Friday, 22 October 2010

Yanuar: Regulator Jangan Menunggu Laporan

Regulator pasar modal harus memperketat pengawasan terhadap pelaku industri. Itu penting guna menangkal penyalagunaan dana oleh manajer investasi (MI). Karenanya, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) harus menjadi wasit dengan tindakan tegas.
Mengacu pada UU No 8 tahun 1995 tentang pasar modal, seluruh perusahaan efek, sekuritas dan MI sepenuhnya berada di bawah tanggung jawab dan kendali Bapepam-LK. "Jadi, tidak ada alasan Bapepam-LK mengelak dan tidak mengetahui aktifitas yang dilakukan pelaku pasar,” ungkap Yanuar Rizky, pengamat pasar modal di Jakarta, Jumat (22/10).

Thursday, 21 October 2010

Beban Bunga Pangkas Laba Indosat

Laba bersih PT Indosat Tbk (ISAT) pada kuartal tiga pada 2010 tercatat Rp 530,9 miliar, atau turun 63,4 persen dari periode sama tahun 2009 sebesar Rp 1,44 triliun. Membengkaknya beban bunga surat utang sebagai aktor utama memburuknya kinerja perseroan. Sebab, beban utang yang mendera jauh meningkat dibanding edisi 2009. ”Utang itu sebagai dampak penambahan investasi,” tutur Harry Sasongko, Direktur Indosat di Jakarta, Kamis (21/10).

Selain itu, terpangkasnya laba bersih Indosat juga akibat pergerakan nilai tukar yang pada periode tersebut rupiah menguat signfikan. Sementara utang perseroan dalam bentuk denominasi dolar. Di mana utang perseroan pada kuartal tiga 2010 meningkat 11,8 persen dari Rp 24,4 triliun menjadi Rp 27,3 triliun pada September 2010.

Duet SBY-Budiono Gagal Kelola Harapan Masyarakat


Performa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wapres Budiono tidak sesuai ekspektasi masyarakat. Sejumlah pencapaian yang ditorehkan pada fase pertama tidak menular dalam edisi setahun terakhir. Sebaliknya, duet kepemimpinan SBY-Budiono menampakkan wajah kurang sedap dan monoton. Itu setelah serangkaian problem pelik dan suara ketidakpuasan mencuat kepermukaan.

Efeknya bisa ditebak. Bukan kemakmuran yang merebak disekujur tubuh anak negeri. Tetapi, prahara dan ketimpangan yang mendera. Masyarakat yang tidak tahan dengan kondisi tersebut tidak bisa berdamai lagi. Lebih-lebih kalangan pengusaha. Sebagai pelaku usaha dan bergelut dengan sektor riil, mereka memvonis pemerintah gagal mengangkat dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Parahnya, pelaku usaha terbebani dengan biaya tinggi yang terus membengkak.

ADES Colek Bisnis Kosmetika

PT Akhasa Wira International Tbk (ADES) berencana mengembangkan sayap bisnis ke jalur usaha kosmetik. Untuk keperluan itu, perseroan menyiapkan dana segar senilai USD 5 juta. Langkah awal aksi korporasi tersebut menuntaskan akuisisi PT Damai Sejahtera Mulia (DSM). ”Rencananya, kami lakukan terhadap DMS adalah transaksi material, yaitu mengakuisisi seluruh asetnya dan bukan sahamnya," jelas Wisnu Adji, Direktur dan Sekretaris Perusahaan ADES di Jakarta, Kamis (21/10).

Wednesday, 20 October 2010

Indeks Berpotensi Rebound

Performa indeks harga saham gabungan (IHSG) memang belum beranjak dari jurang degradasi. Hanya saja, koreksi yang mendera indeks tersebut sedikit mulai tereduksi. Karenanya, analis memperkirakan indeks pada perdagangan hari ini akan mencoba berbalik arah (Robound, Red) meski kecenderungannya amat terbatas. ”Melihat situasinya ada kemungkinan indeks bisa berbalik arah,” ungkap Viviet S Putri, analis Anugerah Securindo Indah, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (20/10).

Viviet menyebutkan, koreksi yang terjadi dan menyergap indeks masih dalam taraf wajar. Apalagi, koreksi yang terjadi belakangan tersebut dibarengi dengan situasi global dan regional yang berkinerja buruk. Artinya, kemerosotan indeks tersebut tidak serta merta lepas dari situasi yang melingkupi, baik dari eksternal dan internal. ”Tapi, potensi penguatan indeks tersebut lebih terbuka karena indeks Dow Jones yang sempat anjlok pada akhirnya ditutup dengan koreksi amat tipis,” imbuhnya.

Dan, saat ini kondisi dalam negeri sedang membaik. Aksi demo berlangsung aman, disusul kondisi ekonomi dalam negeri masuk kategori investment grade dan capital inflow terjaga. Dengan kondisi itu, investor asing sedang menunggu kebijakan pemerintah untuk melanjutkan kebijakan investasi. ”Investor asing masih menunggu,” tukasnya. ”Saya melihatnya, indeks masih akan menguat dalam jangka pendek. Indeks dalam jangka panjang akan bisa menapaki level 4000,” tambah Gema Merdeka Goeyardi, analis UOB Kay Hian Securities, ketika dihubungi terpisah.

Saham Syariah Operasi 2011

Otoritas bursa efek Indonesia (BEI) tengah mengkaji penyusunan indeks bebasiss syariah. Sebab, keberadaan saham syariah terus mengalami perkembangan cukup signifikan. Selain itu, keberadaan efek syariah dalam Jakarta Islami Index (JII) belum mencerminskan saham syariah yang terus meluas. ”Sedikitnya, terdapat 198 saham syariah di lantai bursa. Nantinya, saham-saham ini akan dijadikan saham syariah,” tukas Frederica Widyasari Dewi, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia, di Jakarta, Rabu (20/10).
Memang hingga detik ini terdapat 198 saham syariah dari total efek bursa mencapai 409 saham. Kapitalisasi pasar saham syariah per 15 Oktober 2010 sebesar 45 persen dari seluruh saham atau sekitar Rp 1.368 triliun. Di mana saat ini, kapitalisasi pasar bursa efek Indonesia berada di level Rp 3.048 triliun. ”Ini variasi produk dan sekaligus memberi pilihan investasi kepada pelaku pasar,” imbuh Frederica.
Saham syariah itu terdiri dari sektor industri sebesar 27 persen, sektor perdagangan 26 persen, serta properti 18 persen. Syarat saham syariah adalah tidak melakukan usaha jasa keuangan berbasis bunga, asuransi konvensional, dan perjudian. Rasio utang berbasis bunga dibanding total ekuitas tidak lebih dari 82 persen. Pendapatan bunga dibanding total pendapatan usaha tidak lebih dari 10 persen. Selain itu, otoritas juga akan mengklasifikasi seluruh daftar efek syariah (DES) di bursa dalam kelompok indeks saham syariah. “Pasarnya menunjukkan perkembangan luar biasa,” imbuh Ito Warsito, Direktur Utama BEI.

Pasar Respon Positif Aksi Korporasi GGRM

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) memperluas kerajaan bisnisnya dengan merambah bidang pengangkutan udara. Karena itu, perseroan mendirikan anak usaha berbendera PT Surya Air. Lewat PT Surya Air inilah usaha dibidang pengangkutan akan dimaksimalkan.
"Perseroan mendirikan anak bernama PT Surya Air yang bergerak dalam bidang usaha pengangkutan udara niaga tidak terjadwal," ungkap Heru Budiman, Sekretaris Perusahaan dalam keterangan tertulis kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, Rabu (20/10).
Guna mendirikan perusahaan baru itu, perseroan mengalokasikan modal disetor penuh sebesar Rp 74,99 miliar. Nilai tersebut setara dengan 74,9 ribu lembar saham dengan harga nominal Rp 1000. Dengan demikian, PT Gudang Garam memiliki kepemilikan sebesar 99,99 persen dari total saham PT Surya Air senilai Rp 75 miliar. ”Kita masih tercatat sebagai pengendali utama,” ungkap Heru dengan penuh optimis.

Tuesday, 19 October 2010

Bapepam Ancam Depak Izin Natpac

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengancam mencabut izin manager investasi PT Natpac Asset Management (NAM). Itu jika NAM tidak segera melengkapi jajaran direksi yang hingga kini masih kosong. Selain itu, Bapepam tidak segan mendepak NAM yang belum memindahkan efek kontrak pengelolaan dana (KPD) pada Bank Kustodian (BK).
Babapem_LK mencatat efek yang ditempatkan NAM pada BK sebesar Rp 53 miliar dari jumlah total nilai KPD Rp 407 miliar. Berdasar peraturan V.G.6 soal Pedoman Pengelolaan Dana Nasabah Berdasarkan Perjanjian Pengelolaan Dana Yang Bersifat Bilateral Dan Individual Oleh Manajer Investasi, NAM setidaknya punya jangka waktu hingga 15 April 2011 untuk pemindahan efek tersebut. Kalau masih tetap belum ada etikat baik, maka NAM secara otomatis keluar dari industry tersebut. ”Ya, tidak ada toleransi. Regulasinya memang begitu. Kita lihat saja mereka mau melakukan restrukturisasi sesuai peraturan atau apa,” ucap Djoko Hendratto, Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK di Jakarta, Rabu (20/10).

Monday, 18 October 2010

Bapepam Belum Terima Pengaduan Nasabah Natpac

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) belum menerima pengaduan dari nasabah PT Natpac Asset Management (NAM) terkait dugaan penyelewengan Kontrak Pengelolaan Dana (KPD). Bapepam-LK menegaskan suspensi yang dilakukan terhadap Manajer Investasi (MI) ini terkait masalah kekosongan posisi direksi dan tidak melaporkan kondisi Kontrak Pengelolaan Dana (KPD).
“Kita tidak tahu masalah penyelewengan itu. Saya tidak tahu itu sumbernya dari mana. Sampai sekarang belum ada pengaduan nasabah Natpac ke kita. Kalaupun ada penyelewengan nasabah, maka MI-nya sendiri yang harus menuntaskan,” tukas Djoko Hendratto, Kepala Biro Pengelolaan Investor di Jakarta, Senin (18/10).

NAM Diduga Selewengkan Dana Nasabah Rp 291,2 Miliar

Perusahaan Manajer investasi PT Natpac Asset Management (NAM) diduga telah menyelewengkan dana kelolaan nasabahnya sebesar Rp 291,2 miliar. Itu setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan menuding pemiliknya telah melakukan penyelewengan dana kelolaan perusahaan.
Berdasarkan dokumen perseroan dari sumber internal Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), total nilai dana kelolaan yang disalahgunakan mencapai Rp 291,2 miliar. Bedasarkan dokumen itu, terdapat pinjaman NAM kepada PT Marga Hanurata Intrinsic (MHI) sebesar total Rp 139,2 miliar dan pembelian obligasi konversi dengan nilai total Rp 152 miliar. Dengan demikian, total pinjaman mencapai Rp 291,2 miliar.

Investor Lokal Makin Terpinggirkan

Dominasi investor asing di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak terbantahkan. Fakta itu bisa dibaca dari proporsi kepemilikan jumlah saham yang beredar di lantai bursa. Dari data yang tersaji itu, setidaknya investor asing menguasi sebesar 66,7 persen. Sementara investor lokal hanya bisa mengikat sebanyak 33,3 persen.
Memang dari total USD 188,79 juta nilai saham yang tercatat, asing menjadi pengendali mayoritas dengan menguasai sebesar USD 125,89 juta. Sementara investor lokal hanya memiliki porsi senilai USD 62,90 juta atau 33,3 persen. Parahnya, dari USD 62,90 juta kepemilikan pemodal domestik itu, investor ritel hanya memiliki peran sebesar USD 11,70 juta. “Dominasi asing ini yang menyebabkan domestic tertekan. Apalagi, investor ritel tentu jauh tertinggal,” tutur Felix Shindunata Pengamat Pasar Modal, di Jakarta, Senin (18/10).

Friday, 15 October 2010

Penjualan Hypermart Tunggu Rekomendasi Merill Lynch

Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) optimistis target penjualan divisi matahari Food Bussiness Rp 7-8 triliun tidak akan meleset. Keyakinan itu didasari fakta pencapaian penjualan dari sektor yang mengoperasikan Hypermart dan Foodmart itu telah menyentuh level Rp 6 triliun. Dengan membaiknya perekonomian nasional, kinerja perseroan akan tetap positif.
”Di era modern ini bisnis berbasis konsumer akan berkembang pesat. Karena itu, kami sepenuhnya yakin dan telah mempersiapkan segalanya,” ungkap Benjamin J. Mailool, President Director, PT Matahari Putra Prima, di Jakarta, Jumat (15/10).
Benjamin menyebutkan, ekonomi Indonesia sedang tumbuh dengan pesat. Dan, investor asing pun berlomba mengalihkan investasinya ke Negara emerging market. Indonesia menjadi salah satu pavorit tujuan investor untuk segala sektor. Sektor retail modern misalnya, sejumlah investor telah masuk. Taruhlah sebut Benjamin macam Lotte Mart yang sudah menancapkan sayap bisnisnya di tanah air. ”Memang ke depan orientasi bisnis beralih ke retail modern. Tapi, ini bukan berarti pasar dan ritail berbasis tradisional mati suri,” tambahnya.

Thursday, 14 October 2010

Transaksi Quote Stuffing Kacaukan Bursa

Efek buruk implementasi sistem transaksi berkecepatan tinggi mulai menghantui perdagangan di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI). Itu setelah salah satu investor asing PT Trimegah Securities tbk (TRIM) melakukan praktik Quote Stuffing (order semu). Otoritas bursa pun langsung memberikan sanksi peringatan tertulis kepada TRIM selaku broker.
Nasabah Trimegah tersebut melakukan praktik seolah-olah akan melakukan order beli dalam jumlah besar. Tetapi, praktik yang dikenal dengan sebutan Quote Stuffing tersebut mendadak secara tiba-tiba transaksi dibatalkan. Efeknya, aksi itu memberikan gambaran semu terhadap supply dan demand di pasar. “Berdasarkan pantauan kami, perseroan terdeteksi melakukan order dengan pola tak wajar. Akibatnya, jelas terindikasi sebagai upaya mempengaruhi pasar dan manipulasi transaksi,” ungkap Wan Wei Yiong, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, di Jakarta, Selasa (14/10).

November, Agung Podomoro Jejaki Lantai Bursa

PT Agung Podomoro Land Tbk optimistis target pendapatan Rp 2,18 triliun pada penghujung tahun sesuai dengan ekspektasi. Pasalnya, hingga Juni tahun ini, pencapaiannya telah menyentuh di level Rp 1,096 trilun. Di samping itu, juga ditopang capaian laba bersih yang telah berada dikisaran Rp 156,6 miliar. ”Belum ada perubahan target. Kami yakin rancangan itu sesuai dengan harapan manajemen,” ungkap Cesar M dela Cruz, Direktur Agung Podomoro Land, di Jakarta, Kamis (14/10).
Cesar menyebutkan, saat ini perseroan memiliki proyek kawasan terpadu Kuningan City. Dan, hingga paruh pertengahan tahun, perseroan memiliki nilai aset bersih (net asset value) sebesar Rp 8,5 triliun. Sementara total utang perseroan hingga Juni 2010 tercatat Rp 2,1 triliun. Dengan ekuitas dikisaran Rp 1,6 triliun, maka rasio utang terhadap modal (Debt to Equity Ratio/DER) tercatat sebesar 1,33 persen. DER perseroan itu pada akhir tahun akan turun menjadi 1,04 persen. ”Skemanya kita bayar utang dari dana hasil IPO sebesar 30 persen,” tukasnya.

LPKR Rampungkan Private Placement Rp 2,25 T

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) merampungkan pelepasan 4,1 miliar saham (private placement) kepada 30 investor global senilai Rp 2,25 triliun. Selanjutnya, perseroan akan melakukan penerbitan saham baru (right issue) senilai Rp 2,25 triliun. Hasil dana right issue akan digunakan untuk kebutuhan ekspansi usaha. "Kombinasi pelepasan saham dan right issue untuk keperluan pertumbuhan usaha,” ungkap Ketut Budi WIjaya, Presiden Direktur Lippo Karawaci di Jakarta, Kamis (14/10).
Dia mengatakan, saham senilai Rp 2,25 triliun yang diserap 30 investor global papan atas ditempatkan dan dikelola empat bank investasi berskala internasional. Bank investasi itu antara lain Bank of America Merryll Lynch, CLSA Asia-Pacific Markets, PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas. Saham itu berasal dari pemegang saham yang saat ini menguasai Lippo Karawaci. Sayangnya, dia tidak menyebutkan detil pemegang saham private placement. ”Yang jelas Lippo juga termasuk yang melepas,” tambah Ketut.

Wednesday, 13 October 2010

Ciputra Group Angkat Indeks

Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi bergerak mulus. Saham-saham properti group Ciputra diperkirakan akan menyanggah indeks bertahan di level 3600. Selain itu, saham dari sektor pertambangan dan perbankan akan ikut menyokong penguatan indeks sepanjang perdagangan hari ini.

”Aroma profit taking memang masih cukup kuat. Tetapi, tekanan dan dorongan dari sektor properti, perbankan dan pertambangan lebih kuat,” ungkap Cece Ridlwan, analis Eco Capital, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (13/10).

Monday, 11 October 2010

UOB Kay Hian Securities Garap Investor Stress

PT UOB Kay Hian Securities optimistis bisa menggaet transaksi senilai Rp 500 miliar per bulan. Potensi itu sangat terbuka mengingat pasar modal dalam negeri sedang berada dalam top perform. Selain itu, secara fundamental pasar modal dalam negeri cukup kuat plus dukungan dana asing yang terus merangkak naik.
”Kami tentu sangat optimistis. Jangan anda lihat jumlah investornya tetapi, coba lihat berapa nilai yang mereka investasikan untuk bertransaksi di sini,” ujar Gema Merdeka Goeryadi, Owner PT UOB Kay Hian Securities Cabang, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (10/10).
Gema menyebutkan setidaknya, untuk mencapai target itu, pihaknya membutuhkan 400 nasabah. Maklum saat ini, jumlah nasabah di kantor cabang baru itu baru menyentuh level 100 nasabah. Dengan limpahan nasabah baru nanti, skenario transaksi harian dikisaran Rp 6-7 miliar tidak akan sulit tercapai. ”Kita lakukan pembinaan kepada nasabah. Kita dari awal membidik nasabah sakit hati, bangkrut dan kecewa atas pasar modal,” tambahnya.

Indofood Terjunkan Tim ke Taiwan

Produsen mie terbesar dunia PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mengklaim mi instan yang diekspor ke Taiwan sesuai regulasi Departemen Kesehatan Biro Keamanan negara setempat. Manajemen berkeyakinan dan percaya produk yang mengandung bahan pengawet E218 (Methyl P-Hydroxybenzoate) bukanlah produk perseroan. ”Kami tegaskan produk yang kami ekspor ke Taiwan sudah memenuhi peraturan Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan,” ungkap Taufik Wiraatmadja, Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, di Jakarta, Senin (11/10).

Selain itu, perseroan punya reputasi bagus dan berpengalaman mengekspor produk mi instan ke berbagai negara seluruh dunia lebih dari 20 tahun. Indofood juga senantiasa berupaya dan memastikan bahwa produknya telah memenuhi peraturan, keselamatan makanan Negara tujuan ekspor. Dan, pastinya memenuhi panduan secara global yang ditetapkan CODEX Alimentarius Commission, sebuah badan internasional yang mengatur standar makanan. “Kami tengah meninjau situasi Taiwan. Kami akan mengambil langkah taktis guna melindungi kepentingan konsumen Taiwan dan negara lainnya," tambahnya.