalami diskon yang sangat besar dari harga pasar saat ini,” ujar Yanuar Rizky, Pengamat Pasar Modal, ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (27/1).
Wednesday, 26 January 2011
Asing Kembali Lirik Market
Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) dua kali beruntun bergerak di zona hijau. Hal serupa sepertinya akan tersaji pada perdagangan hari ini. Karena itu, reboundnya indeks tersebut diprediksi akan berlanjut. Kepercayaan investor pun perlahan namun pasti sudah mulai menunjukkan tanda-tanda membaik. "Kalau saya lihat indeks sepanjang pekan ini akan menunjukkan keperkasaannya. Kekhawatiran investor mulai tereduksi," tutur Gema Merdeka Goeyardi, Analis UOB Kay Hian Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (26/1).
"Asing sudah mulai kembali melongok bursa. Kemungkinan untuk netbuy pada perdagangan hari ini cukup potensial. Selain itu, ada kemungkinan sisa dana Rights Issue Bank Mandiri (BMRI) masuk pada saham-saham unggulan," tambah Willy Sanjaya, Analis Lautandana Sekuritas kala dihubungi terpisah. Willy menilai, lonjakan harga komoditas dunia seperti timah juga akan menjadi sentimen positif. Dengan kemungkinan tersebut, investor akan mencoba saham-saham unggulan yang sudah mengalami terpaan
"Asing sudah mulai kembali melongok bursa. Kemungkinan untuk netbuy pada perdagangan hari ini cukup potensial. Selain itu, ada kemungkinan sisa dana Rights Issue Bank Mandiri (BMRI) masuk pada saham-saham unggulan," tambah Willy Sanjaya, Analis Lautandana Sekuritas kala dihubungi terpisah. Willy menilai, lonjakan harga komoditas dunia seperti timah juga akan menjadi sentimen positif. Dengan kemungkinan tersebut, investor akan mencoba saham-saham unggulan yang sudah mengalami terpaan
Saham Garuda Potensial Tidur Nyenyak
Saham perdana Initial Public Offering (IPO) PT Garuda Indonesia dibanderol pada level Rp 750. Penetapan tersebut mengundang spekulasi dikalangan pelaku pasar. Mereka menilai harga itu sebagai bentuk ketidakpercayaan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terhadap kinerja Garuda di lantai bursa. "Ini sebagai bentuk diskon dari pemerintah kepada masyarakat untuk mendapatkan harga murah. Selain itu, pasar sedang tidak bersahabat. Jadi, pemerintah tidak ngotot dengan patokan harga awal dikisaran Rp 1100," ungkap Pardomuan Sihombing, Kepala Riset Recapital Sekuritas ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (26/1).
Keputusan pemerintah itu sambung Pardomuan sudah sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar. Pasalnya, banderol harga itu selain tergolong murah masih berada di bawah rata-rata perusahaan airlines regional. Merujuk pada EV/EBITDA industri perusahaan sejenis, saham IPO Garuda sangat potensial dan menjanjikan keuntungan berlipat. "Pastinya, investor senang dengan keputusan pemerintah itu. Saya juga merekomendasikan investor untuk mengoleksinya,” ungkapnya.
Keputusan pemerintah itu sambung Pardomuan sudah sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar. Pasalnya, banderol harga itu selain tergolong murah masih berada di bawah rata-rata perusahaan airlines regional. Merujuk pada EV/EBITDA industri perusahaan sejenis, saham IPO Garuda sangat potensial dan menjanjikan keuntungan berlipat. "Pastinya, investor senang dengan keputusan pemerintah itu. Saya juga merekomendasikan investor untuk mengoleksinya,” ungkapnya.
Tuesday, 25 January 2011
Tak Garansi Investor Melantai
Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi tidak banyak bergerak. Koreksi diprediksi masih membayangi indeks dalam beberapa hari ke depan. Penguatan indeks kemarin juga bukan jaminan indeks kembali pada jalur positif. "Saya rasa indeks minus satu persen dari penutupan hari ini," ungkap Viviet S Putri, Analis Anugerah Securindo Indah, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (25/1).
Viviet menyebutkan, rebound yang mendera indeks kemarin bersifat teknikal. Di mana dalam jangka pendek tidak bisa dijadikan jujukan dan garansi bagi investor untuk kembali masuk pasar. Sebab, secara teknikal belum ada sentimen positif yang berpihak pada indeks. "Itu belum bisa memberi kepastian pelaku pasar," ucap Viviet.
Viviet menyebutkan, rebound yang mendera indeks kemarin bersifat teknikal. Di mana dalam jangka pendek tidak bisa dijadikan jujukan dan garansi bagi investor untuk kembali masuk pasar. Sebab, secara teknikal belum ada sentimen positif yang berpihak pada indeks. "Itu belum bisa memberi kepastian pelaku pasar," ucap Viviet.
Kurang Seksi, Investor Asing Tak Lirik Saham Garuda
Penetapan harga saham perdana (Initial Public Offering/IPO) PT Garuda Indonesia bakal diputuskan hari ini. Tetapi, yang jelas banderol harga yang dimunculkan bakal berhadapan dengan kondisi pasar yang sedang labil. Meki begitu, mnajemen tetap menginginkan harga tertinggi dikisaran Rp 1100.
Spekulasipun merebak kalau harga IPO Garuda itu tergolong mahal. Sebab, merujuk rentang harga yang dijajakan kepada investor antara Rp 750-1100, mendapat banyak keluhan. Sejumlah analispun mengungkap harga ideal IPO Garuda adalah dikisaran Rp 850-900. Itu sejalan dengan kondisi Price Earning Ratio (PER) 13x macam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). "Kalau saya melihatnya harga termantap di level Rp 850. Itu mengacu pada kondisi pasar yang sedang tidak menentu," ungkap Billy Budiman, Head Of Tecnical Analyst PT Batavia Prosperindo Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (25/1).
Spekulasipun merebak kalau harga IPO Garuda itu tergolong mahal. Sebab, merujuk rentang harga yang dijajakan kepada investor antara Rp 750-1100, mendapat banyak keluhan. Sejumlah analispun mengungkap harga ideal IPO Garuda adalah dikisaran Rp 850-900. Itu sejalan dengan kondisi Price Earning Ratio (PER) 13x macam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). "Kalau saya melihatnya harga termantap di level Rp 850. Itu mengacu pada kondisi pasar yang sedang tidak menentu," ungkap Billy Budiman, Head Of Tecnical Analyst PT Batavia Prosperindo Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (25/1).
Astra Sedaya Bidik Pembiayaan Rp 17 triliun
PT Astra Sedaya Finance membidik pembiayaan tumbuh 2,4 persen sepanjang 2011. Itu berarti target pembiayaan hanya akan bertengger di level Rp 17 triliun dibanding periode sama tahun lalu dikisaran Rp 16,6 triliun. Padahal, pertumbuhan pembiayaan perseroan sepanjang 2010 tercatat sebesar 38,33 persen dibanding 2009 dikisaran Rp 12 triliun.
Langkah itu klaim perseroan tergolong cukup moderat. Pengambilan keputusan tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah. Tercatat ada beberapa kebijakan pemerintah seperti pembatasan subsidi bahan bakar premium dan ketentuan pajak progresif bagi yang memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor.
Langkah itu klaim perseroan tergolong cukup moderat. Pengambilan keputusan tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah. Tercatat ada beberapa kebijakan pemerintah seperti pembatasan subsidi bahan bakar premium dan ketentuan pajak progresif bagi yang memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor.
Monday, 24 January 2011
Indeks Berdamai di Zona Merah
Indeks harga saham gabungan (IHSG) menghadapi Jenuh beli (overbought). Kondisi tersebut diperkirakan akan terus melanda indeks hingga sepekan mendatang. Karena itu, investor untuk sementara ini akan berhitung untuk kembali masuk pasar. ”Kondisinya belum menguntungkan untuk masuk pasar. Investor saat ini belum ada yang berani untuk melakukan koleksi pada sejumlah saham yang memang rata-rata mengalami koreksi,” ungkap Cece Ridlwan, Analis Eko Capital Securities ketika dihubungi di Jakarta, Senin (24/1).
Cece menyebutkan, penurunan indeks sudah terlihat sejak sepekan terakhir. Tekanan jual itu berlanjut dan tampaknya semakin menguat. Apalagi, belum muncul sentimen positif yang dapat mendorong indeks bangkit dari keterpurukan. "Situasi tersebut akan mendorong indeks terus berada dalam tekanan,” imbuh Cece.
Cece menyebutkan, penurunan indeks sudah terlihat sejak sepekan terakhir. Tekanan jual itu berlanjut dan tampaknya semakin menguat. Apalagi, belum muncul sentimen positif yang dapat mendorong indeks bangkit dari keterpurukan. "Situasi tersebut akan mendorong indeks terus berada dalam tekanan,” imbuh Cece.
Credit Suisse Handle Obligasi BTEL
PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) telah menunjuk Credit Suisse (CS) sebagai Koordinator Global Tunggal (Sole Global Coordinator) serta Credit Suisse dan Morgan Stanley sebagai Joint Bookrunners. Penunjukan tersebut sejalan dengan rencana penawaran obligasi internasional kepada para investor institusional internasional asing.
Hanya saja, perjanjian yang bersifat mengikat sehubungan dengan penerbitan obligasi belum ditandatangani. Karena itu, posisi penerbitan tersebut belum bisa dipastikan kapan waktu dan besaran nominal obligasi. Perseroan sesuai dengan surat keterbukaan pada bursa berjanji akan segera mempublis setelah perjanjian tersebut ditandatangani.
Sementara perkembangan terkini Jumlah pelanggan BTEL tercatat sebanyak 12,1 juta. Dalam kurun waktu sembilan bulan 2010, pendapatan kotor konsolidasian sebesar Rp 2,54 triliun dan rasio EBITDA (setelah dikurangi pengembalian satu kali atas biaya-biaya perizinan yang telah dikeluarkan pada tahun 2010) adalah Rp 1 triliun.
Sedangkan terkait dengan keuangan konsolidasian 2010, perseroan memperkirakan pendapatan operasional kotor konsolidasian dan EBITDA-nya secara umum konsisten dengan pendapatan operasional kotor dan EBITDA periode sebelumnya.
Hanya saja, perjanjian yang bersifat mengikat sehubungan dengan penerbitan obligasi belum ditandatangani. Karena itu, posisi penerbitan tersebut belum bisa dipastikan kapan waktu dan besaran nominal obligasi. Perseroan sesuai dengan surat keterbukaan pada bursa berjanji akan segera mempublis setelah perjanjian tersebut ditandatangani.
Sementara perkembangan terkini Jumlah pelanggan BTEL tercatat sebanyak 12,1 juta. Dalam kurun waktu sembilan bulan 2010, pendapatan kotor konsolidasian sebesar Rp 2,54 triliun dan rasio EBITDA (setelah dikurangi pengembalian satu kali atas biaya-biaya perizinan yang telah dikeluarkan pada tahun 2010) adalah Rp 1 triliun.
Sedangkan terkait dengan keuangan konsolidasian 2010, perseroan memperkirakan pendapatan operasional kotor konsolidasian dan EBITDA-nya secara umum konsisten dengan pendapatan operasional kotor dan EBITDA periode sebelumnya.
Obligasi ASF Rp 1,5 Triliun Diserbu Investor
Reputasi PT Astra Sedaya Finance (ASF), cukup kuat dikalangan pelaku pasar. Dengan posisi itu, rencana penerbitan obligasi perseroan bakal terserap oleh pasar. Investor pun diprediksi tidak peduli dengan situasi pasar yang sedang fluktuatif. Apalagi, rating Astra Sedaya mengantongi rating idAA menjadi garansi tersendiri bagi investor.
”Di mana-mana grup Astra International (ASII) sangat bagus. Jadi, menurut hemat saya obligasi Astra Sedaya Finance akan terserap dengan maksimal,” ungkap Billy Budiman, Head Of Technical Analyst PT Batavia Prosperindo Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Senin (24/1).
”Di mana-mana grup Astra International (ASII) sangat bagus. Jadi, menurut hemat saya obligasi Astra Sedaya Finance akan terserap dengan maksimal,” ungkap Billy Budiman, Head Of Technical Analyst PT Batavia Prosperindo Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Senin (24/1).
Friday, 21 January 2011
Transaksi ETF Pangkas Indeks
Indeks harga saham gabungan (IHSG) untuk kesekian kalinya parkir di zona negatif. Dengan kondisi tersebut indeks sepanjang 2011 mengalami koreksi 9,59 persen. Aksi jual besar-besaran itu menerpa indeks menyusul adanya transaksi Exchange Trader Fund (ETF) yang jatuh tempo senilai USD 100 juta. "Secara fundamental indeks tidak ada masalah. Itu hanya bersifat teknikal dengan adanya transaksi ETF yang jatuh tempo," ungkap Billy Budiman, Head of Technical Analyst PT Batavia Prosperindo Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (21/1).
Transaksi ETF semacam reksadana dengan kontrak bernama EIDO. Di mana sebagai underlying saham-sahamnya tersebar di LQ45. Saham-saham unggulan tersebut antara lain PT Astra International (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM), PT Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bumi Resources (BUMI), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), PT United Tractor (UNTR), PT Semen Gresik (SMGR) dan, PT Uni Lever (UNVR). "Ya, gara-gara transaksi ETF ini, hedge fund lain ikut keluar. Efeknya, saham-saham yang masuk dalam lingkaran transaksi ETF melorot dan indeks terdepak dari posisi 3400," imbuh Billy.
Transaksi ETF semacam reksadana dengan kontrak bernama EIDO. Di mana sebagai underlying saham-sahamnya tersebar di LQ45. Saham-saham unggulan tersebut antara lain PT Astra International (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM), PT Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bumi Resources (BUMI), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), PT United Tractor (UNTR), PT Semen Gresik (SMGR) dan, PT Uni Lever (UNVR). "Ya, gara-gara transaksi ETF ini, hedge fund lain ikut keluar. Efeknya, saham-saham yang masuk dalam lingkaran transaksi ETF melorot dan indeks terdepak dari posisi 3400," imbuh Billy.
Garuda Tidak Istimewakan GFF
PT Garuda Indonesia (GI) akan memberikan porsi sama para pelanggan korporate atau pun agen perjalan, yang tergabung dalam anggota Garuda Frequent Flyers (GFF). Porsi dan posisi mereka sama dengan investor lain yang berminat terhadap saham perdana (initial public offering/IPO) perseroan. Itu dilakukan untuk menghindari benturan kepentingan di tingkat.
Dan, memang sejak awal pihak manajemen Garuda dan juga penjamin emisi, tidak mengalokasikan penjatahan khusus kepada para pelanggan setianya tersebut. “Kami tidak akan bedakan. Porsi yang akan kami berikan kepada GFF, akan ditentukan berdasar hasil bookbuilding (masa penawaran awal) nanti,” ujar Agus Priyanto, Direktur Niaga, di Jakarta, Jumat (21/1).
Dan, memang sejak awal pihak manajemen Garuda dan juga penjamin emisi, tidak mengalokasikan penjatahan khusus kepada para pelanggan setianya tersebut. “Kami tidak akan bedakan. Porsi yang akan kami berikan kepada GFF, akan ditentukan berdasar hasil bookbuilding (masa penawaran awal) nanti,” ujar Agus Priyanto, Direktur Niaga, di Jakarta, Jumat (21/1).
Thursday, 20 January 2011
Sinarmas Grup Kendalikan Mobile-8
Tiga perusahaan kelompok Sinarmas Grup bakal menyerap 99,6 persen atau 75.684.753.658 saham seri B PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) yang dilepas melalui right issue satu. Dengan begitu, Group Sinarmas mengakuisisi 56,66 persen dari total jumlah saham yang beredar pada harga Rp 50 per saham. Pasca right issue itu, total jumlah saham beredar perseroan adalah sebanyak 118.585.633.918 saham.
Tiga perusahaan tersebut adalah PT Bali Media Telekomunikasi yang akan menyerap sebanyak 22.166.388.758, PT Global Nusa Data sebesar 24.707.934.856 dan, PT Wahana Inti Nusantara sebanyak 28.512.932.572 saham. Dengan demikian, total saham yang dikantongi tiga kelompok usaha Sinarmas Grup mencapai 75.387.256.186 saham.
Berdasar penjelasan yang dirilis perseroan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), harga pelaksanaan tersebut lebih dari dibanding nilai nominal saham FREN dikisaran Rp 100 per saham. Dan, hal tersebut berdasar klaim pihak FREN tidak melanggar rambu-rambu regulasi pasar modal. ”Kami rasa itu sudah sesuai dan tidak bersebarangan dengan peraturan bursa,” ungkap Chris Taufik, Corporate Secretary FREN, ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (20/1).
Tiga perusahaan tersebut adalah PT Bali Media Telekomunikasi yang akan menyerap sebanyak 22.166.388.758, PT Global Nusa Data sebesar 24.707.934.856 dan, PT Wahana Inti Nusantara sebanyak 28.512.932.572 saham. Dengan demikian, total saham yang dikantongi tiga kelompok usaha Sinarmas Grup mencapai 75.387.256.186 saham.
Berdasar penjelasan yang dirilis perseroan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), harga pelaksanaan tersebut lebih dari dibanding nilai nominal saham FREN dikisaran Rp 100 per saham. Dan, hal tersebut berdasar klaim pihak FREN tidak melanggar rambu-rambu regulasi pasar modal. ”Kami rasa itu sudah sesuai dan tidak bersebarangan dengan peraturan bursa,” ungkap Chris Taufik, Corporate Secretary FREN, ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (20/1).
Pengguna Kartu AkSes Tuntas 2011
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) optimistis penggunaan kartu acuan kepemilikan sekuritas (AKSes) tuntas pada 2011. Itu terlihat dari kemajuan yang telah dicapai sepanjang enam bulan terakhir. Dimana menurut manajemen, sepanjang periode tersebut minat pengguna kartu AKSes meningkat tiga kali lipat.
”Ini menunjukkan kerja keras kami membuahkan hasil. Dan, yang terpenting adalah kesadaran investor terus mengalami kemajuan akan keamanan dananya yang tersebar pada sejumlah sekuritas,” ungkap Ananta Wiyogo, Direktur Utama KSEI disela-sela penganugerahan sosialisasi Kartu AkSes di Jakarta, belum lama ini.
”Ini menunjukkan kerja keras kami membuahkan hasil. Dan, yang terpenting adalah kesadaran investor terus mengalami kemajuan akan keamanan dananya yang tersebar pada sejumlah sekuritas,” ungkap Ananta Wiyogo, Direktur Utama KSEI disela-sela penganugerahan sosialisasi Kartu AkSes di Jakarta, belum lama ini.
Laba Gozco Plantations Anjlok 21,71 persen
Laba bersih PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) anjlok 21,71 persen ke posisi Rp 160 miliar dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 204,385 miliar. Pemicu utama adalah turunnya volume penjualan minyak sawit mentah/crude palm oil (CPO).
Di mana volume penjualan CPO turun 5 persen ke level 56 ribu dibanding edisi sama tahun lalu dikisaran 59.500 ton. ”Sebenarnya, produksi sawit internal meningkat signifikan. Tapi itu tidak didukung produksi eksternal,” ujar Tjandra M Gozali, Direktur Utama GZCO, di Jakarta, Kamis (20/1).
Di mana volume penjualan CPO turun 5 persen ke level 56 ribu dibanding edisi sama tahun lalu dikisaran 59.500 ton. ”Sebenarnya, produksi sawit internal meningkat signifikan. Tapi itu tidak didukung produksi eksternal,” ujar Tjandra M Gozali, Direktur Utama GZCO, di Jakarta, Kamis (20/1).
Tunggu Data Bursa Global
Indeks harga saham gabungan (IHSG) terus melaju di dataran sona merah. Belum berpihaknya sentimen positif membuat tekanan jual terus menguat. Bahkan, aksi jual itu diprediksi masih membayangi langkah indeks dalam perdagangan hari ini. "Pelaku pasar belum punya modal keberanian untuk masuk arena pasar. Mereka masih mencari kemungkinan munculnya sentimen positif dari berbagai sudut," ungkap Cece Ridwan, Analis Eko Kapital ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (20/1).
Lebih lanjut Cece mengungkapkan, sepanjang belum ada kebijakan BI untuk mengimbangi laju inflasi dengan manaikkan suku bunga acuan, indeks belum akan menemukan langkah pasti. Sebab, merujuk negara-negara belahan Asia lainnya, apabila angka inflasi melonjak selalu dibarengi dengan menaikkan suku bunga. "Tapi, tanda-tandanya pemerintah segera melakukan hal serupa dengan menaikkan suku bunga acuan," imbuhnya.
Lebih lanjut Cece mengungkapkan, sepanjang belum ada kebijakan BI untuk mengimbangi laju inflasi dengan manaikkan suku bunga acuan, indeks belum akan menemukan langkah pasti. Sebab, merujuk negara-negara belahan Asia lainnya, apabila angka inflasi melonjak selalu dibarengi dengan menaikkan suku bunga. "Tapi, tanda-tandanya pemerintah segera melakukan hal serupa dengan menaikkan suku bunga acuan," imbuhnya.
Tuesday, 11 January 2011
Peta Pasar Obligasi Bergantung Laju Inflasi
Ramalan penerbitan obligasi dan right issue 2011 diperkirakan mengalami pergeseran. Itu seiring dengan laju inflasi yang melambung tinggi ke level 6,96 persen. Penerbitan surat utang tersebut akan sangat tergantung dengan suku bunga acuan (BI Rate) yang diperkirakan mengikuti laju inflasi. ”Petanya masih bisa berubah tergantung pada situasi dan kondisi pertumbuhan ekonomi,” ungkap Yose Rizal, Direktur Compliance PT Pemeringkat Indonesia (Pefindo), di Jakarta, Selasa (11/1).
Yose menyebutkan, secara sederhana penerbitan obligasi memang diprediksi meningkat pada 2011. Itu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terus membaik dan didukung struktur fundamental yang cukup kuat. Situasi politik dan keamanan dalam negeri juga cukup mendukung. Tetapi, kondisi itu bergeser setelah rilis angka inflasi yang berada di luar ekspektasi pelaku pasar. Dan, perusahaan yang sebelumnya telah pasang kuda-kuda melancarkan surat utang berhitung ulang. ”Ya, kita lihat saja nanti bagaimana inflasi lanjutan dan suku bunga,” tuturnya.
Yose menyebutkan, secara sederhana penerbitan obligasi memang diprediksi meningkat pada 2011. Itu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terus membaik dan didukung struktur fundamental yang cukup kuat. Situasi politik dan keamanan dalam negeri juga cukup mendukung. Tetapi, kondisi itu bergeser setelah rilis angka inflasi yang berada di luar ekspektasi pelaku pasar. Dan, perusahaan yang sebelumnya telah pasang kuda-kuda melancarkan surat utang berhitung ulang. ”Ya, kita lihat saja nanti bagaimana inflasi lanjutan dan suku bunga,” tuturnya.
Investor Pilih Pola Trading Short Term
Aksi jual bersih investor asing belum mereda. Pada perdagangan kemarin, aksi jual bersih asing tercatat Rp 1,3 triliun. Jadi, sepanjang tiga hari terakhir nilai jual bersih asing telah membukukan Rp 4,43 triliun. Dan, peluang investor asing untuk eksoduse dari lantai bursa masih terbuka pada perdagangan hari ini. Pasalnya, belum ada tanda-tanda Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal rebound. "Pelemahan indeks diperkirakan tetap berlanjut. Sentimen dari dalam negeri belum ada yang memihak indeks," ungkap Pardomoan Sihombing, Kepala Riset Recapital Sekuritas, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (11/1).
Wednesday, 5 January 2011
BI Rate Stabil Investor Serbu Perbankan
Saham-saham sektor perbankan benar-benar menjadi dewa penyelamat. Di tengah memburuknya sektor pertambangan dan batubara serta Crude Palm Oil (CPO), saham perbankan memainkan perannya. Alhasil, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada sesi pertama diterpa badai koreksi, berhasil membalik keadaan.
Trengginasnya saham-saham perbankan itu tidak bisa dilepaskan dari data suku bungan acuan yang tetap terpaku pada posisi 6,5 point. Kondisi itu, memberi gambaran dan harapan bagi pelaku pasar untuk menatap pasar lebih optimis. Karena itu, meroketnya angka inflasi dikisaran 6,96 persen tidak memengaruhi investor berburu saham perbankan. ”Potensi penguatan kembali saham perbankan masih terbuka meski tidak sekuat kemarin,” tukas Billy Budiman Head of Technical Analyst PT Batavia Prosperindo Sekuritas, di Jakarta Rabu (5/1).
Trengginasnya saham-saham perbankan itu tidak bisa dilepaskan dari data suku bungan acuan yang tetap terpaku pada posisi 6,5 point. Kondisi itu, memberi gambaran dan harapan bagi pelaku pasar untuk menatap pasar lebih optimis. Karena itu, meroketnya angka inflasi dikisaran 6,96 persen tidak memengaruhi investor berburu saham perbankan. ”Potensi penguatan kembali saham perbankan masih terbuka meski tidak sekuat kemarin,” tukas Billy Budiman Head of Technical Analyst PT Batavia Prosperindo Sekuritas, di Jakarta Rabu (5/1).
Genjot 2,3 juta Investor Domestik, Lancarkan Program Finance for Kids
Pasca Bursa Efek Indonesia (BEI) Tampil Sebagai The Best Performer Se-Asia Pasific
Genjot 2,3 juta Investor Domestik, Lancarkan Program Finance for Kids
Manajemen PT Bursa Eek Indonesia (BEI) pantas bersuka cita. Itu setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyudahi tahun 2010 dengan mencatat performa terbaik se-Asia Pasific. Dengan hasil itu, indeks sekaligus mengkudeta jawara tahun 2009, Shenzhen Stock Exchange (SZSE) China.
Jakfar Shodik
Selain itu, indeks juga berhasil meruntuhkan dominasi salah satu indeks terbesar emerging market, yaitu Sensex30 India. Di mana Sensex30 India, hanya berhasil mengemas 15,98 persen ke posisi 20.265,03. Praktis, satu-satunya bursa yang menempel ketat indeks hanya Bangkok Stock Exchange Thailand, setelah membukukan kenaikan 40,85 persen ke level 1.034,59. Sementara Indeks finis pada urutan teratas dengan menguat 46,13 persen ke posisi 3.703,51.
Fakta ini memaksa punggawa otoritas bursa bekerja ekstra. Pencapaian terbaik itu harus bisa dipertahankan dan sebisa mungkin selanjutnya mencetak rekor baru. Apalagi, berdasar outlook ekonomi 2011, fundamental ekonomi Indonesia diklaim paling kuat. Dan, itu sekaligus menjadi garansi bagi investor asing untuk membelokkan modalnya ke dalam negeri.
Genjot 2,3 juta Investor Domestik, Lancarkan Program Finance for Kids
Manajemen PT Bursa Eek Indonesia (BEI) pantas bersuka cita. Itu setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyudahi tahun 2010 dengan mencatat performa terbaik se-Asia Pasific. Dengan hasil itu, indeks sekaligus mengkudeta jawara tahun 2009, Shenzhen Stock Exchange (SZSE) China.
Jakfar Shodik
Selain itu, indeks juga berhasil meruntuhkan dominasi salah satu indeks terbesar emerging market, yaitu Sensex30 India. Di mana Sensex30 India, hanya berhasil mengemas 15,98 persen ke posisi 20.265,03. Praktis, satu-satunya bursa yang menempel ketat indeks hanya Bangkok Stock Exchange Thailand, setelah membukukan kenaikan 40,85 persen ke level 1.034,59. Sementara Indeks finis pada urutan teratas dengan menguat 46,13 persen ke posisi 3.703,51.
Fakta ini memaksa punggawa otoritas bursa bekerja ekstra. Pencapaian terbaik itu harus bisa dipertahankan dan sebisa mungkin selanjutnya mencetak rekor baru. Apalagi, berdasar outlook ekonomi 2011, fundamental ekonomi Indonesia diklaim paling kuat. Dan, itu sekaligus menjadi garansi bagi investor asing untuk membelokkan modalnya ke dalam negeri.
Monday, 3 January 2011
Tambah Jam Operasional, Saham Gorengan Merebak
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal memperpanjang masa operasional perdagangan di lantai bursa. Itu dilakukan guna meningkatkan likuiditas pasar dan nilai transaksi. Selain itu, menyesuaikan jam operasional bursa dengan bursa-bursa utama global dan regional. "Ya, kita memang merencanakan untuk menambah jam operasional. Saat ini sedang dimatangkan," ungkap Wan Wei Yiong, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa (BEI) di Jakarta, Senin (3/1).
Oversubscribe Saham MBTO Rp 3,4 triliun
Saham perdana PT Martina Berto Tbk (MBTO) mengalami kelebihan permintaan 11 kali senilai Rp 3,4 triliun. Itu sebagai bukti kehadiaran perseroan di lantai bursa mendapat sambutan positif pelaku pasar. Meski begitu, manajemen tidak berniat menambah porsi saham yang ditawarkan. ”Kita tetap pada skema awal. Seluruh investor diperlakukan sama dan tidak ada pengistimewaan pada investor tertentu,” ungkap Abraham Arief, Direktur Investment Banking, PT Trimegah Sekuritas, selaku penjamin emisi di Jakarta, Senin (3/1).
Gerhana Matahari Angkat Konfidensi Investor
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan di zona hijau. Langkah tersebut menjadi bekal berharga untuk mengulangi hal serupa pada perdagangan lanjutan hari ini. Investor sedang diselimuti konfidensi tinggi untuk masuk pasar. Di samping itu, Januari effec membawa investor melakukan perburaun saham-saham murah. ”Indeks hari ini akan kembali menunjukkan penguatannya. Investor sudah melihat data dan fakta ke depan akan lebih menjanjikan,” tukas Gema Merdeka Goeyardi, anali UOB Kay Hian Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Senin (3/1).
Subscribe to:
Posts (Atom)